Setelah pasangan rese itu pergi Chloe menghela nafas lega. Kalau sampai masalah hadiah ulang tahun spesial di paparkan oleh Febiola, dia akan menjadi bahan tertawaan kakek tua itu seumur hidupnya, dan akan di taruh di mana wajahnya untuk menghindar dari rasa malunya.
Chloe kembali ke meja kakek Margono dan engkong Ming Liang, Helen masih duduk di samping engkongnya, Marco kini duduk di samping kakek Margono dan ada juga pak Alex yang kini bergabung juga di meja mereka.
Ketika kembali ke meja yang sekarang menjadi ramai itu, Chloe berpapasan dengan seorang pelayan yang baru saja membereskan meja, Chloe melirik cangkir kopi di atas nampan yang masih penuh dan entah kenapa merasa ada sesuatu yang membuatnya sedih ketika pelayan itu berlalu dari depannya.
Baru saja Chloe akan meletakkan pantatnya dia berteriak "mbak tunggu, kopiku...."
Tangan Chloe di tarik membuat tubuhnya goyah dan mendarat di atas pangkuan seseorang lalu sebuah tangan besar menutup mulutnya.
Pelayan yang sempat di panggil oleh Chloe menoleh "tidak jadi mbak, lanjutkan saja beres-beresnya" jawab Marco tanpa melepaskan tangannya dari mulut istrinya, pelayan itu menatap pasangan yang menurutnya aneh itu sebentar lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
Chloe menggigit tangan Marco, membuat si pemilik tangan mengaduh dan melepaskan tangannya.
"Marco kamu..." geram Chloe marah, dia beranjak dari pangkuan suaminya "aku belum menghabiskan kopiku"
Chloe hendak melangkah tapi Marco kembali menariknya namun kali ini Marco mendudukkannya di kursi di sampingnya dan memeluk erat pinggangnya, seakan takut istrinya akan kabur kalau dia melonggarkan pelukannya "mau kemana ?" tanyanya curiga
"memesan lagi" jawab Chloe dengan wajah tanpa dosa.
"tidak, perjanjian hanya satu cangkir"
"tapi aku belum meminumnya"
"tadi aku melihat kamu meminumnya"
"tadi aku baru mengendus dan menjilatnya"
"tetap saja itu di hitung satu cangkir"
"mana bisa ?" Chloe merasa di curangi, pipinya mengembung karna sebal.
"itu kan salahmu sendiri, tiap kali lihat hantu pirang itu kamu langsung lari menghampirinya" keluh Marco. Chloe tidak menjawab, dia melengos sebal.
"melihat kalian engkong jadi ingat kakek nenekmu waktu masih muda, bahkan mungkin sampai sekarang mereka masih seperti kalian" engkong Ming Liang berkata sambil melirik kakek Margono yang tengah nyengir sambil menatap Chloe, entah pikiran usil apa lagi yang ada di otaknya.
"jadi hadiah apa yang kamu berikan untuk suamimu ?" tanya kakek Margono sambil menatap lekat mata Chloe.
Chloe memutar bola matanya, ada semburat merah di pipinya, dan Chloe mengabaikan pertanyaan kakek Margono. Chloe berusaha bersikap cuek meski pipinya merona merah.
Kakek Margono sangat menikmati ketika cucu kesayangannya tidak berkutik seperti sekarang, di tambah lagi jarang-jarang dia melihat gadis mungil yang kerap membuatnya marah karna merampoknya ini bersemu merah karna malu. Jadi sebagai orang tua yang berpengalaman dia bisa menebak hadiah apa sebenarnya yang dia berikan Chloe untuk suaminya, tapi kakek Margono pura-pura bodoh untuk membuat Chloe makin malu ha.....ha.....
"kenapa pipimu memerah ? kamu malu ?" selidik kakek Margono "ah.....kakek tau hadiah yang kamu berikan untuk suamimu adalah..."
Ponsel Chloe berdering sebelum kakek Margono menyelesaikan kata-katanya.
Stefan meminta video call dan Chloe menerimanya dengan kecepatan cahaya, dalam hati dia mengutuk kakeknya dan dia juga berterima kasih pada Stefan yang menyelamatkannya.
"C...save me..." rengek Stefan begitu terhubung, Chloe menanggapi dengan kening berkerut "C....please....." kerutan di kening Chloe makin bertambah "C....?"
"kamu salah minum obat ya ?"
"Ny. Kim menyeretku ke sini, sudah dua hari aku duduk di ruangan ini, lihat mukaku sudah gak glowing lagi, aura ruangan ini membuat pesonaku memudar"
"memangnya kamu di mana ?"
