Chereads / ROSE (Hurt RelationShip) / Chapter 11 - scared to be....

Chapter 11 - scared to be....

" karna seseorang yang dianggap berharga membuat seorang lainnya rela mati"

White hospital

Evelyn mengganti bunga mawar putih dalam vas bunga yang telah layu. Lalu menggantinya dengan mawar yang baru. Ini bunga kesukaan papa, Evelyn tak tau asal usul kenapa papa suka mawar. Dia hanya tau bahwa didalam namanya papa meletakan Rose disana, juga beberpa lukisan mawar di rumahnya. oh satu lagi, taman belakang menjadi syurga mawar milik papanya. Beberapa waktu lalu ia ingin menanyakan hal itu, namun belum sempat, sampai akhirnya papa benar-benar belum bisa memberi alasannya karena koma.

Eve mengusap kening papa dengan lembut, setiap saatnya ia terus menanamkan harapan agar papa sadar. Namun, tuhan belum mengizinkan papa untuk melihatnya lagi, melihat putrinya yang semakin lemah, lemah akan segala hal.

Sudah tiga bulan lebih papa koma, kondisinya semakin memburuk. Tapi pendonor belum juga ditemukan. Sebenarnya, ada seseorang yang datang dan merelakan ginjalnya untuk papa, namun Eve masih berat menerima kenyataan bahwa pendonor itu adalah Keenan, Saudara tirinya.

"Papa?" panggil Eve pada seseorang yang masih terpejam sejak tiga bulan terakhir.

Titik air bening jatuh lagi dari matanya, namun, sesegera mungkin ia mengusap titik air itu. Yah, ia malu pada tuhan karena terlalu lemah melewati masa sulit ini.

"Papa masih kuat kan menunggu lebih lama?" tanya Evelyn lagi, yang sudah dipastikan tidak ada jawaban atas pertanyaanya.

"Drrd drrd." ponsel Evelyn bergetar.

Eve merogoh ponselnya di dalam saku jaketnya. panggilan dari Rey, dan Evelyn langsung menjawabnya tanpa ragu.

"Hallo." panggil seseorang dari sebrang telfon, yang sudah jelas itu suara Rey.

Eve menarik nafas panjang sebelum menjawab panggilan tersebut, ya, ia tak mau Rey mendengar suaranya yang parau karna habis menangis.

"Ada apa telpon-telpon gue?" Jawab eve ketus. Dan jawaban itu malah membuat Rey tertawa, itu yang terdengar oleh Evelyn.

"Kangen aja sama loe."

"Gak usah gombal! langsung aja keinti!"

"Beneran! Gue kangen sama loe Evelyn!"

Eve mendengus, bukan karena kesal. Tapi, takut jika Rey mendengar detak jantungnya yang bergemuruh seperti geledek.

Eve mengeratkan cengkraman tangannya pada dadanya. Ia ingin menutupi perasaan senangnya saat ini. Yah, ia senang bahwa Rey bisa merindukannya. "Kalo gak Ada yang penting gue tutup nih."

Suara Rey terlihat begitu sedih saat Evelyn mengatakan bahwa akan mematikan sambungan telfonnya. sedangkan Evelyn, tampaknya sedang menahan tawa karena tingkah Rey itu.

"Yaudah deh, Btw lo ada acara gak besok?" tanya Rey sebelum mengakhiri telfonnya.

Eve menatap wajah papanya yang terbaring di sampingnya. Ia menggenggam tangan papanya dengan lembut sambil mengelusnya.

"Gue masih harus jagain papa."

Rey faham akan hal ini. Ya, sekarang ia jarang melihat Evelyn disekolah. Bahkan saat ia menanyakan perihal keberadaan Evelyn pada chelsea, Chelsea hanya mengatakan bahwa Evelyn sedang menjaga papanya dirumah sakit. Mungkin karena kondisi papanya yang kemarin sempat kritis membuatnya lebih banyak meluangkan waktu di rumah sakit.

" oke, Kalo gitu, besok lo masuk sekolah?" tanya Rey lagi.

"eum," jawab Evelyn. dan Rey sudah mengerti bahwa artinya iya.

"Yaudah, sampe ketemu disekolah. Berangkat pagi-pagi ya... Gue kangen soalnya."

Eve terdengar terkekeh karena perkataan Rey barusan. Dan Rey cukup senang mendengarnya.

"Akhirnya gue bisa denger ketawa lo lagi Evelyn." girang Rey. Ia lega masih bisa mendengar tawa Evelyn yang akhir-akhir ini menghilang. Dan berganti dengan sikap Evelyn yang dingin sebeku balok es. Jujur itu membuatnya kurang nyaman.

"Yaudah sampe ketemu besok, bye."

Tuuuut...

Panggilan diakhiri, dan Eve masih terdiam sambil menetralisirkan detak jantungnya yang semakin tak menentu itu.

