Chloe masih berkutat di dapur coffee art, membuat Mr. Lim senang sekaligus sebal. Senang karna dia bisa berduaan dengan Chloe, sebal karna dia harus rebutan kompor dengan Chloe yang asyik membuat siomay dengan berbagai macam bentuk. Mr. Lim merasa heran karna Chloe terus melipat kulit siomay menjadi berbagai macam bentuk dengan terampil.
"kamu sudah sering membuat ini ?" tanya Mr. Lim penasaran
"ini kedua kalinya"
"kedua kali dan kamu bisa membuat semua ini ? ck....ck...ck.....imajinasi dan tanganmu patut mendapat acungan jempol kakiku" kata Mr. Lim tanpa menyembunyikan kekakugamnya.
Chloe mengabaikan pujian Mr. Lim dan terus sibuk dengan siomay di depannya.
Satu jam kemudian, Chloe telah duduk manis di salah satu pojok meja sambil memegang ipadnya, mengamati pergerakan harga saham di pasar asia. Chloe selalu menyisihkan waktunya satu atau dua jam untuk masuk di pasar saham untuk menghasilkan sedikit uang saku, yah dia tidak maruk kalau dia bisa dapat setidaknya 100juta sehari itu lumayan lah untuk mengisi pundi-pundinya.
Sementara Chloe bersantai sambil mencoba mengisi pundi-pundinya, di lantai 10 gedung perkantoran ini terjadi badai.
🌸💮🌸💮🌸
Aris CEO majalah pesona tengah berkeringat dingin sejak satu jam terakhir. Dia tidak tahu mengapa tiba-tiba harga saham perusahaannya turun di harga terendah di pasar, padahal tadi pagi masih baik-baik saja. Para pemegang saham menterornya sejak tadi, menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Aris menggosok pelipisnya, sakit kepala mulai menyerangnya. Mendengar suara ketukan dia menjawab dengan lemah tanpa mengangkat kepalanya.
"ehm pak... jajaran direksi meminta rapat" kata sekretarisnya ragu.
"minta mereka menunggu sebentar lagi" Aria masih memijat pelipisnya.
🌸💮🌸💮🌸
Chloe masih asyik mengamati pergerakan harga saham, tiba-tiba seseorang datang dan berlutut di depannya.
"bu Chloe saya minta maaf bu...." momo berlutut di kaki Chloe dengan bersimbah air mata.
Chloe mengalihkan matanya dari ipad dan menatap Momo.
"bu saya masih mau kerja, tolong bujuk bapak untuk tidak memecat saya" kata Momo lagi melihat Chloe masih diam.
Akhirnya Chloe meletakkan ipadnya di meja dan memberi isyarat pada Momo untuk duduk di depannya. Sambil menyeka airmatanya Momo duduk di depan Chloe.
"ceritakan yang sebenarnya" kata Chloe sambil menyerahkan tisu pada Momo.
"saya tidak tahu menahu tentang hubungan Veronica dan bapak, saya hanya membantu dia untuk bisa datang ke ruangan bapak" jelas Momo
"kenapa kamu membantunya ? kamu tau bosmu sudah menikah ? tidakkah kamu berpikir sikapmu sama saja dengan Veronica ?"
"Vero ngancam saya bu, saya punya utang budi sama dia" Momo makin terisak.
Chloe menghela nafas. "perusahaan milik suamiku, aku tidak punya hak di dalamnya, jadi kebijakan perusahaan tidak ada hubungannya denganku"
Meski Chloe adalah seorang istri bos tapi dia tahu posisinya, perusahaan di bangun sendiri oleh suaminya, dia juga tidak memiliki saham di dalamnya, jadi dia tidak punya hak untuk mengutak-atik kebijakan apa pun yang di terapkan dalam perusahaan. Biar pun ketika dia meminta suaminya pasti akan menurutinya, tapi Chloe tahu batasannya.
"saya paham bu, saya salah, tapi saya sangat butuh pekerjaan ini bu, saya harus membiayai adik-adik saya" permintaan Momo membuat Chloe sekali lagi menghembuskan nafasnya berat.
"sebelum Yola merekrutmu jadi sekretaris, kamu di bagian apa ?"
