"Nanti, kamu saja yang bilang, ya," kubilang kepada Manis. Yang membuat istri cantikku itu mengerutkan kening.
"Lho kok aku toh, Kangmas?" tanyanya yang sepertinya nyalinya ternyata ciut juga sama sepertiku. "Ningrum itu dekatnya dengan Kangmas, bagaimana bisa kok aku yang disuruh untuk bercakap berdua seperti ini? Endhak, Kangmas saja,"
"Teorinya sebenarnya ndhak seperti itu, toh, Ndhuk," kubilang. Manis tampak melirikku dengan kerutan di keningnya, gemas aku rasanya melihat ekspresinya itu. "Menurut teori rumah tangga, rata-rata anak perempuan itu lebih dekat kepada biungnya, toh. Mereka akan lebih mudah mencurahkan segala isi hatinya kepada biungnya, dari pada kepada romonya. Masak ada ceritanya, perempuan cerita kepada laki-laki, pasti dia lebih suka cerita kepada perempuan, iya, toh?" kubilang lagi. Sembari mendorong tubuh Manis untuk mengambil posisi duduk di ruang depan kamar Ningrum.