Chereads / amarah bahagia / Chapter 100 - Selamat tinggal

Chapter 100 - Selamat tinggal

"Lepaskan aku kak?"Bentak Fauziah dia terus meronta ronta di samping Bani.

"Apa kamu bilang? Heh? Apalagi aku akan membawamu pulang ke kota sekarang juga, heh"jawabnya kali ini terlihat santai.

"Tidak kak, Ziah besok menikah please, ikhlaskan aku yah?"Mudah saja lidah manis wanita itu berucap lirih.

"What? Seriously?"

"Kak aku serius, aku memilih Al, kakak harus mengerti, posisinya terjepit kak?"Ziah menatap penuh harap lalu Bani menoleh dan tersenyum miring.

"Apa yg terjepit haha, dek dek kamu tidak akan ku biarkan lolos, understand, beraninya kau menamparku di depan pria bangsat itu, dan mengusirku dari rumah mertuaku, dan sekarang kau bilang lepaskan? Ikhlaskan, hah? Mustahil"tegas Bani dan kembali fokus mengemudi.

"Aku akan lompat sekarang, biarkan aku mati dari pada harus hidup menanggung beban dan malu keluargaku, dan yeah haha Bani..Bani...Kau tertipu, Al itu cintaku yah, dia cinta pertamaku, kau pelampiasan ku Bani? Heh?"oceh Fauziah lalu tersenyum seringai.

"Benarkah?"Bani menghentikan mobilnya.

Suasana mendadak hening di tambah lagi ini malam sudah nyaris subuh mana ada manusia berkeliaran di luar apalagi ini desa kecuali orang aneh berdua ini.

"Benar, aku sungguh sungguh? Kenapa kau sakit hati? Hah? I don't care whit you?Percuma kau menculikku, haha"ucap Ziah terlihat acuh dan santai.

"Tarik kata kata mu Arzanetta"teriak Bani kemudian dia emosi lagi.

"Aku tidak akan pernah menarik kata kata ku, aku tetap akan menikahi Al titik, sekarang turunkan aku dan kembali lah ke asalmu, tempat mu bukan disini, paham?"

"Ku bunuh kau Arzanetta"sergah Bani marah dan berapi.

Namun Fauziah terlihat santai, tidak ada ketakutan bahkan getir sekalipun dari wajahnya, dia biasa biasa saja,.seperti gadis tak waras.

Apa yg sebenarnya merasuki Fauziah hingga dia jadi seperti ini? Siapa yg menekannya hingga berani berucap tanpa merasa bersalah sedikitpun?

"What? You want to kill me? Haha, aku bahkan sudah mati di tangan mu sebelumnya, kau lupa hah? Pria yg ku sayang ini sepertinya mulai melupakan jati diri ku, apa perlu ku ingatkan ha"Fauziah kali ini malah berbisik nyaris terdengar menyeramkan, apa lagi lagi sisi lain menguasai dirinya.

"Kau pikir aku takut hah!"Bani kemudian dg ganas nya melumat bibir gadis itu hingga dia tersentak tapi membalasnya.

Mereka terlihat cukup ekstrem kali ini bahkan nyaris seperti saling cakar namun dalam metode lumatan, rangkulan, saling bertukar saliva, lebih dalam, lagi dan lagi memagut dan terus mengganas kasar bahkan jauh dari kata lembut seperti yg sudah sudah, apa seperti itu caranya bertengkar?

Beberapa saat sebelum lupa diri mereka melepasnya dg nafas yg sedikit kacau dan rasa yg entah apa.

"Now, apa kau masih ingin menikahi pria itu?"Lirih Bani kemudian.

Fauziah menghela nafas panjang dan menghempaskan dg kasar.

"Sudah ku bilang aku tidak akan menarik kata kata ku, itu prinsip ku"

"Lalu bagaimana dg kata kata manis sebelum kamu pulang kedesa waktu itu, kamu berjanji padaku? Mencintai ku?Menikahi ku? Dalam tiga hari kamu akan kembali, do you forget?"

"Anggap saja itu semua angin lalu, eh bukan itu badai, yeah badai pasti berlalu dan lupakan aku ok!"jawab sang gadis santai.

