"nenek apakah kamu mencintai aku ?" tanya Chloe
"tentu saja nenek mencintaimu"
"kenapa nenek mencintaiku ? apa karna ibuku meninggal saat aku masih kecil ?"
"plakk......" nenek Margono memukul kepala Chloe "dasar anak berandal apakah perlu sebuah alasan bagi seorang nenek untuk mencintai cucunya ?"
Chloe meringis "jadi seberapa besar nenek mecintaiku ?"
"kami mencintaimu sampai kami rela mengorbankan nyawa kami untukmu" jawab kakek Margono
"apakah kalian juga akan rela membunuh demi aku ?" kejar Chloe.
Kakek dan nenek Margono mengangguk bersamaan dengan yakin, Chloe melotot dan kemudian menghela nafas.
"Jocelyn meninggal tadi malam" kata Chloe santai sambil mengamati ekspresi kakek nenek Margono "dia bunuh diri"
"Jocelyn ? gadis yang menculik dan menyiksamu ? bukankah dia ada di dalam penjara ? bagaimana dia bisa bunuh diri ?" sekilas ada ekspresi terkejut pada pasangan tua itu
Chloe mengangguk tanpa mengalihkan matanya dari mereka "tiga bulan sebelum dia bunuh diri, dia menjadi gila, dia sering berhalusinasi dan ketakutan pada sesuatu yang tidak nyata"
Nenek Margono mendengarkan cucu kecilnya lalu pelan-pelan wajahnya berubah muram "anak nakal, apa kamu mencurigai nenek telah meracuni gadis itu dengan ramuanku ?"
Chloe mengangkat kedua bahunya acuh "plakk.......aduh........" kakek Margono memukul kepala Chloe.
"kakek berhenti menganiayaku" keluh Chloe sambil mengelus kepalanya.
"berandal atas dasar apa kamu menuduh nenekmu seperti itu ?"
"kalau nenek tidak melakukannya kenapa kakek marah ?" tanya Chloe curiga.
"melakukan atau tidak tetap saja kakek marah, cara bicaramu tidak sopan" keluh kakek Margono.
Nenek Margono menghela nafas "nenek memang berniat membunuhnya karna dia telah mengambil calon cicit nenek" jelas nenek Margono, Chloe melotot dan melirik Marco yang tanpa ekspresi.
"nek....." jelas ada keluhan dalam nada bicara Chloe, dia tidak berharap nenek akan mengakuinya dengan jujur.
Nenek Margono mengangkat sebelah alisnya "kenapa ? kamu mau menyalahkan nenek ?"
Chloe mendengus, lalu berdiri dari tempatnya duduk dan pergi meninggalkan pasangan tua Margono, Marco ikut berdiri dan mengangguk lalu menyusul langkah istrinya.
"kamu tidak mau makan bersama kami ?" teriak kakek Margono. Tanpa berpaling Chloe melambaikan tangannya.
πππππ
Chloe dan Marco melintasi dapur, tiba-tiba Chloe berhenti dan memejamkan matanya sambil hidungnya mengendus udara
"ada apa ?" tanya Marco sedikit kuatir, dia meraih lengan istrinya.
Chloe tidak menjawab, dia menarik tangan kiri suaminya dan melihat jam "tepat jam 12" gumamnya lalu dia mengangkat kepalanya dan tersenyum pada suaminya "ayo kita makan siang dulu" ucapnya sambil menarik suaminya menuju ruang makan.
"bukannya kamu menolak ajakan kakek untuk makan siang bersama" tanya Marco tidak mengerti dengan tingkah istrinya yang plin plan.
"sayur asem bikinan bude Asmo paling mantap, jadi aku berubah pikiran" jelas Chloe.
Pasangan MnC sampai di ruang makan dan Reni anak bude Asmo sedang menyiapkan meja.
"non Chloe makan di sini ?" tanya Reni saat melihat Chloe masuk. Chloe mengangguk. Reni pergi ke dapur dan tak lama kembali dengan membawa piring tambahan
"dari mana kamu tahu kalau bude Asmo masak sayur asem ?" Marco curiga dengan ketajaman penciuman istrinya, karna Marco tidak mencium aroma apa pun saat melintasi dapur.
Dapur di rumah besar di desain dengan standart hotel jadi ventilasi udaranya sangat bagus, mustahil bisa tercium aroma masakan apa pun dari luar dapur, jadi bagaimana istrinya bisa mengendus aroma sayur asem dari luar ? jangan-jangan istrinya punya bakat untuk jadi anjing pelacak.
Chloe cuma menanggapi pertanyaan suaminya dengan kedipan mata.
