Dasar adik perempuanku satu ini, bagaimana bisa mengungkit masalah itu di hari bahagiaku. Bagaimana jika nanti Manis marah? Bisa-bisa malam pertamaku yang indah, aku ndhak dapat jatah! Duh Gusti, benar-benar bisa-bisa karatan nanti pusaka paling berhargaku ini. Sudah berapa lama aku ndhak mengasah pusakaku. Dan ini, nyaris saja dirusak oleh perempuan cerewet bernama Rianti. Aku doakan, dia ketemu pemuda yang menyebalkan. Biar kapok dia!
"Dia sahabatku, dia sudah kuanggap saudraku. Menyakitinya sama halnya dengan menyakitiku. Paham?" tantangnya kemudian. Tanpa dia berkata seperti itu pun aku paham. Lagian, laki-laki mana toh yang punya cita-cita menyakiti istri yang ia cinta? Dasar Rianti ini!
"Memangnya aku ini ndhak saudaramu?" emosiku. Tapi, melototnya lebih mengerikan dari pelototanku. Matanya saja selebar cobek, pantaslah mataku yang ndhak bisa melek ini kalah kalau urusan saling melotot sama dia.
"Tapi dia lebih berharga dari pada Kangmas!"