"Jadi, kira-kira aku ini sakit apa, toh, Manis?"
Langkahku kembali terhenti, saat mendengar nama Manis disebut. Dan rupanya benar, di ruang tengah, sudah ada kerumunan abdi dalem, yang tengah sibuk mengantree untuk mendapatkan pemeriksaan dari Manis. Mereka tampak sangat antusias, lihat saja, bahkan beberapa pekerjaan mereka langsung ditinggal begitu saja.
"Haduh, Bulik-Bulik, aku ini belum menjadi Dokter, lho. Bahkan kuliah saja, baru satu semester. Kok ya ditanyain penyakit ini bagaimana, toh. Nanti kalau aku salah diagnosa, aku kalian marahin lagi."
"Sudahlah, Manis. Kamu ini calon Dokter, perkara penyakit, pastilah kamu lebih paham dari pada kami. Iya, toh?"
Manis tampak menghela napas, tapi senyuman manisnya itu masih tertata rapi di kedua sudut bibirnya.