MnC telah duduk manis di jok belakang rubicon Stefan. Mereka baru keluar dari pintu bandara.
"Marco....aku lapar" keluh Chloe sambil mengusap perutnya.
"mau makan apa ?" tanya Marco sabar.
"eemmm....apa ya ?" Chloe berpikir makanan apa yang paling membuatnya ngiler.
"gimana kalau makan aku saja ?" tanya Marco dengan senyum licik, melihat istrinya terlalu lama berpikir.
"iiisshhhhh......kalian merusak mata dan telingaku saja, kalau mau bermesraan nanti di rumah, bikin jijik tau........" keluh Stefan, dia melirik pasangan di jok belakangnya dengan jijik.
"ah...aku mau cimol" jawab Chloe, mengabaikan keluhan Stefan
"tidak boleh, itu cemilan yang tidak ada gizinya" tegas Marco
"kalau begitu pizza"
"sama saja"
"siomay ?"
"oke, kita beli dim sum, Stef cari restoran dim sum yang terdekat"
"kalian memanfaatkan kebaikanku menjemput kalian, dan menjadikan aku sopir pribadi" Stefan mengeluh lagi. Rasanya dia menyesal kenapa tadi menyanggupi permintaan Chloe untuk menjemput mereka, tapi kalau dia tidak pergi menjemput pasangan menyebalkan ini, dia akan terkurung di ruangan menyebalkan itu sampai malam. Sambil menghela nafas Stefan menyalakan GPS dan mencari restoran sesuai permintaan sepupunya.
Lagi-lagi Stefan ngomel di dalam hati, wajahnya juga cemberut. Keranjang dim sum yang sudah kosong di depannya membuatnya makin cemberut. Dari sepuluh keranjang dim sum yang di pesan, dia hanya di beri dua keranjang, sedangkan enam keranjang sisanya untuk mereka.....emmm.....ralat...dua keranjang Marco yang makan, lalu enam keranjang Chloe yang habiskan.
Stefan mendengus, menatap keranjang kosong dengan mata nanar, bukan berarti dia diam saja saat di beri jatah hanya dua keranjang, dia sempat berusaha mencuri isi keranjang Chloe, tapi sebelum ujung sumpitnya menyentuh siomay, sumpitnya sudah di tepis oleh Marco secara brutal. Arrgghhh......nasib kalau punya saudara bucin sama istri, biar pun mereka di besarkan sama-sama sejak masih orok, bahkan sudah mirip kembar siam, tapi kalau sudah berurusan dengan pendamping hidup semua rasa persaudaraan itu telah di abaikan. 😔, diam-diam Stefan memaki pasangan ini dalam hati. (gak dosa kan kalau memaki orang lain dalam hati 🤔).
💞💞💞💞💞
Akhirnya mereka pergi setelah Chloe makan sampai perutnya buncit. (buncit karna hamil atau maruk ? ðŸ¤).
Sejak masuk mobil Stefan diam, bibirnya manyun, dia ngambek gara-gara dim sum. 🤦
"nih gelato" Chloe menyerahkan gelato yang masih utuh di tangannya sebagai sogokan.
Stefan tetap diam, dia bahkan tidak melirik sama sekali.
"yakin tidak mau ?"
"mau kalau di suap...plak...aauuu...." sebuah pukulan mendarat di kepala Stefan.
"sini aku suap, pake kaki, mau ?" Marco akhirnya ikut angkat bicara, dia menunduk untuk melepas sepatunya.
"najis...kakimu bau" lirik Stefan akhirnya, dengan jijik. "kalau kaki istrimu aku tidak .....pletak" kali ini ponsel yang menghantam kepalanya. "ck.....ck...iblis bucin" cibir Stefan mengusap kepalanya yang benjol.
Tiba-tiba Stefan menginjak pedal gas lebih dalam, Chloe yang kedua tangannya memegang gelato hampir terjungkal, untung Marco menangkapnya tepat waktu.
"sialan Stefan...." geram Chloe "kamu sudah bosan hidup ?"
"dua mobil di belakang ngikutin kita sejak kita keluar dari bandara" kata Stefan tanpa mengurangi kecepatan.
Chloe menoleh kebelakang "kamu yakin ?" tanya Chloe memastikan, dia melihat dua mobil pajero sport putih di belakang mereka berusaha mengejar.
Chloe mengerutkan kening, apa benar mereka penguntit, bukankah terlalu mencolok mencoba menguntit dengan pajero, warna putih pula. Bukankah penguntit biasanya menggunakan mobil yang umum di pakai banyak orang dan berwarna hitam, biar tidak di kenali ?.
