Chapter 64 - Lingre Merah

"Bi....." Chloe menyapa sahabatnya lewat ponsel. Dia bosan dengan rutinitasnya yang harus duduk di balik komputer do ruangan Stefan, jadi dia memutuskan untuk menelpon sahabatnya dengan niat mengajaknya kencan makan siang.

"hhmmmm...." terdengar balasan dari seberang, tapi suaranya bariton.

"Bi.....?" ulang Chloe dengan heran

"hhmmmm...." terdengar lagi suara bariton.

Chloe menjauhkan ponselnya dari telinga dan menatap nomor di ponselnya mencoba memastikan dia tidak salah sambung, dan samar-samar terdengar suara sahabatnya di ponsel "aahh...pelan-pelan Will sakit"

Damn.....Chloe mengakhiri panggilan dengan wajah memerah, Chloe melirik jam dinding, 'sudah jam sepuluh, apa yang mereka lakukan ?' batinnya malu.

Chloe meletakkan ponselnya di meja lalu mengambil ipad dan mulai menggambar.

πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Akhirnya setelah adegan telpon yang canggung tadi pagi, Febiola menelpon balik Chloe dan mereka sepakat untuk makan siang bareng sekalian belanja, dan di sinilah mereka berada. Nongkrong di salah satu warung bakso di mall.

Chloe mengaduk bakso di depannya sambil melamun "gak di makan C ?" tanya Febiola melihat tingkah aneh sahabat rasa sodara ini.

"lagi gak nafsu makan" Jawab Chloe sambil mendorong mangkuk bakso di depannya.

Febiola meringis, 'lagi gak nafsu makan habis dua mangkuk, gimana kalau lagi nafsu ?'. Yaaa....mangkuk bakso yang masih penuh yang di dorong Chloe adalah mangkuk baksonya yang ketiga. πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

"ayo cerita.....aku siap mendengarkan" Febiola mengambil mangkuk bakso yang tadi di dorong oleh Chloe dan melahap isinya.

Chloe mulai menceritakan tentang bu Asih pada Febiola tapi dia mengganti semua nama tokoh yang bersangkutan, untuk menghindari kalau tanpa sengaja ada orang yang kenal dengan tokoh asli yang mungkin lagi makan di situ, secara itu kan tempat umum.

Setelah menjelaskan semua Chloe diam.

Febiola mengangkat kepalanya dari mangkuk "terus ?" tanyanya

Chloe mengangkat kedua bahunya, Febiola menghela nafas.

"kalau aku nih ya, aku gak merasa simpatik sama perempuan yang mati di penjara, menurutku wajar kalau ada orang yang menginginkan kematiannya, kalau bukan pembantunya yang gara-gara dia kehilangan anak dan cucunya, bisa saja orang lain yang akan menghabisinya....dengar ya C kita jangan merasa bersalah dengan orang yang demikian, demi mencapai keinginannya dia melakukan semua cara bahkan tidak segan untuk menyakiti orang lain"

"hhmmm....." gumam Chloe

πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Kedua wanita itu sekarang ada di toko onderdil.....eh..... underwear wanita. Chloe berniat membeli beberapa onderdil, karna semua dalamannya sekarang mulai sesak. Dia tidak berani membayangkan saat nanti usia kandungannya masuk tri smester ketiga akan sebesar apa. Sekarang saja baru tri smester pertama dia sudah mirip orang hamil lima bulan, mungkin karna di dalam perutnya ada 3 bayi.

"C...kayaknya kamu cocok pake ini" Febiola mengambil sebuah lingrei berwarna merah dan menempelkannya pada badan Chloe "lihat ! warna merah sangat cocok dengan kulitmu, aku jamin suamimu pasti tidak akan bisa tidur saat kamu memakainya"

Chloe merasa jengah dengan kata-kata mesum Febiola, dia memutar bola matanya dan menjawab "tolong itu otak di kontrol ya"

Febiola mengabaikan protes Chloe, dia mengeluarkan ponselnya dan mengambil gambar lingre yang masih dia tempelkan di badan Chloe.

"apa yang kamu lakukan ?" protes Chloe sambil mencoba meraih ponsel Febiola.