"kantornya suamimu, gara-gara dia pergi berhari-hari, aku yang sekarang di jadikan tumbal sama Ny. Kim.....C...please....cepet bawa suamimu pulang....." rengek Stefan persis anak kecil.
Chloe menghela nafas "jemput kami di bandara, kami balik sore ini dan bawakan aku..."Chloe mengeja kata ekspreso tanpa suara.
"kalau kami berani membawanya percayalah aku akan membuatmu duduk di ruangan itu seumur hidupmu !" ancam Marco sambil melotot ke arah kamera.
Belum sempat Stefan mengiyakan permintaan Chloe tapi sudah mendapatkan ancaman jelas saja dia bergidik ngeri. Membayangkan dirinya harus duduk di balik meja kantor mengurus tetek bengek permasalahan perusahaan saja sudah membuatnya ngeri, apa lagi kalau Marco melaksanakan ancamannya. Bukan tidak mungkin Marco menyeretnya karna posisi Jocelyn saat ini masih kosong.
"C...aku memang takut sama kamu.....tapi aku lebih takut sama suamimu....." kata Stefan dengan tampang melas.
"dasar pengkhianat"
"sampai ketemu nanti, aku akan menjemput kalian tepat waktu, kirimkan saja jadwal penerbangannya...bye.....bye....cinta" Stefan mengirimkan ciuman jauhnya dan mematikan sambungan.
Baru saja Chloe meletakkan ponselnya di meja, kakek Margono kembali ke pertanyaan awal "jadi apakah tebakan kakek benar ?" kakek Margono mengedipkan sebelah matanya dengan genit.
Chloe menanggapi kedipan mata itu dengan jijik "dari pada kakek kepoin hadiahku mending sekarang kakek kasi hadiah buat suamiku" sergah Chloe.
"oh...oke" kakek Margono langsung setuju "Marco berapa nomor rekeningmu ?"
"ck.....ck....ck.....kelihatan sekali kalau hadiahnya tidak tulus, aku menolak hadiah uang" Chloe mencibir pada kakek Margono
"yang ulang tahun dia, bukan kamu, kenapa kamu yang protes ?"
"tapi aku istrinya, kata-katanya adalah kata-kataku"
Hati Marco langsung menghangat saat mendengar kata-kata istrinya, dia menatap istrinya dengan tatapan penuh cinta. Seandainya ada emoticon love seperti di film-film kartun maka begitulah dalam pandangan Marco ketika menatap istrinya.
Kakek Margono mendengus sebal "baiklah, kalau begitu kamu minta apa ?" akhirnya beliau menyerah dan memberikan apa yang di minta Chloe.
Kini semua orang yang duduk semeja dengan pasangan kakek dan cucu ini percaya bahwa rumor yang selama ini beredar adalah benar. Kakek Margono akan memberikan apa pun yang di minta oleh cuci kesayangannya Chloe.
"aku mau kakek membeli 1% saham Tesla.inc untuk suamiku"
DUUAARRR........sebuah granat meledak di kepala kakek Margono dan percikan api muncul di bola matanya.
"anak busuk.....kamu pikir berapa harga 1% saham tesla ? lagi pula untuk apa kamu mengincar tesla ?" urat leher kakek Margono bertonjolan saking marahnya.
"makanya kakek harus tetap mengikuti berita pasar ekonomi, mobil listrik tidak lama lagi masuk pasar indonesia dan tesla.inc adalah pemasok baterai mobil paling irit, jadi kira-kira menurut kakek berapa keuntungan yang akan aku raup kalau tesla memenangkan tender ?"
"plok....plok....plok....." engkong Ming Liang bertepuk tangan "kamu persis yang kakekmu gambarkan, kamu memang pintar"
"engkong terlalu berlebihan, itu bukan karna saya pintar, saya tempo hari hanya iseng nonton berita" jawab Chloe merendah.
"kakek.....maaf kami harus jalan duluan, kami harus siap-siap, kami kembali sore ini, dan Chloe juga harus istirahat dulu" Marco berdiri dan berpamitan dengan sopan.
Chloe ikut berdiri "engkong kami pamit dulu, senang ketemu dengan engkong"
"ya....ya.....nanti kalau pas imlek kalian main ke rumah, nginap di rumah ikut imlekan sama-sama" undang engkong.
"nanti kami akan kasi kabar" Chloe tersenyum tulus lalu mengangguk ke arah Helen dan pak Alex. Sebelum berbalik Chloe menatap kakek Margono "kakek jangan lupa hadiahnya" kata Chloe dengan senyum licik.
"dasar berandal..." geram kakek Margono.
"bye.....kakek, sampai ketemu besok, kami akan datang ke rumah besar untuk makan malam, love you kakek" kemudian Chloe dan Marco pergi.
