Chereads / Pernikahan Pura-pura (lanjutan dari akun ayla_amethyst) / Chapter 61 - Kenapa Kamu Jadi Sensitif ?

Chapter 61 - Kenapa Kamu Jadi Sensitif ?

Chloe membuka matanya saat mendengar ponsel suaminya yang semalam di letakkan di nakas berbunyi.

"sayang....." Chloe menyipitkan matanya melihat si penelpon, lalu menggoyang badan suaminya yang masih terlelap.

"sayang"

"hmm....." gumam Marco tanpa membuka matanya.

"om Jerry nelpon" Chloe menekan tombol hijau dan meletakkannya di telinga suaminya.

"hmmm...." Marco bergumam lagi masih dengan mata tertutup.

"...."

"apa ?" kali ini Marco langsung membuka matanya "kapan ?"

"...."

"oke.....nanti saya yang beritahu mama" dan Marco mengakhiri panggilan.

"ada apa ?" tanya Chloe yang ikut bangun setelah mendengar nada kaget suaminya.

"Jocelyn mati"

"heh ? bagaimana bisa ?"

"bunuh diri"

"eh bagaimana bisa ? dia kan ada di sel ?" tanya Chloe bingung

Marco mengangkat kedua bahunya, dia juga tidak tahu bagaimana bisa Jocelyn bunuh diri di dalam penjara.

"aku akan kesana" kata Marco sambil turun dari tempat tidur.

"aku ikut" Chloe menyusul di belakangnya dan mereka memasuki kamar mandi bersama untuk 'menghemat waktu dan air' 🀭.

Satu jam kemudian mereka keluar dari kamar mandi (bukannya mereka menghemat waktu ? 🀭).

πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Pasangan MnC sampai di lapas dan ambulan dari rumah sakit sudah terparkir di sana. Tuan dan Ny. Suri juga sudah ada di sana bersama Jason, Chloe menelpon mereka saat di perjalanan tadi.

Ny. Suri sedang menandatangani prosedur untuk membawa jenazah Jocelyn ke rumah duka, sambil menunggu orang tuanya datang dari Australia.

Sementara itu Marco dan Chloe mencari dokter yang menangani Jocelyn dan sipir penjara yang kemarin bertugas. Ternyata om Jerry juga sedang berbicara dengan mereka.

"om" sapa Marco, om Jerry mengangguk. "bagaimana ?" tanya Marco setelah dia mendekat.

Om Jerry mengangguk pada sipir penjara yang menatap beliau.

Merasa mendapat persetujuan, sipir penjara membuka suara "saat teman satu selnya memanggil saya, nona Jocelyn menggigil ketakutan sambil menangis, waktu saya datang dia berteriak meminta maaf berulang kali, lalu saya keluar untuk memanggil kepala penjara, baru saja saya menutup pintu mbak Jocelyn berlari dan membenturkan kepalanya di tembok dengan keras dan meninggal"

"kenapa dia ketakutan ?" tanya Chloe heran.

"sudah dua bulan ini mbak Jocelyn sering tiba-tiba ketakutan, apa lagi kalau habis konseling kerohanian dia terus meminta maaf pada semua orang" jelas sipir.

Marco dan Chloe saling tatap diam-diam.

Lalu dokter menambahkan "dia meninggal seketika karna benturan yang keras membuat lehernya patah"

Chloe terpana mendengar penjelasan dokter, 'separah apa depresi Jocelyn sampai membuatnya mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya ?' batin Chloe.

πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Dalam perjalanan ke rumah duka Chloe diam.

"apa yang kamu pikirkan ?" tanya Marco melihat istrinya tak bersuara sejak tadi.

"aku...lapar" jawab Chloe jujur. Tadi pagi mereka berangkat jam tujuh dan belum sempat sarapan.

"mau makan apa ?" senyum Marco tersungging di bibir, dia membayangkan istrinya dengan perut gembul pasti terlihat imut.

"aku mau makan pangsit sama nasi goreng, terus minum teh anget" jawab Chloe dengan mata menerawang dan mulut ngeces.

"ha...ha....oke"

Sambil menunggu pesanan, Chloe kembali terdiam dan tampak sedang berpikir.

Marco mengamati istrinya yang sedang berpikir.

"sayang, katakan padaku seperti apa kepribadian Jocelyn ?" tanya Chloe.

"kenapa tiba-tiba kamu menanyakannya ?"