Tapi dengan gesit Febiola menghindar, lalu dia mengedipkan matanya dengan genit "sebentar lagi kamu akan tahu"

Lagi-lagi Chloe hanya memutar bola matanya dan melanjutkan memilih onderdil.

Tak lama ponsel Febiola berdering. Dia melirik nama yang tertera di layar dan mengerutkan kening "ponselmu mati ?" tanya Febiola

"hmmm...aku sengaja mematikannya" jawab Chloe santai.

"kamu mengajakku kencan tanpa sepengetahuan suamimu ?"

Chloe mengangguk "kalau aku tanya sama dia menurutmu apa dia bakal mengijinkanku ? yang ada malah dia akan ngotot mengikutiku"

"pantas....." cibir Febiola, lalu dia menggeser tombol hijau "hallo..."

"kalian di mana ? kenapa ponsel istriku mati, kamu menculiknya lagi ? bukannya kamu sudah punya tunangan ? kenapa..." tanpa menunggu kelanjutan berondongan pertanyaan di seberang Febiola menempelkan ponselnya di telinga Chloe "....kamu masih membawa istriku kencan....kenapa..."

"aku yang mengajaknya kencan, jangan salahkan dia" potong Chloe dengan wajah cemberut

"sayang....mengapa kamu lebih memilih kencan dengannya ? aku lebih mencintaimu dari pada dia, aku yang akan menemanimu sampai tua, bukan dia..."

Chloe menghela nafas, entah apa yang salah dengan suaminya kali ini, apa dia salah minum obat, mengapa dia jadi tambah lebay "Marco sayang....jadilah baik dan jangan bertingkah...setelah selesai belanja aku akan segera kembali ke toko" nada suara Chloe begitu lembut, membuat Febiola syok.

"CHLOEEE....mengapa caramu menenangkan aku seakan-akan aku kucing piaraan mu, kamu pikir aku tidak akan marah lagi setelah mendengar suara lembut mu ? dengar baik-baik ya...kali ini aku akan memaafkan mu kalau kamu membeli lingre yang di pegang si rambut jagung dan memakainya nanti malam....."

"MARCO KAMU CABUL..." teriak Chloe dengan marah lalu mengakhiri panggilan dan mematikan ponsel Febiola.

"lah kok di matikan" protes Febiola "kalau nanti yayang ku telpon gimana ?"

"awas kalau kamu berani menyalakan ponselmu" ancam Chloe, Febiola langsung mengkerut.

"melihat kalian bisa menghasilkan kembar tiga, pasti permainan kalian di ranjang sangat intens, stamina suamimu juga pasti luar biasa....lalu sekarang kamu hamil bukankah itu akan mempengaruhi aksi kalian di ranjang ? lalu bagaimana suamimu akan menyalurkan hasratnya ? bukankah biasanya pada masa kehamilan istri adalah saat rentan suami selingkuh karna hasratnya yang tidak terpuaskan ?"

Chloe memelototi sahabatnya "apa sejak bertunangan otakmu sudah tercemar, lagi pula apa menurutmu aku akan membiarkan suamiku selingkuh ? kalau dia berani melakukannya saat aku hamil anaknya aku tidak akan segan-segan membuatnya impoten seumur hidupnya, apa kamu percaya itu ?"

Febiola meringis lalu mengangguk-anggukkan kepalanya mirip ayam yang lagi makan "ya.....ya...aku percaya, kamu adalah ahlinya membuat seorang pria kehilangan masa depannya"

Chloe mendengus lalu berbalik menuju kasir.

Saat sahabatnya tidak memperhatikan, Febiola menyalakan ponselnya diam-diam.

Mereka keluar dari toko dan tidak menyadari ada sepasang mata mengamati mereka, pemilik sepasang mata ini juga sejak awal mendengar seluruh percakapan mereka, dan otaknya dengan cepat menyusun sebuah rencana untuk membalas dendam.

πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Kedua sahabat itu sekarang duduk makan es krim. Sambil menunggu pesanan Chloe menyalakan ponselnya, sedang Febiola pamitan ke toilet.

