Setelah selesai transfusi darah, Dion akhirnya keluar. Tapi, langkahnya terhenti saat melihat empat wanita tadi masih tampak begitu gusar. Agaknya Dion mulai merasa iba, di antara ke empatnya seolah mereka ingin saling menguatkan, meski sebenarnya mereka sangat rapuh. Dia juga tak habis pikir, bagaimana bisa tidak ada satu laki-laki pun yang menemani mereka saat situasi genting seperti ini. Bahkan keluarganya pun tampak tidak tampak sama sekali. Sebenarnya siapa sosok malang yang ada di dalam ruang operasi itu?
Dion akhirnya memutuskan untuk kembali mendekat, sekadar beberapa saat tinggal sampai mereka tenang. Atau, salah satu dari mereka mencari pendonor lagi untuk sahabat mereka itu. Saat dia sudah ada di sana, ke empat wanita itu pun langsung menoleh. Kemudian, mereka tampak kompak mendekat ke arah Dion.
"Bagaimana, Mas, udah?" tanya Kinan tampak penuh harap. Dion tersenyum, kemudian dia mengangguk.