"selama aku mengenal Jocelyn, rasanya dia bukan jenis orang yang akan bunuh diri, meski dia sakit jiwa tapi dia jenis orang yang sombong jadi mustahil dia tiba-tiba memiliki kepribadian yang berbeda sejak masuk penjara" Marco meski dia tidak perduli dengan Jocelyn tapi dia tetap mencoba merenungkan analisis istrinya.

"jadi....apa kamu mau Jocelyn di otopsi ?"

"tidak.....aku tidak ragu kalau dia mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, yang aku ragukan adalah perubahannya setelah dia masuk penjara, bukankah menurutmu itu terlalu mendadak, hanya dalam waktu satu bulan dia mengikuti konseling kerohanian"

Marco diam, mencoba mencerna apa yang di katakan istrinya.

πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Di rumah duka Ny. Suri sedang memeluk adik iparnya yang menangisi anak semata wayangnya. Dia tampak sangat terpukul dengan kepergian anaknya yang tiba-tiba.

Marco dan Chloe mendekati mereka, saat melihat Chloe tante Jesica berdiri dan menampar Chloe. Karna tamparan itu datangnya tiba-tiba Chloe tidak sempat menghindar, cetakan telapak tangan tertampak jelas di pipi putihnya.

Marco meraih tangan tante Jesica dengan wajah gelap

"say....lepaskan tante Jesica" Chloe meraih tangan suaminya yang hampir mematahkan tangan tante Jesica.

"ingat tan....kalau tante berani menampar istriku lagi tangan ini tidak akan bisa di gunakan lagi" ancam Marco.

"Kalian yang membunuh anakku, kalau Chloe tidak muncul dia tidak akan menggila" geram tante Jesica.

"anakmu sudah gila sejak awal, itu bukan kesalahan istriku" bela Marco

"kamu yang kejam, kamu tahu betul perasaan Jocelyn tapi kamu mengabaikannya" tante Jesica beralih menyalahkan Marco.

"cinta tidak bisa di paksa, dan sejak awal aku tidak tertarik pada Jocelyn, jadi dia yang sebenarnya tidak tau diri" sergah Marco.

"say.....sudah, kita dilihatin orang" bisik Chloe sambil menarik-narik lengan suaminya.

"ayo kita pulang" Marco berbalik dan menarik istrinya keluar dari rumah duka.

"tapi...." Chloe menoleh menatap Ny. Suri meminta bantuan, tapi beliau menggeleng yang artinya meminta Chloe mengikuti suaminya.

"abaikan mereka" ajak Marco lagi melihat istrinya ragu-ragu.

Akhirnya Chloe mengikuti suaminya dengan patuh.

πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Keluar dari rumah duka Marco membawa mobilnya ke sebuah minimarket.

"tunggu di sini aku segera kembali" lalu Marco bergegas keluar dari mobil. Beberapa menit kemudian Marco kembali dengan sekantong es batu.

Masuk ke mobil Marco meraih kepala istrinya dan melihat pipi istrinya yang bengkak "kenapa kamu tidak menghindar ?" tanya Marco sambil mengompres pipi Chloe.

"aissshhh..."desis Chloe saat pipinya yang panas terkena es "aku tidak mengira kalau tante Jesica akan menamparku"

"lain kali kalau ada yang nampar kamu balas dua kali lipat"

Chloe melotot "masa aku balas nampar tante Jesica ? bisa-bisa Ny. Suri memecatku dari status menantu"

"dia ? tidak akan berani, kalau dia memecatmu aku juga bisa memecatnya dari status ibu"

"durhaka kamu, dia ibumu yang melahirkan dan membesarkanmu" protes Chloe.

"tapi yang akan menemaniku seumur hidup istriku bukan ibuku" bela Marco

"tetep aja sama orang tua gak boleh durhaka"

"tapi kamu sama kakek dan nenek suka menipu mereka"

"itu beda, mereka tidak melahirkan aku"

"tapi mereka orang tua ayahmu" Marco ngotot

"ah....sudahlah abaikan saja mereka" Chloe mengibaskan tangannya "eh.....tapi...kita ke rumah mereka yuk...ada sesuatu yang aku mau tanya di nenek"

"apa ?"

"ada...ayok...sebelum aku lupa"

"nih kompres terus pipimu" Marco menyerahkan bungkusan es dan menstater mobil.

πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Marco dan Chloe masuk ke rumah besar dan asisten rumah tangga memberitahu kalau kakek dan nenek sedang ada di kebun, mereka langsung menyusul ke sana.

