Harsyan mulai ber api api, telinga nya sampai memerah serta mata merah yang melotot sangat tajam, gemerutuk gigi geraham nya seperti gemuruh gunung berapi yang sedang meluncur kan lava panas, untuk segera menebas apa saja yang di lewati nya.
"Jika membunuh, maka itu aku orang yang harus kau bunuh, karna aku yang telah memilih nya, bukan dia yang sengaja mencintai ku dan merenggut diriku darimu"
Tegas Hariksa dalam kucuran air mata yang saling kejar kejaran menuju pipi mulusnya, namun gurat wajah itu sangat tegas dalam tatapan penuh menuju pria yang hendak mengamuk hebat itu.
"Kau tinggal sebutkan saja siapa pria brengsek itu Hariksa" Teriak Harsyan.
Tinju nya pun mulai mengepal sangat keras, menghantam meja kayu klasik itu, hingga cangkir kopi pun berguncang, sampai isinya tersambur keluar memercik pada wajah Hariksa.