"HRD bu"
"oke, aku akan membantumu mendapatkan pekerjaan, tapi gajinya tidak sebesar yang di berikan oleh perusahaan bapak" janji Chloe
"baik bu, asal saya ada pekerjaan yang layak" mata Momo berbinar.
"minggu depan kamu bisa datang ke sini"
"terima kasih bu" Momo mengucapkannya dengan tulus.
"jadi, apa uangmu cukup untuk menutup biaya bulan ini ?"
"masih ada bu, saya masih ada tabungan"
"aku hari ini tidak membawa banyak uang tunai, jadi pakai ini untuk tambahan biaya hidupmu sementara kamu belum masuk kerja, dan putuskan hubunganmu dengan Veronica, dia hanya akan membawa pengaruh buruk padamu" Chloe mengulurkan sepuluh lembar uang merah pada Momo.
"tidak perlu bu" Momo merasa canggung.
"ambillah, kalau kamu merasa itu menjadi beban kamu bisa membayarnya saat kamu mulai bekerja"
Akhirnya Momo menerima uang itu dan sekali lagi mengucapkan terima kasih dengan tulus.
🌸💮🌸💮🌸
Dua jam setelah Momo pergi, Chloe telah menambah isi pundi-pundi uangnya. Dengan senyum puas Chloe mendongak dan terkejut melihat wajah tampan yang duduk di depannya menyesap kopi.
"sejak kapan kamu di sini ?" tanya Chloe heran, dia melirik jam tangannya dan melihat baru jam tiga, belum waktunya orang pulang kantor.
Marco menjawab pertanyaan istrinya dengan dengusan. Sebenarnya dia merasa cemburu karena tiap kali istrinya berhadapan dengan ipadnya dia akan menjadi autis, dia akan mengabaikan orang di sekitarnya, bahkan dia sebagai suaminya juga akan diabaikan, padahal sebagai suami dia juga ingin di perhatikan, di sayang, di manja, di cium, di belai, di....😬.
Marco berdiri, merapikan kemejanya dan menarik tangan istrinya.
"mau kemana ? ini belum jam pulang kerja ?" tanya Chloe bingung.
Marco berhenti di jalurnya dan menatap istrinya, lalu tanpa peringatan dia mencium kening istrinya dan tersenyum misterius
"ikut saja" kata Marco sambil melingkari pinggang istrinya dan membawanya keluar dari Coffee Art.
Teman-teman Chloe di toko, terutama para teman cewek memegang dada mereka dengan wajah memerah ketika melihat adegan romantis antara Chloe dan suaminya. Dalam hati mereka bertekad untuk mencari suami seperti bos diatas, yang mencintai istrinya dengan tak tahu malu seperti itu.
Chloe duduk di pesawat dengan masih linglung. Pasalnya dari toko suaminya langsung membawanya ke bandara tanpa berganti baju, tanpa persiapan apa pun, tapi anehnya suaminya menggendong ransel yang Chloe yakin isinya adalah baju ganti mereka.
"mau kemana sih ?" mereka duduk di kelas bisnis, sekali lagi Chloe berusaha mengorek informasi dari bibir suaminya, tapi sekali lagi hanya di jawab dengan senyum misterius.
Marco mengenakan headset di telinga istrinya, menepuk kepalanya, mengecup bibirnya dan memberikan ipad padanya.
Chloe hanya menghela nafas melihat tingkah misterius suaminya, mengeluarkan pen dan mulai menggambar di ipadnya.
Satu setengah jam kemudian mereka keluar dari bandara. Chloe menatap nama bandara yang terpampang di depan matanya dan terperangah, "ZAMIA" Lombok ?.
"kita di Lombok ?" Chloe menoleh menatap suaminya yang memeluk pinggangnya dan menggiringnya ke mobil yang sudah di pesan. Marco hanya mengangguk dengan senyum misterius.
"kamu kenapa sih ? dari tadi cuma senyum-senyum sok misterius ? apa yang kamu rencanakan ?" Chloe makin penasaran.
"kita makan dulu baru ke hotel" kata Marco dengan seringai lebar.
"katakan apa yang kamu rencanakan ?" Chloe memelototi suaminya.
