Chereads / ROSE (Hurt RelationShip) / Chapter 12 - No More

Chapter 12 - No More

" tak ada lagi alasan untuk tetap teguh pada satu arah."

Jasmine menyandarkan kepalanya di bahu Rey, sesekali ia pejamkan matanya untuk sekedar berfikir. Selama ini, dia sudah susah payah mengorek informasi tentang Evelyn pada teman-teman dikelasnya, dan hasilnya tidak mengecewakan, karna ia sedang dikabarkan dekat dengan Rey.

Tapi, saat tadi ia mencoba menguji Eve di kelas, cewek itu terlihat santay santay saja, bahkan Rey pun tak menanggapi apa-apa setelah itu.

"Iiih" rutuknya pelan, seraya memainkan kakinya di lantai.

"Mikirin apa sih?" tanya Rey bingung. Sedari tadi, ia harus menjadi sandaran untuk kepala Jasmine, jujur ini pegel.

Jasmine menggeleng, pertanda ia baik-baik saja. Kemudian, gadis itu membuka pesan yang belum lama ia kirim kepada seseorang, belum ada balasan.

"Rey, aku ke toilet dulu ya," pamit Jasmine . Rey mengangguk sambil memijit kepalanya yang lumayan pusing.

Pesan whatsapp

Evil

(Julukan dari Rey buat Evelyn)

Rey

Eve lo dimana sekarang??

Itu pesan yang Rey kirim satu jam

yang lalu. Namun, Evelyn belum membalasnya. Entah atas dasar apa ia merasa tak enak hati atas kehadiran Jasmine saat mereka sedang serius bicara.

Tak ada balasan, bahkan diread pun tidak. Dilihatnya kapan terakhir Evelyn membuka akunnya itu, setengah jam lalu. Rey menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ya, selama ini Evelyn terlalu mudah tersinggung padanya, Rey tak tau alasannya kenapa.

Toilet.

"Hallo?" Jasmine melonjak girang saat nomor yang ditujunya diangkat, ya, nomor ponsel keenan.

"Hallo, kak keen. kakak ada acara sore ini?" tanya jasmine Serius, ia bahkan tak pakai basa-basi terlebih dulu. Tentunya, dengan sedikit suara yang agak dimanja-manjakan.

"Gue ada urusan sama seseorang, maaf ya!"

"Seseorang? Siapa?"

"kenal sama Evelyn kan? yang waktu itu ngobrol sama gue diparkiran?"

"Iya Jasmine tau!" jawab Jasmine dengan nada kecewa.

Suara tawa renyah Keenan terdengar ditelinga Jasmine yang memanas. Keen selalu begitu jika mendengar Jasmine menyebut gue atau aku dengan namanya, seperti anak kecil.

" kayanya bakal lama, soalnya dia liar banget kalo sma gue, hahaaaa"

"Maksud kakak?" tanya Jasmine tambah tak mengerti.

"Anak kecil gak boleh tau, bahaya! Udah dulu ya. Gue dah nyampe rumahnya ni, bye."

Tuuuuuut ....

sambungan terputus. Sedangkan Jasmine semakin kesal mendengar pengakuan Keenan barusan.

"Segitunya sampe nyamper kerumahnya! Apa jangan-jangan?" Jasmine segera mengusir fikiran buruknya itu dan berusaha meredakan kekesalannya. Sebelum Rey mulai bertanya-tanya hal yang malas ia jawab.

Kediaman Darren Sudirman.

Keenan membaca tulisan di tembok sisi pagar, tak salah, ini kediaman Evelyn dan papa tirinya.

Setelah memencet bel beberapa kali, seseorang membuka pintu gerbang perlahan. Kemudian cowok itu bertanya tentang maksud kedatangan Keenan ke rumah ini.

Setelah berbincang beberapa menit, Keenan dipersilahkan masuk dan diizinkan menemui Evelyn di kamarnya.

"Tok tok tok"

"Masuk bi. gak dikunci" jawab Eve dari dalam. Tak lama pintu kamarnya terbuka.

"Baju Eve yang kotor baru seragam sekolah tuh. Ngapain bibi udah mau beres beres?" tanya Evelyn yang masih asik mencoret-coret buku diarynya.

"Ini gue Eve!"

Wajah Evelyn berbalik, ia terkejut mendengar suara aneh ini, dan sontak wajahnya memerah.

"Ngapain lo dateng kerumah gue?" tanyanya sewot. Tak ada kata lemah lembut saat bicara dengan Keenan.

"Eve gue mau ngomong bentar, please."

"gue gak butuh apa-apa dari lo, pergi!"

Eve berdiri menghadap Keenan yang berdiri di hadapannya. Wajahnya buas, benar saja, Evelyn sangat liar jika melihat Keenan.

"Loe bisa gak dengerin gue sekali aja!" pinta Keenan sekali lagi.

"Gak, gak akan pernah bisa."

"Evelyn!"

"pergi lo! bi Deuna ...," teriaknya pada salah satu pembantunya.

"Braak!" Keenan membanting pintu kamar Eve dengan keras. Kesabarannya sudah habis kali ini.

" mau apa lo?" tanya Evelyn dengan nada tinggi. Wajah Keenan sudah berubah, seperti vampire yang haus darah.

"lo harus dengerin gue kali ini Evelyn!"

Keenan meraih tangan Evelyn dengan kasar, lalu mendorong tubuh Evelyn hingga menabrak dinding kamarnya.

"lepasin gue mesum!" Jerit Eve mencoba melepaskan diri. Ia tak mau Keenan seenaknya melakukan hal tak wajar padanya.

