"Oh, jadi ini, toh, alasan kenapa Kangmas ndhak datang menjemputku sampai aku pulang kemalaman. Karena kalian pacaran? Kalian kangen-kangenan dan melupakan aku?" dengus Rianti. Berdiri di antara aku, dan Manis.
Duh gusti, kenapa aku sampai lupa dengan Rianti? Padahal tadi, dia mewanti-wantiku untuk ndhak pergi ke mana pun, dan menunggunya di parkiran. Bahkan, aku ia larang bergerak barang sedikit saja.
Sepertinya dia benar-benar sedang marah besar sekarang, lihatlah bagaimana wajah ayunya itu tampak ditekuk. Mata bulatnya melotot, dan wajahnya yang memang sudah bersemu merah, semakin terlihat merah.
Gusti, maafkan aku karena telah melupakannya. Sungguh, aku benar-benar merasa bersalah sekarang. Bukan maksud hatiku untuk sengaja, hanya saja kenyataan yang diungkapkan Manis benar-benar membuatku lupa segalanya.