"Kin, gue boleh ngomong berdua ama elo di balkon?" pinta Fabian, dengan nada sedikit sungkan, ia sedikit mengangkat tubuhnya, memandang ke arah Kinan yang masih memandang lurus-lurus ke arah tembok. Fabian tahu, kalau sahabatnya ini pasti tidak akan mau, akan tetapi dia tidak akan pernah menyerah. Dia mau menunjukkan itikad baiknya, dan memperbaiki hubungannya dengan Kinan jika bisa. Tapi, apa hal itu benar-benar bisa terjadi? Di saat Fabian sadar betul, bahkan di mata Kinan nyaris tidak ada kata maaf pun untuknya.