Chapter 2 - Memangnya Aku Babi ?

Chloe membuka matanya dan melihat wajah tampan suaminya terpampang di depannya. Tidak ada ruginya punya suami berwajah tampan, setidaknya saat bangun di pagi hari dia bisa memberikan nutrisi bagi matanya.

Wajah tidurnya terlihat menggemaskan, hidungnya yang tinggi, bulu matanya yang panjang dan tebal. Rasanya Tuhan sangat tidak adil memberikan bulu mata secantik ini pada seorang pria, seharusnya itu di berikan kepada semua perempuan sehingga kaum hawa di dunia ini tidak perlu memakai bulu mata palsu yang merepotkan.

Chloe tidak tahan hanya menatap wajah tampan yang terpampang di depannya, akhir pelan-pelan dia memajukan kepalanya dengan niat memberikan ciuman di hidung mancung Marco, tapi sebelum bibirnya menyentuh hidung mancung itu, si pemilik hidung membuka matanya. Chloe pura-pura menguap dan meregangkan kedua tangannya.

"tutup mulutmu bau!" kata Marco dengan suara serak seksi.

Chloe menghentikan aksinya "apa kamu bilang ?" tanyanya tidak senang

"mulutmu bau naga"

"hah berani kamu mengatakannya lagi ?" nada suara Chloe penuh ancaman

"bau naga" ulang Marco

"hah"

Chloe melompat dan duduk di atas perut Marco, sambil meniupkan bau mulutnya ke hidung Marco.

Marco menutup hidungnya dengan tangan kanannya.

"buka tanganmu dan terimalah bau nafas naga"

Chloe menarik tangan kanan Marco dengan kedua tangannya dan terus meniupkan bau mulutnya, tiba-tiba Marco membuka tangan kanannya dan tangan kirinya meraih belakang kepala Chloe.

Chloe, yang kedua tangannya sedang memegang erat tangan kanan Marco kehilangan keseimbangan saat tangan kanan itu di pindahkan, membuat kepalanya dengan mudah di tarik oleh suaminya dan bibir dinginnya langsung membungkus bibir Chloe.

Tangan kanan Marco sudah berpindah di pinggang Chloe dan dengan mudah dia membalik posisi mereka, bibirnya masih menempel di bibir Chloe.

"mmmm" Chloe bergumam di tengah serangan ciuman suaminya

"apa kamu bilang ? aku tidak dengar ?" kata Marco setelah melepaskan bibir Chloe

"berhenti ! katamu mulutku bau naga" gerutu Chloe

"aku tidak mencium bibirmu lagi" jawab Marco sambil menundukkan kepalanya dan mencium leher Chloe.

"aahh...jangan membuat tanda di situ lagi" protes Chloe di tengah erangannya

"kalau begitu aku membuatnya di sini" ciuman Marco turun ke tulang selangka lalu ke payudaranya

"aahh....Marco hentikan.....aahh.....ini masih pagi.....aahh" Chloe menggigil saat Marco mencium payudaranya dan memainkan putingnya dengan lidahnya.

"tidak kah kamu membaca di internet kalau seks di pagi hari justru sehat dan menambah semangat ?" gumam Marco sambil terus memberikan ciuman di seluruh badan istrinya.

Chloe menggeliat gelisah, tangan Marco meremas pahanya pelan lalu membelai daerah pribadinya yang basah

"lihat bahkan di pagi hari tubuhmu merespon lebih baik" seringai Marco.

Chloe sudah tidak bisa lagi menjawab, otaknya sudah kacau, dia tidak tau harus berkata apa lagi.

Marco membuka kedua kaki istrinya lebih lebar dan menyatukan tubuh mereka, lalu dia mulai bergerak maju dan mundur awalnya pelan kemudian iramanya makin bertambah dan tak lama badan Chloe melengkung

"aaahhhh...." mereka mencapai klimaks bersama.

🍓🍓🍓🍓🍓

"pagi nenek" sapa Chloe

Dia membawa secangkir kopi, meletakkannya di meja dan menghambur ke pelukan nenek Margono yang duduk di kursi goyang di serambi belakang

"pagi anak nakal" nenek Margono membalas pelukan cucunya dengan sayang "jam berapa kalian sampai ?"

"jam dua, mana kakek ?" kepala Chloe celingukan mencari keberadaan kakek Margono

"di pantai dengan suamimu"

"oh...nenek sudah sarapan ?"

Nenek Margono melirik cucunya dengan mata menyipit "anak nakal ini sudah terlalu siang untuk sarapan"

Chloe melirik jam tangannya "masih pagi nek, baru jam sembilan"

"dasar pemalas" nenek meletakkan buku dan kacamatanya di pangkuan lalu menatap cucunya dan melihat beberapa tanda merah samar di lehernya dan tersenyum.

"kenapa senyum nenek menyeramkan, apa yang nenek rencanakan ?" canda Chloe

"nenek bahagia untukmu, kamu bisa melupakan masa lalu dan menikah dengan orang yang kamu cintai, jadi sekarang waktunya kamu memberikan nenek seorang cicit"

Mendengar neneknya menyebut kata cicit bibir Chloe berkedut "bagaimana kalau anak kembar ? jadi aku hanya perlu hamil satu kali saja"

"boleh ! tapi kembar empat"

"hah ? memangnya aku babi ?"