Yah, akhir-akhir ini sikap Evelyn memang sedikit berbeda. Ia jarang lagi mau bercanda atau usil pada para guru yang sedang mengajar dikelasnya. Kebanyakan malah diam dan tak ingin peduli pada apapun yang ada disekitarnya. Bahkan saat tiffany mengerjainya, ia pun hanya membalas seadanya. Eve sadar akan perubahan itu, ia hanya ingin benar-benar mengusir rasa takutnya akan kondisi papa. Dan hanya itu yang bisa ia lakukan.

Pesan whatsapp

Chelsea Maeda ababil.

Eve

Besok gue present ke sekolah. Dan lo wajib nunggu di parkiran.

Chelsea Maeda ababil

papa lo dah bisa ditinggal??

Eve

Nanti gua nyuruh lima asisten papa buat siaga 24 jam di ruangan papa.

Chelsea Maeda ababil

Kebanyakan omong lo bullshit!!😅

Eve

Liat aja besok ababil.

Eve memeluk tubuh papanya yang mulai terlihat kurusan. ia menyayangi papanya, sangat! bahkan, jika tuhan bisa memberi pilihan untuk menggantikan posisi papanya saat ini, ia sangat bersedia.

Eve sadar semenjak Rey hadir dalam hidupnya ini, ia memilik semangat untuk pergi kesekolah. Tapi, ia juga ragu akan saat selanjutnya. Ia tak ingin jatuh cinta, apalagi pada seseorang yang seperti Rey.

"Pa? kenapa Eve ngerasa nyaman kalo ada disamping Rey? papa tau gak gimana rasanya?" tanya Evelyn perlahan. Ia meletakan tangan papanya di dadanya.

"Rasanya jantung Evelyn mau copot."

ketika ada Rey disampingnya, Evelyn seakan tak sadar bahwa bisa nyaman disamping seseorang adalah kesalahan. Ia tak tau, suatu saat dia akan dikecewakan, atau dia yang akan mengecewakan.

High school Noah

Morning coming soon

pagi yang cerah, semoga selalu ada kebahagian di ujung jalan sana, agar setiap langkah maju akan memberi kekuatan. Bukan malah sebuah luka.

Rey memandang kearah jam di tangannya. Ia ingin menjadi orang pertama yang menyambut kedatangan Evelyn pagi ini. Ya, ia ingin bertemu dan melampiaskan rasa kangen saat melihat wajah Evelyn yang begitu lucu menurutnya.

Sebenarnya, apa yang dilakukan Rey sepanjang ini terhadap Eve?

Tak ada yang tau apa alasan Rey melakukan hal ini, karena Ada beberapa praduga.

Pertama, mungkin Rey menyukai Evelyn!

Entahlah, yang jelas, seorang Rey tak semudah itu berpindah hati apalagi dalam jangka waktu singkat.

Kedua, mungkin saja Rey kasihan pada Evelyn.

Entahlah, yang jelas, sikapnya terlalu berlebihan, dan caranya terlalu membuat orang lain curiga.

Ketiga, tidak ada alasan, karena seorang Rey tak bisa mengungkapkan perasaannya dalam sebuah kalimat, kata dan ungkapan. Ia hanya bisa menunjukan dengan caranya sendiri.

Seseorang keluar dari sebuah mobil sedan audy berwarna hitam metalik, Rey sudah dapat menerka dengan mudah bahwa orang itu adalah Evelyn.

Dan ternyata Chelsea juga sedang menunggunya.

Beberapa saat kemudian, Evelyn berjalan beriringan dengan Chelsea menuju kelasnya. Yah, setelah pandangan mereka bertemu dan saling senyum-senyuman tentunya.

"Rey!" seseorang menepuk bahu Rey yang masih memandang ke arah Evelyn yang saat itu mulai menjauh.

"Jasmine?"

"Sorry!" seru Jasmine sambil meraih tubuh Rey ke pelukannya. "Sorry udah nyia-nyia in kamu!!"

"Jas!" Panggil Rey tak faham.

"Ya? "

"Loe balik lagi?" tanya Rey girang. Dan Jasmine mengangguk setuju.

Tangannya meraih tangan Rey dan menggandengnya. Mereka berjalan beriringan menuju ruang kelas Jasmine.

Diruang kelas 11ipsG

"Rey?" panggil Eve sambil melambaikan tangannya. Rey menyambutnya dengan senyuman khasnya pula. Evelyn berjalan maju, ia ingin mengatakan terima kasih atas hari ini, dan hari hari sebelumnya.

"Thank."

"Buat?"

"Buat semuanya!" tambah Evelyn sambil tersenyum manis kepada Rey. Ternyata begini rasanya bertemu dengan seseorang yang special, sangat menyenangkan.

"Rey, kita mau rayain hari balikan kita dimana?"

Seseorang muncul dari balik punggung Rey. Gadis itu menggayutkan tangannya di salah satu bahu Rey dengan mesra.

Rey terdiam sesaat, Evelyn pun melakukan hal yang serupa, sampai akhirnya, Eve yang membuka percakapan lebih dulu.

"Gue balik dulu." pamitnya sambil kembali tersenyum manis seperti sebelumnya.