"kenapa ? kamu tidak percaya ?" tanya Stefan sambil bermanuver menyalip mobil-mobil di depannya. Stefan melirik ekspresi Chloe yang terlihat ragu "aku akan membuktikannya".
Selesai mengatakan itu Stefan menambah kecepatan dan berbelok ke jalan bebas hambatan.
"menunduk" teriak Stefan.
Baru saja Marco meraih kepala Chloe ke dadanya dan menunduk bersama sebuah peluru menembus kaca.
"brengsek ! apa-apaan ini ?" umpat Chloe sambil mengangkat kepalanya.
Dengan telapak tangannya yang besar Marco kembali meraih kepala istrinya dan membawanya menunduk. Dan sebuah peluru kembali menembus kaca dan menyerempet pelipis Marco. Darah segera menetes.
"Stefan.....perempuan mana yang kau sakiti sampai mengirim orang untuk membunuhmu ? sungguh sial hari ini kami memintamu untuk menjemput" omel Chloe dengan kepala masih menunduk, namun karena perutnya yang membuncit dia jadi merasa kurang nyaman, jadi dia kembali mengangkat kepalanya dan melihat darah mengalir dari pelipis suaminya. "sial...Marco kamu berdarah" teriak Chloe.
"tidak apa, hanya terserempet sedikit" kata Marco menenangkan "jangan mengangkat kepalamu"
Stefan dengan lincah terus bermanuver tanpa mengurangi kecepatan, sementara suara peluru kembali terdengar, kali ini menghantam body mobil.
"Stefan di mana kamu menyimpan pistolmu ?" tanya Chloe geram.
"kamu pikir aku teroris bawa-bawa pistol ? lagian ini Indonesia bukan Italy" keluh Stefan.
"lali bagaimana kita membalas mereka ?"
"ambil ponselku" perintah Marco.
Dengan patuh Chloe merogoh saku celana Marco untuk mengambil ponsel, saat dia meraih ponsel, tanpa sengaja jarinya menyentuh sesuatu yang mengeras. Chloe menaikkan wajahnya, matanya membulat penuh cemoohan "Marco mesum, dalam situasi seperti ini masih sempat-sempatnya kamu horny.....apa kamu masokis ?"
Stefan yang duduk di balik kemudi terkekeh mendengar keluhan Chloe.
"sayang sudah ku bilang berulang kali, itu reaksi alami tubuhku setiap kali bersentuhan denganmu" Marco menyeringai tanpa rasa bersalah
"bisakah kalian berhenti menganiayaku ?" Stefan lagi-lagi mengeluh karna pertunjukan cinta pasangan di belakangnya.
Chloe memutar bola matanya "berapa passwordmu ?" Chloe menyalakan ponsel suaminya yang telah ada di tangannya.
"usap saja pake jarimu" Chloe melirik suaminya "ya.....aku memasukkan sidik jarimu untuk ponselku" jelas Marco, ada rasa bangga dalam kata-katanya.
"kamu sengaja melakukannya ? untuk menghindari kecurigaanku saat kamu selingkuh ?" sindir Chloe. Dia membuka nomor kontak dan mencari nama om Jerry.
"itu sebagai bukti bahwa tidak ada rahasia di antara kita, semua kekayaanku, bahkan setiap jengkal tubuhku tidak ada yang ku rahasiakan darimu, dan sayang..... kamu harus ingat, hati, pikiran, dan mataku hanya ada dirimu, jadi tidak ada ruang lagi untuk wanita lain"
"🤮🤮🤮🤮🤮🤮......kalian berdua membuatku muntah" teriak Stefan.
Chloe hanya diam, tidak memberikan tanggapan pada kata-kata gombal yang di ucapkan suaminya, namun jantungnya berdegup lebih kencang dan semburat merah merayap di pipi dan telinganya.
Begitu telpon di terima dari seberang, Chloe menempelkan ponsel di telinga suaminya yang masih memeluknya.
"Om....
kami butuh perlindungan, ada sekelompok orang yang mengejar kami tanpa alasan, saya sudah mengaktifkan GPS ponsel dengan komputer di meja kerja om"
"oke.....om akan mengirim anak buah om segera, kamu dengan siapa ?"
"istri saya dan Stefan"
"berapa lama kalian bisa bertahan ?"
ddzziiinnggg.........sebuah peluru menembus kaca dan menembus bahu Marco
"ssshhh...." desis Marco merasakan sakit di bahunya.
"MARCO....." Chloe berteriak melihat bahu suaminya tertembak. "sial...aku akan mematahkan leher mereka" geram Chloe.
"paling lama lima belas menit, mereka punya senjata api" Marco kembali memberikan informasi ke om Jerry.
