"Ada apa, Kangmas?" tanya Manis, yang ikut masuk ke dalam kamar Ningrum. Dia kemudian duduk di sebelahnya, kemudian menggenggam tangan Ningrum. "Duh Gusti kok demam, Kangmas?"
"Iya, makanya itu. Mungkin karena kelamaan tidur di lantai jadinya masuk angin," kubilang.
"Romo... maafkan aku, