Setelah lift tertutup, Yoga langsung luruh. Dia tak bisa berkata apa-apa lagi selain ketakutan dan menangis. Dia tak tahu harus berbuat apa, dia sendiri juga merasa ketakutan setengah mati. Bagaimana kabar istrinya? Bagaimana kabar bayinya? Dia ingin mendekap istrinya sekarang, dia ingin meminta maaf kepada istrinya. Dia ingin merasa hahagia dengan istrinya, dan dia ingin mengelus lembut perut istrinya.
Tapi, apa yang bisa dia lakukan? Dia tak bisa melakukan apa pun selain merapati hidupnya yang busuk ini. Kenapa dia harus merasa cemburu? Kenapa dia harus merasa membabi buta? Kenapa dia harus menjadi manusia picik seperti ini?
Dia harus merenungkan, apa yang dilakukan Hardi apakah bisa diterima oleh nalar atau tidak? Atau bahkan, dia perlu bertanya kepada Kinan, bagaimana bisa dia menerima semua ini dengan lapang dada.