"Kalo lo gak mau dengerin gue! Gue cium lo!"

"Keenan!" jerit Evelyn lagi. Ia tak bisa bergerak, terlebih saat kedua tangannya sudah terikat oleh genggaman tangan Keenan.

"oke, lakukan sesuka lo! Loe mau apapun terserah. Cium? Bunuh? Atau malah yang lebih parah lagi? Silahkan! Tapi jangan harap gue mau nerima omong kosong lo itu!"

Dan setelah mengatakan hal itu. Keenan benar-benar mendaratkan ciumannya pada bibir Evelyn. Bodoh!

Eve tak dapat menghindar meski sejengkal pun. nafasnya mulai sesak karna ciuman Keenan membuatnya berhenti bernafas.

" diem!" jelas Keenan sambil menarik tubuh Evelyn kedalam pelukannya.

Beberapa menit ini ia memerhatikan beberapa goresan luka ditangan gadis ini. Mungkin itu yang sering mama katakan.

"Sayatan yang tak akan pernah habis ya?" tanyanya dalam hati.

Sayatan luka yang selama ini diderita Evelyn karenanya, mamanya, dan papanya.

"Berhenti melukai diri loe sendiri!" bisik Keenan ditelinga Evelyn dengan lembut.

"Lepasin gue keen!" Eve kesal, ia ingin segera mengusir cowok kurang ajar ini dari rumahnya.

"Gue gak bakal lepasin lo, sebelum lo dengerin gue!"

"Gak akan!"

"Gue tahan kaya gini sampe besok pagi!"

"Gilak lo!" teriak Evelyn lagi. Pintu sudah terkunci. Suaranya tak mampu menembus tembok kamar dan memerintahkan para penjaga menyeret tubuh Keenan keluar.

"Loe harus dengerin gue sampe selesai."

"Loe dah ngasal cium gue kaya tadi masih gak mau pergi juga?" Jawab eve dengan sewot. Seribu kali sewot dari biasanya. "Sekalian aja buka baju sambil tidur di samping gue!"

"Mau loe?"

Eve melotot. Bukan itu yang ia maksud, ia bermaksud untuk menyudahi semua ini karna percuma. tapi jawaban Keenan malah membuat ia semakin jijik.

"Oke gue bakal dengerin lo!"

"Oke, bagus."

"Lepasin gue dulu napa ih!" seru gadis ini geram. Keenan sangat mengerikan hari ini, dan ia benci.

Keenan segera melepas pelukan mematikannya pada Evelyn. Lalu keduanya duduk di sofa pojok ruang kamar Evelyn.

" loe tau kenapa gue maksa lo buat nerima donoran ginjal dari gue?" tanya Keenan dengan tatapan yang berubah melembut.

Eve mengangguk malas.

Ia sudah tau tentang itu, jadi tidak penting baginya.

"Sebenernya ..., itu ginjal mama."

Deg!

Eve sontak menatap biji mata Keenan yang sedari tadi serius menatap kearahnya.

Ginjal mama?

Berkali kali Eve menanyakan hal itu dalam hatinya.

Mama gak pernah peduli dengan kondisi papa, mama selalu datang kerumah dengan membawa onar dan kekesalan baginya. Mama hanya peduli pada Keenan dan suami barunya. Mama adalah manusia yang paling Evelyn benci di muka bumi ini. Dan apa maksud dari kata kata Keenan barusan? Jangan membuat Evelyn sebegitu mudahnya memaafkan mama.

"gak usah asal ngomong lo Keen, walaupun lo ngada-ngada kalo mama yang bakal donorin ginjal dia ke papa! Gue gak akan terpengaruh!"

jengkel Evelyn. Kenapasih? Harus membawa nama Mama segala.

"Lo pernah bilang,kan? Loe gak bakal nerima donoran dari gue, tapi lo gak pernah bilang bakal nolak kalo itu mama."

Eve tertunduk, ia fikir ini semua hanya akal-akalan Keenan.

"Please Evelyn. Demi papa, dan demi mama juga."

"Maksud lo? Demi mama juga?" tanya Evelyn tak mengerti.

"Papa gue udah meninggal dunia dua minggu yang lalu, karna mama terlambat nyusul papa yang kritis di bandara."

Seketika fikiran Evelyn kembali pada dua minggu terakhir. Saat ia dibuat kesal oleh mama, yang seenaknya menyuruh supir pribadi mengantarkannya ke bandara.

"Eve, mama gak mau kehilangan satu orang lagi yang menurutnya berharga."

"Mama yang udah buat papa koma Keenan!" jerit Evelyn sambil mengurai air matanya, ia tak tahan lagi.

"Mama yang minta papa jemput mama ke acara dinner! Tapi apa? Papa kecelakaan!" jeritnya lagi. Evelyn tak tahan lagi menutupi rahasia mamanya yang satu ini. Ia cukup mengingat kesalahan mama yang tega menelantarkannya, tidak untuk hal ini.

"Karena itu izinin mama menyerahkan apa yang harus dia pertanggung jawabkan sama lo dan papa." pinta Keenan mendesak. Hal ini demi kebaikan, dia harus berjuang untuk itu.

Kali ini, Evelyn yang menghambur kepelukan Keenan. Ia tak paham dengan cara berfikir mamanya sendiri.

"Sebenernya, mama gak seburuk yang loe lihat Evelyn!"

Keenan mengelus rambut kepala Evelyn yang rapuh itu dengan gemetar, ia tak tau seberapa rapuhnya Evelyn.