Dalam selimut yang sama keduanya kini berkubang peluh terkungkung senyuman lega, karna cinta telah terlepas dengan kejujuran yang bukan lagi fatamorgana semata, tapi ini nyata, perasaan keduanya tau mana arah menuju langgeng yang sejatinya hanya lah sebuah rasa sementara saja.
"Udah aku turutin kemauan nya, ayo sekarang ceritakan bagaimana aku dulunya?" Rungut Fauziah dengan bibir mengerucut, seperti sebuah kebiasaan lama batang hidung suaminya sudah seperti benda favorit sebagai tempat merayapnya jemari lentik itu, dan dia tengah melakukan nya saat ini.
"Apa kamu tidak mengingat apa pun?"
"Gak, sepenggal doang? Itupun mungkin karna Bindari yang ngasih kodenya"