Tak lama Reni muncul lagi dari dapur membawa nasi, lalu kembali dan membawa sayur asem, sambal terasi, ayam goreng, tempe goreng dan terakhir ikan kering.
Mata Chloe langsung berbinar tanpa menunggu kakek dan neneknya datang dia langsung mengambil piring di depan suaminya, mengisinya dengan nasi dan sayur, lalu mengisi piring untuk dirinya sendiri dan melahapnya dengan semangat, bahkan kalau ada harimau lewat dia tidak perduli.
Marco melihat istrinya dengan sudut bibir berkedut lalu mulai menyantap makanannya.
Saat Chloe nambah untuk ketiga kalinya, pasangan tua Margono masuk ke ruang makan. Mereka tertegun sejenak melihat MnC sedang makan. Eehmmm.....lebih tepatnya Marco melihat istri kecilnya makan.
Ya...Marco sudah selesai makan sekarang dia sedang menatap istrinya yang tengah menikmati makanan di piringnya seakan dia seorang pengungsi yang telah seminggu tidak melihat makanan.
"bukannya tadi kamu bilang tidak mau makan di sini ?" tanya kakek Margono sambil menarik kursi dan membantu istrinya duduk.
"hhhaaiikkkkk..........." Chloe bersendawa keras "aku mencium aroma sayur asem bude Asmo yang legendaris, tentu saja aku tidak akan melewatkannya" jawab Chloe tanpa dosa, lalu kembali melanjutkan menyantap makanan di piringnya.
"Marco, kakek salut padamu bisa menghadapi gadis tidak beradap seperti dia" kakek Margono yang duduk di samping istrinya dan melirik Marco sambil menyuap makanan ke mulutnya.
Marco masih menatap istrinya tanpa berkedip "kakek, tidakkah menurut kakek Chloe sangat imut ? bahkan saat bersendawa barusan ?"
"uuhhukkkk......."
"uuhhukkkk......."
"uuhhukkkk......."
tiga orang tersedak makanan makanan bersamaan, tapi mereka memiliki pikiran yang berbeda.
"matamu pasti bermasalah?" kata nenek Margono
"pasti sirkuit otakmu ada yang rusak !" kata kakek Margono.
"sayang....aku cinta padamu" kata Chloe dengan senyum merekah.
πππππ
Dalam perjalanan pulang Chloe melamun di kursinya membuat suasana di dalam mobil hening.
"apa yang kamu pikirkan ?" tanya Marco memecah kesunyian
"hhmmm......" Chloe menanggapi dengan gumaman.
"apa kamu sedang mempertimbangkan antara melaporkan nenek atau tidak ?" imbuh Marco.
Chloe menoleh menatap suaminya dengan mata besarnya.
"apa ? apa kamu makin cinta karna suamimu yang tampan ini bisa menebak isi pikiranmu ?" kata Marco percaya diri.
Chloe memutar bola matanya, dia tidak pernah menyangka bahwa suaminya bukan hanya mesum tapi juga narsis.
"bagaimana menurutmu ?" Chloe meminta saran
"sebenarnya aku memiliki niat yang sama dengan nenek, aku berencana membayar orang untuk menyiksa Jocelyn perlahan sampai dia mati di penjara" aku Marco.
Chloe kembali menatap suaminya dengan mata membulat, tidak percaya dengan apa yang katakan suaminya.
Beberapa saat kemudian Chloe menghela nafas "yah...sepertinya aku hanya bisa diam, bahkan kalau pun aku mau melaporkannya, tidak ada bukti yang mendukung" Chloe menghela nafas lagi "bahkan meski mayat Jocelyn di otopsi aku ragu mereka bisa menemukan jejak ramuan yang telah dia konsumsi"
"gadis pintar" puji Marco sambil menepuk kepala istri mungilnya. "itu memang apa yang sudah sepatutnya di dapat Jocelyn, jadi kamu jangan terlalu merasa bersalah, oke ?" Chloe tersenyum samar "sekarang kamu hanya perlu memikirkan bagaimana kamu akan memberiku makan malam"
Senyum Chloe langsung menghilang dan berganti dengan tatapan jijik, Marco terkekeh.
πππππ
Tak lama setelah Marco dan Chloe meninggalkan rumah besar Reni membereskan piring di meja makan
"eem...nek tadi bu Asih datang mencari nenek" kata Reni
"oya ? terus ?" nenek Margono mengerutkan kening
"saya memberitahu kalau nenek dan non Chloe sedang di kebun dan beliau pergi ke sana, tapi tak lama kemudian beliau kembali dan pamit pulang, katanya nanti akan datang lagi" jelas Reni.
"oh....oke" jawab nenek Margono singkat.