"Arzanetta?"Bani menggeram marah.

"Yeah itu namaku, apa kau mau membunuhku, silahkan lakukanlah, setidak nya aku mati di tangan orang yg aku cintai, mulia bukan?"Fauziah gadis itu tersenyum seringai, benar benar telah dirasuki Fauziah ini sepertinya, kalau tidak mana mungkin gadis lugu seperti dia mampu bicara demikian?

Bani memeluknya mencoba menenangkan gadis itu, sang kaisar sepertinya memahami kenapa dia bersikap seperti ini, dia pasti tertekan dg pernikahan paksa yg telah menguras dan meluluhlantahkan impiannya.

"Kak, please kau mengenal ku lebih dari diriku sendiri, mengalah lah demi aku, pergilah dari sini"akhirnya air mata Fauziah tumpah ruah.

"Jadi usahaku gagal, aku kesini memperjuangkan cintaku jadi aku kalah, sekarang dek? Begitu kah?"

"Tidak kakak tidak pernah kalah,.justru kau menang kak, aku bersumpah sampai mati hati ku milikmu, meski kita berpisah tapi aku tidak akan melupakan apapun meski itu sedetik semua tentang kita, takdir kak, ini jawaban sebenarnya, kita hanya menjalani jika jodoh yg telah jauh dari kita apa lagi yg bisa kita perbuat, mengalir lah kak seperti air tanpa pamrih bukan memaksa air untuk menyatu dg minyak, kau kekasihku yg bijak dulu sebelum ini, sekarang ataupun nanti kau Baniku, meski....Hah my Bani love me, aku mencintaimu lebih dalam dari yg kau tau, but this ending, destiny that separates us"tutur ataupun siraman rohani Fauziah berhasil membungkam sang kaisar.

Bani memutar setir mobil nya, berbalik arah dan tatapan nya kosong tidak ada sepatah kata lagi dari mulutnya.

Fauziah mengurai tangisnya hari ini, kembali membayangkan bagaimana awal mereka bertemu hingga saat ini, mereka di pisah atas dasar kemanusiaan seperti itulah kata kata terbaik saat ini.

*

"Silahkan turun, kali terakhir kau menaiki mobil ku, setelah ini hanya akan ada Bani seorang, yg entah apalagi kegilaan yg akan aku lakukan setelah ini, hmm tapi tidak perlu mengkhawatirkan ku, i am ok!"oceh Bani tepat di depan rumah Fauziah.

Lantas gadis itu tak menjawab dia diam dan menyeka air mata nya, lalu turun perlahan.

Dia berjalan pelan menuju gubuk tua renta yg menjadi saksi kelahirannya, tampa sedikit pun menoleh kebelakang lagi, dia memantapkan hati melupakan pria itu dan mengubur dalam cinta yg telah terlanjur.

"Maaf kak, maafin Fauziah, hikhikhik..."Rintihan hatinya hingga akhirnya memasuki rumah dan hilang dari pandangan Bani.

Alvino muda mendesah kasar, memutar kencang setirnya lalu menggebu dg kecepatan penuh, dia menahan amarah sekaligus kecewa, lampiasnya kendaraan itu di jadikan balapan liar, suara mesinnya terdengar sampai menjerit jerit di aspal.

"Jika kau menemukan aku hidup lagi di dunia ini, maka jadilah akar penguat kerapuhan ku, karna mungkin disaat kau menemukan ku lagi, cinta mu padaku tak bisa di kekang waktu, namun pasti cinta kita di uji entah itu perpisahan atau jurang larangan yg ada di antara kita, maka sayang ku bersabarlah jangan biarkan duka menghancurkan karang kokohmu, karna ombak pasti ada pasang dan surut nya begitu juga dg cinta, semakin kuat nya dia maka semakin besar terjangan badai nya"kata kata yg sempat terbesit di telinga Bani.

"Selamat tinggal Bindari, perkataan mu telah terbukti, aku hari ini pulang sebagai pecundang yg gagal mempertahan kan hubungan, baik itu dulu ataupun sekarang"batin kaisar kemudian.