"oke om akan kirim bantuan secepatnya, kalian ulur waktu sebisa kalian, hati-hati" dan panggilan di akhiri.
Chloe mengacak-acak isi tasnya "sial.....aku menyesal kenapa tidak punya botol parfum" keluhnya.
Chloe mengedarkan pandangan dan melihat botol pengharum mobil di dasboard dengan masih berjongkok Chloe meraih botol tersebut, lalu dia mengambil sapu tangan di tasnya.
"Stef, korek"
"di kantong celana ?" Stefan yang masih konsentrasi menghindari tabrakan dua mobil yang mengejarnya menjawab tanpa menoleh.
Chloe bersiap merogoh kantong celana Stefan, namun sebuah tangan besar menghentikannya
"biar aku yang ambil" Marco menatap istrinya penuh ancaman. Berani dia merogoh saku celana pria lain ? biar pun itu adalah sepupunya.
Marco merogoh saku celana sepupunya dengan kasar membuat Stefan berteriak mengaduh dan mobil yang masih dalam kecepatan tinggi oleng. Stefan memaki sepupunya dengan sumpah serapah. Tapi Marco mengabaikannya.
"apa yang akan kamu lakukan ?" Marco menyodorkan korek, sedangkan istrinya memasukkan sapu tangan ke dalam mulut botol parfum.
"bikin mainan" jawab Chloe santai "nyalakan koreknya, awas jangan melukai bahumu"
Marco tersenyum mendengar istrinya mencemaskanya yang sedang terluka.
Dengan patuh Marco menyalakan korek dan membakar ujung sapu tangan.
"C...APA-APAAN.....KAMU MAU MELEDAKKAN MOBILKU ?"
"diam.....!!!!!.menyetir saja dengan benar, aku akan membalas penjahat sialan yang berani melukai suamiku" Chloe duduk di pangkuan Marco dengan kedua kakinya mengangkang, Marco terpana dengan tingkah istrinya.
"STOPP......C...serius kamu memprovokasi suamimu dalam situasi seperti ini ?" protes Stefan.
"sayang........" Chloe berkata dengan senyum manis yang menyimpan pisau di baliknya "sekarang tugasmu adalah membuat mereka membuka kaca mobil, lakukan dengan cepat sebelum kita yang meledak"
Stefan yang paham dengan pola pikir sahabatnya mengurangi kecepatan dan mensejajarkan mobilnya pada mobil yang menguntit mereka.
Ketika mobil mereka sejajar, Marco membuka kaca, menatap pengendara di mobil sebelah dengan senyum mengejek lalu mengangkat tangannya memamerkan jari tengahnya 🖕🖕.
Lucunya, dengan bodoh pengendara di samping terprovokasi. Dia membuka kaca lebar-lebar dan membalas dengan mengacungkan jari tengahnya.
Kesempatan ini di gunakan oleh Chloe untuk melempar bom molotov yang baru dia buat. Bom itu dengan sempurna masuk ke dalam mobil di seberang. Kemudian Marco kembali menutup kaca dan Stefan menginjak pedal gas.
Posisi Chloe yang masih ada di pangkuan suaminya membuat dia terjatuh dalam pelukan suaminya, membuat dadanya menempel erat di dada suaminya, Marco menggunakan kesempatan itu dengan memeluk pinggang istrinya dengan erat, mengabaikan rasa sakit di bahu karna peluru dan pelipisnya yang terus mengeluarkan darah.
Mobil yang telah menerima kiriman bom molotov berjalan dengan tidak stabil, lalu tiba-tiba mereka berhenti dan tiga orang membuka pintu bersamaan dengan suara ledakan di dalam mobil. Sebuah pemandangan mobil terbakar lalu di susul ledakan lain membuat jalanan menjadi macet.
Dari belakang samar-samar terdengar suara sirine mobil polisi, Stefan bernafas lega, paling tidak dia tidak mati hari ini. Penganiayaan yang dia terima dari para bandit yang mengejar mereka tidak akan membuatnya cepat mati, tapi penganiayaan yang dia terima dari pasangan suami istri mesum di belakangnya ini justru lebih cepat memperpendek umurnya.
Tapi karena suara samar sirine membuat Stefan sedikit lengah, tanpa dia sadari dia mengurangi kecepatannya dan satu lagi pajero yang tersisa menabrak badan mobil dari samping. Stefan kehilangan keseimbangan rubiconnya oleng dan menghantam pembatas jalan.
Marco yang masih memeluk istrinya dalam pangkuannya dan memutar badannya, kepala Marco menabrak kaca dan pingsan.