Ketika menyebut nama kebun di rumah besar jangan pernah berpikir bahwa kebun itu isinya bunga-bunga cantik yang lagi viral, kebun milik pasangan tua Margono adalah rumah kaca yang penuh dengan tanaman obat dari berbagai tempat, jadi kebun mereka lebih lengkap dari pada pabrik obat.

Di kebun kakek Margono sedang menyiangi rumput sedangkan nenek Margono memilah tanaman yang siap di panen.

"nenek...." teriak Chloe dari pintu dapur, mirip tarzan yang lagi nyari temannya. "nenek....." Chloe kembali berteriak.

Mendengar teriakan cucu kecil mereka, kedua pasangan itu meninggalkan pekerjaan mereka dan berjalan keluar dari rumah kaca.

"apa yang membawamu ke sini ?" tanya kakek Margono heran.

"jadi kakek gak mau aku datang ? ya sudah ayo kita pulang" Chloe membalikkan badan dan menarik Marco yang mengekor tadi mengekor di belakangnya.

"kakek hanya bercanda, kenapa kamu jadi sensitif begitu" sergah kakek Margono sambil melempar batu kecil ke arah Chloe, Marco menangkapnya dengan sigap, lalu berbalik dan melemparnya kembali ke arah kakek Margono, beliau menghindarinya dengan mudah.

"Chloe sedang hamil jadi wajar kalau dia jadi sensitif" bela Marco

"benarkah ?" nenek Margono bergegas menghampiri Chloe lalu meraih tangannya dan menariknya ke bangku yang ada di rumah kaca.

Nenek Margono memeriksa denyut nadi Chloe bak dokter profesional, lalu dia mengerutkan kening dan memeriksa ulang lalu dia tertawa bahagia memeluk suaminya yang sudah duduk di sebelahnya.

"dia benar-benar hamil ?" tanya kakek Margono ragu

Nenek Margono mengangguk yakin dan senyum bahagia tidak lepas dari bibirnya "ada kembar tiga di dalam perutnya" kata nenek Margono

Marco dan Chloe saling pandang, hanya dengan memeriksa denyut nadi beliau bisa tahu kalau ada kembar tiga di perutnya ? atau mungkin ibu atau mungkin kak Mei sudah memberitahunya ? pertanyaan ini ada di kepala pasangan MnC ini.

"kakak belum memberitahu nenek ?" tanya Chloe memastikan.

"tidak ! jadi dia sudah tau kamu hamil ?" Chloe mengangguk "dan dia tidak memberitahu kami ?" Chloe mengangkat kedua bahunya. "sepertinya nenek harus memberi pelajaran pada kakakmu"

"pelajaran apa ? matematika ? bahasa ? atau perdukunan ?" ledek Chloe.

Nenek Margono mengangkat sebelah alisnya "apa kamu mau belajar ilmu perdukunan nenek ?"

"tergantung seberapa menarik ilmu perdukunannya, apa fungsi tanaman itu ?" Chloe menunjuk asal tanaman di depannya.

"itu untuk detox"

"kalau yang itu ?"

"itu kalau di campur dengan yang sebelahnya bisa meningkatkan stamina"

"kalau itu ?" Chloe terus menunjuk semua tanaman yang berbeda yang dia lihat, dan nenek Margono menjawab dengan sabar, sampai Chloe menunjuk tanaman yang sedikit tersembunyi letaknya karna dia di letakkan di ujung dan di sekelilingnya ada pot tanaman yang lebih besar, jadi kalau tidak di perhatikan dengan baik tanaman itu tidak akan terlihat. "ini ?" Chloe yang telah berdiri sejak tadi untuk menanyakan semua kegunaan tanaman, mengulurkan tangan untuk memetik tanaman yang tersembunyi tersebut.

"jangan sentuh tanaman itu, apa lagi mencium aromanya" cegah nenek Margono

"kenapa ?" heran Chloe

"aroma tanaman ini bisa membuat orang berhalusinasi, apa lagi kalau di campur dalam makanan efeknya akan lebih kuat"

"benarkah ?" tanya Chloe ragu, tapi nenek Margono mengangguk dengan yakin. "seberapa kuat itu ?"

"tergantung kondisi psikologis orang yang menghirupnya"

"kalau orang yang terpapar oleh tanaman itu pada dasarnya sudah akut jiwa maka apa yang terjadi ?"

"ya dia bisa jadi gila, bahkan tanpa sadar dia bisa mengakhiri hidupnya karna kehilangan akal"

Mendengar penjelasan nenek Margono Chloe menatap mata suaminya yang sedang menatapnya juga, seakan mereka memiliki pikiran yang sama.