"ha....ha....ha..."

"pagi nenek" sapa suara lembut memasuki telinga Chloe "Chloe" Felicia menghampiri Chloe dan memeluknya

"hei...kami juga datang ? kapan kamu sampai ?"

"kemarin"

"waktu pesta ulang tahun tante Anita kemarin aku gak sempat ketemu kamu, kamu tambah cantik Fe"

"kamu juga tambah cantik" Felicia menjawab dengan senyum, lalu dia duduk di samping Chloe.

Pada saat itu dari arah pantai datang kakek dan Marco. Melihat mereka berjalan menghampiri serambi Chloe berdiri dari tempatnya dan berlari menuju kakeknya

"heh.....anak nakal, apa kamu sekarang merindukan kakek ?" kata kakek Margono sambil memeluk cucunya.

"sedikit, aku lebih rindu nenek" goda Chloe

"lihat badan kurusmu, apa kamu cukup makan ?"

"kakek harus memberinya pelajaran" bisik Chloe di telinga kakeknya sambil menunjuk ke arah suaminya "dia jarang memberiku makan dan selalu membuatku bekerja keras, lihat cucu kesayanganmu ini jadi kurus kering tinggal tulang"

Bibir Marco berkedut mendengar candaan istrinya, kurang makan heh ? siapa yang di kira kuntilanak gara-gara makan kayak orang kesurupan, lihat saja malam ini dia akan membuatnya bekerja keras lagi.

🤧😷🥴🤒😶

Nenek membawa Chloe dan Felicia pergi berbelanja di salah satu mall di pinggir pantai kuta dan Marco yang jadi drivernya. Nenek Margono sudah berumur delapan puluh tiga tahun tapi ketika dia berbelanja bersama cucunya tenaganya seperti gadis berusia dua puluhan, semua outlet baju di masuki dan keluar minimal dengan satu kantong tas, Marco satu-satunya pria yang mendampingi mereka mendapatkan tugas tambahan sebagai orang yang membawa belanjaan. Bisa di bayangkan ekspresinya menjadi masam. Chloe melirik suaminya dan melihat suasana hatinya yang suram, dia melambatkan langkahnya dan memeluk lengannya

"sabar ya suami, nanti aku belikan es cream" seringai Chloe.

Marco mengabaikannya, tapi saat dia melihat salah satu outlet dia menarik Chloe untuk masuk ke outlet itu dan menunjuk salah satu barang yang di kenakan manekin

"sebagai kompensasi aku mau malam ini kamu pakai ini"

Melihat apa yang di tunjuk oleh suaminya Chloe membelalak dan wajahnya memerah "dasar cabul, jangan mimpi" protes Chloe sambil memutar badan hendak keluar dari outlet, tapi Marco menangkapnya dan menyeretnya kembali.

Marco memanggil pelayan dan meminta membungkus sebuah piyama transparan berwarna hitam.

"Marco jangan konyol, tidak mbak tidak usah di bungkus" Chloe berusaha merebut piyama yang di bawa pelayan ke kasir

"bungkus ! saya yang bayar" Marco menyeret istrinya membawanya ke kasir.

Ketika mereka keluar dari outlet ekspresi Marco sudah cerah dan ganti Chloe yang ekspresinya suram.

Ponsel Chloe berdering

"ya nek ?"

"di mana kamu ? kenapa menghilang ?" gerutu nenek Margono

"nenek di mana, biar saya yang cari nenek" jawab Chloe sambil melirik suaminya yang sedang tersenyum cabul, entah apa yang sedang dia pikirkan. "hmmm...oke kami nenek tunggu di situ...hmmm..."

Chloe mematikan ponsel dan menoleh menatap suaminya "simpan senyum cabulmu, nenek menunggu kita"

Marco tidak menjawab, tapi senyumnya makin lebar, Chloe berjalan dengan cepat, membuat jarak sejauh mungkin dari suaminya.

💖💖💖💖💖

Setelah membeli piyama transparan untuk istrinya suasana hati Marco langsung terangkat dan dia tersenyum sepanjang waktu sambil terus melirik istrinya. Melihat tingkah suaminya Chloe semakin muram.

Jadi saat mereka pulang Chloe bersikeras untuk duduk di belakang dan menghindari kaca spion, nenek tersenyum penuh arti melihat tingkah cucunya dan dia mengalah untuk menggantikan Chloe duduk di depan.

Ketika mereka sampai di rumah ada mobil lain yang masuk lebih dahulu ke halaman. Saat mobil di depan berhenti dan dari dalam mobil keluar seorang pria jangkung berwajah campuran lalu di susul gadis berambut pirang, senyum di wajah Marco langsung memudar. Wajahnya berubah kaku, dia menoleh kearah Chloe yang duduk di bangku belakang, tapi gadis itu sudah membuka pintu dan berteriak

"Bi..."

"C..."

Mereka langsung menghambur dan berpelukan. Marco menggerutu di dalam hatinya, bagaimana mereka bisa bertingkah memalukan seperti itu seakan mereka sudah bertahun-tahun tidak bertemu, padahal baru juga semalam mereka berpisah.

Marco mengerutkan keningnya, wajahnya berubah dingin. Dengan kedatangan si pirang rencananya untuk menikmati malam romantis bersama istrinya malam ini bisa gagal, dia harus mencari cara untuk memisahkan mereka.