πππππ
Setelah pasangan itu pergi engkong Ming Liang menatap teman baiknya "dia gadis yang berbakat....."gumamnya "dia pintar seperti ayahnya....berapa umurnya, dia terlihat masih sangat muda untuk menikah ?"
"ha...ha....ha.....kamu tertipu, dia adalah cucu neneknya, umurnya sudah 30 tapi di terlihat seperti anak kuliahan ha...ha..." jawab kakek Margono sombong "dan anak itu bukan pintar tapi jenius, kamu tahu saldo rekening bank swiss nya sudah hampir melebihi punyaku hanya dalam lima tahun"
"bagaimana dia mendapatkannya ? bukankah dia selalu menolak mengurus perusahaanmu ?" minat engkong Ming Liang terusik, dia penasaran bagaimana gadis kecil itu bisa menimbun kekayaan hanya dalam waktu singkat.
"kamu masih ingat ketika aku cerita dia kabur ke Italy dan berlagak miskin dengan memakai uang beasiswanya ?" engkong Ming Liang mengangguk "neneknya setiap bulan mengiriminya uang, dia tidak pernah menggunakannya malah jumlahnya setiap bulan bertambah dua sampai tiga kali lipat, kamu tahu kenapa bisa ?"
"dia berjudi ?"
Kakek Margono terkekeh "bagaimana kamu tahu kalau dia sangat berbakat berjudi ?
"tentu saja aku tahu, ingat ! aku ada di sana ketika kamu meracuni otak polosnya" jawab engkong Ming Liang mengenang saat Chloe masih belum genap sepuluh tahun telah di ajari berjudi di kasino oleh kakeknya, dan yang mengejutkan adalah, setelah satu kali di ajar dia langsung paham dan memenangkan taruhan besar.
Kakek Margono menggeleng "awalnya aku berpikir demikian, tapi ternyata setelah aku selidiki dia melakukan trading, bahkan namanya terdaftar di pasar saham Eropa dan Amerika"
"realy ?" engkong Ming Liang terkejut
"dan sekarang dia memiliki investasi di beberapa perusahaan eropa dan asia"
"ha.....ha.....ha....dia memang benar-benar cucumu, tidak sia-sia kamu mendidiknya"
"tapi dia selalu bertingkah sebagai orang miskin" keluh kakek Margono "setiap kali bertemu denganku selalu merampokku"
"ha....ha....ha.....tentu saja karna dia cucumu, kamu tidak bisa menyesalinya, kamu yang merusaknya ha....ha...ha..." engkong Ming Liang menoleh menatap cucunya "Helen kami harus berteman baik dengan Chloe dan minta dia mengajarimu, agar kamu juga bisa membangun perusahaan sendiri"
Helen menanggapi opanya dengan senyum kecut, sejak pertemuan pertamanya dengan Chloe jujur, dia tidak terlalu menyukai gadis itu.
πππππ
"kenapa kamu tidak memberitahuku kalau dia cucu Margono ?" pak Alex marah pada perempuan di seberang telpon.
"apa bedanya kamu tahu dan tidak ?" jawab perempuan itu
"kalau aku tahi dia cucu Margono, aku tidak akan mau bekerja sama denganmu"
"apa yang kamu takutkan ?"
"kalau pria tua itu tau dia akan memburu kita, bahkan dia adalah teman baik mertuaku"
"lalu, apakah kamu akan mundur setelah kami menikmati uang dan tubuhku ? heh..."
"kenapa tidak kamu hentikan rencana gilamu, toh kamu sudah mendapatkan kekayaan dari mantan suamimu ?"
"aku tidak akan berhenti sebelum pasangan itu mati, mereka telah membunuh anakku" kata perempuan di seberang dengan nada dingin.
"ahh....." pak Alex mengacak rambutnya frustasi "terserah maumu bagaimana, toh hubungan kita sudah di ketahui oleh Marco"
"bukankah itu justru menjadi alasan yang bagus untuk menyingkirkannya ?"
πππππ
Ketika percakapan di ponsel itu berlangsung Marco sedang di pesawat, menggenggam tangan istrinya yang tengah tertidur.
Dia menatap istrinya penuh kekaguman, siapa yang menyangka di balik kepala kecil itu tersimpan otak yang jenius. Wanitanya memang bukan orang biasa, tapi yang membuatnya luar biasa adalah meski dia memiliki segalanya yang di ingin semua wanita di muka bumi, dia tidak pernah menyombongkannya, dia hanya menikmati hidupnya sesuai dengan keinginannya. Dia sangat sederhana dan menawan.
Marco mengecup kening istrinya dengan senyum penuh cinta.
Pasangan ini tidak menyadari ada bahaya yang tengah mengintai mereka.