Setelah beberapa saat aku dan Suwoto pergi ke Purwokerto. Akhirnya aku sampai ke kediamanku yang ada di sana. Kediamanku benar-benar tampak ramai benar, seperti orang yang sedang ada khajatan. Maklum, semuanya masih ada di sana. Baik itu istriku dan anaku, pun dengan Setya bersama dengan kawan-kawanku.
Suwoto memarkirkan mobilnya di pelataran, Ningrum yang baru saja berjalan keluar mau menyapu langsung menjatuhkan sapunya. Melihatku keluar dari dalam mobil. Aku yakin jika dia sedang kaget, atau bahkan dia berpikir kalau mungkin kedatanganku malah terlihat lebih mengejutkan dari pada kedatangan seorang Presiden sekalipun. Dia langsung menoleh ke belakang, matanya tampak berkaca-kaca sekarang. Aku tersenyum melihat itu, kemudian kurentangkan tanganku lebar-lebar.