Hampir lima belas menit Febiola mengantri di toilet, tapi sepertinya antrian tidak bergerak, 'mungkin ada yang lagi melahirkan di dalam' keluh Febiola.

Akhirnya dengan tidak sabar Febiola meninggalkan antrian dan pergi ke toilet di lantai atas. Saat kembali dari toilet Febiola melintas di depan toko Underwear wanita yang tadi dia datangi dengan sahabatnya dan dia melihat wajah yang di luar ekspektasinya. Untuk memastikan bahwa dia tidak salah lihat, Febiola mengendap ke pintu masuk toko dan mulutnya langsung menganga.

Dan dengan menahan tawa ia memutuskan untuk menyapa si pemilik wajah yang menawan itu.

"Marco.....apa yang kamu lakukan di sini ?"

Marco menoleh dan meliriknya dengan wajah datar

"apa lagi yang aku lakukan ? tentu saja membeli ini" Marco mengangkat lingre merah yang tadi di foto oleh Febiola dan beberapa lingre dengan warna dan model yang berbeda.

"kamu membelinya untuk Chloe ?"

"tentu saja"

Febiola mengerutkan keningnya "memangnya dia bakalan mau pake ?"

Marco tidak menjawab, dia hanya menatap lingre dengan senyum licik di bibirnya. "jangan beritahu dia, awas kalau kamu berani memberitahu, aku akan membuat kamu dan tunanganmu tidak bisa menginjakkan kaki di Indonesia lagi" ancam Marco.

"huuuu...aku takut..." ledek Febiola "memangnya kamu siapa bisa membuat aku dan Willy tidak bisa ke Indonesia ? presiden ? ketua MPR ?"cibir Febiola

"aku bukan mereka tapi aku bisa melakukannya, tidak percaya ? silakan coba" tantang Marco arogan.

"huh....kalau kamu berani melakukannya, aku jamin Chloe akan menceraikan mu" Febiola mengancam balik

"dia tidak akan melakukannya" kata Marco tegas.

"dia akan, mau mencoba ?" tantang Febiola.

Ada kilatan panik di mata Marco dan itu tidak luput dari pindaian Febiola.

Senyum kemenangan merekah di bibir merah Febiola, dia akhirnya menemukan kelemahan Marco, hah...sekarang pria berwajah batu ini tidak akan bisa menggertaknya lagi.

Ponsel Febiola berdering, tanpa melihat si penelpon dia tau bahwa yang menelpon adalah sahabatnya karna dia menggunakan nada dering khusus lagu 'cicak-cicak di dinding'.

Tentu saja ada alasan khusus kenapa Febiola menggunakan nada dering itu untuk sahabatnya. Waktu itu saat masa MOS SMU Chloe ketika di menyanyi dia dengan cueknya menyanyikan lagu 'cicak-cicak di dinding', ketika di suruh membaca puisi dia membaca syair lagu 'cicak-cicak di dinding' dengan lantang, ketika di suruh menirukan gaya binatang, dia menirukan gaya jalannya cicak, ketika di suruh menggambar dia menggambar cicak, akhirnya karna panitia MOS merasa geram mereka meminta Chloe membawa cicak sesuai dengan jumlah panitia MOS dan esoknya dia betul-betul membawa cicak di dalam toples sesuai dengan jumlah panitia bahkan dia menulis nama semua panitia pada punggung masing-masing cicak. Tentu saja panitia MOS langsung kacau karna semua panitia perempuan berlarian dan berteriak jijik ketika Chloe membuka tutup toples dan semua cicak merayap keluar.

"hallo...." sapa Febiola

"kamu pipis berapa galon ? kenapa sudah setengah jam belum kembali, es krim mu mencair" keluh Chloe

"ok, tunggu ! aku sebentar lagi ke situ, aku ketemu dengan kenalan yang menyebalkan" jawab Febiola sambil melirik Marco dengan tidak suka.

Setelah mengakhiri panggilan Febiola pergi meninggalkan toko dengan ekor terangkat, dia telah menemukan kelemahan Marco dan akan menggunakannya untuk melawannya saat dia mencoba mengintimidasinya.