Marco mencondongkan kepalanya dan berbisik di telinga istrinya "memakanmu sampai puuuaaassssss"
Mendengar kata terakhir dari bibir suaminya membuat wajah Chloe langsung memerah karna malu. Astaga bagaimana dia bisa lupa kalau suaminya adalah 'omes', semua rencana misteriusnya pasti ujung-ujungnya adalah itu.
Marco tersenyum puas melihat wajah merah istrinya, padahal dia sudah melahirkan tiga bayi pengganggu...eh...menggemaskan tapi masih saja pemalu tiap kali dia menggodanya. Wajah merahnya yang malu-malu membuatnya terlihat menggemaskan dan Marco ingin segera melahapnya.
"makan yang banyak, karna malam ini aku tidak akan berhenti sebelum aku kenyang" goda Marco saat melihat istrinya makan yang di tanggapi dengan pelototan mata bulat menggemaskan milik istri mungilnya.
🌸💮🌸💮🌸
Marco memang menepati janjinya sejak mereka sampai di hotel di sebuah pulau yang bernama Gili Air, Marco memakan istrinya sampai tak bersisa. Marco baru melepaskan istrinya saat terdengar ayam berkokok (sadis 🤦🏻♀️).
Chloe bangun dengan badan remuk redam. Sebelum mereka berangkat ke Gili Air suami mesumnya sudah memakannya di kantor sepanjang malam, dan kali ini dia bahkan memakannya sejak sore.
Setelah mandi Chloe membuka pintu kaca geser dan udara pantai menerpa wajahnya.
"sayang kamu sudah bangun ?" Marco datang dari pantai dan mengecup bibir istrinya. "bagaimana kabarmu ?" tanya Marco dengan seringai nakal.
Chloe menanggapi dengan memutar bola matanya.
"aku sudah memesan spa untukmu, untuk membayar jerih lelahmu semalam" imbuh Marco ketika istri mungilnya tidak menjawab pertanyaannya.
Mendengar kata 'spa' membuat mata bulat Chloe berbinar.
"yuk...aku akan menemanimu" kata Marco sambil melingkarkan tangannya di pinggang istrinya dan membawanya keluar dari kamar.
Kamar hotel tempat mereka bermalam tepat menghadap ke pantai. Tapi alasan Marco memilih hotel ini adalah privasinya. Tiap kamar hotel memiliki jarak sekitar lima meter dari masing-masing kamar. Eemm lebih mungkin bisa di bilang bungalow gitu deh.
Dua jam Chloe menikmati di manjakan di spa dengan di dampingi suami mesum tercinta. Chloe bahkan sampai tertidur. Ketika bangun hari sudah sore.
Setelah membersihkan diri Chloe merasa badannya seperti di recharge.
"ayo makan" Marco melingkarkan tangannya di pinggang istrinya dan membawanya ke restoran.
"kenapa kamu manis sekali hari ini ? apa yang kamu rencanakan ? kenapa aku merasa caramu memperlakukanku hari ini seperti orang yang menggemukkan kelinci sebelum memotongnya ?" Chloe melontarkan pertanyaan itu pada suaminya sambil memicingkan mata curiga.
"sayang....kamu memang paling mengenalku" bisik Marco di telinga istrinya.
Chloe menghela nafas pasrah. Mungkin lain kali dia harus waspada ketika suaminya menjual anak-anaknya dan mengajaknya pergi berlibur. Semua itu hanyalah cara untuk dia memuaskan hasratnya yang terkekang.
Sampai di restoran Chloe makin tertegun, lalu dia melirik suaminya. Pasti ada sesuatu yang salah di dalam sirkuit otak suaminya. Dia tau suaminya adalah omes, tapi dia bukan orang romantis. Dan sekarang di depannya ada meja makan dengan penerangan lilin dan taburan bunga di lantai.
Marco bisa merasakan tanda tanya besar yang muncul di kepala istrinya.
"kamu tidak suka ? aku melihatnya dari komikmu" jelas Marco sambil menggaruk ujung hidungnya canggung.
Chloe tersenyum "aku tau ini bukan gayamu, tapi aku menghargai usahamu, terima kasih" Chloe mencium pipi suaminya.
Mereka baru saja duduk dan tiba-tiba terdengar teriakan "C....."
Mendengar suara yang paling di benci dalam hidupnya, wajah Marco langsung gelap.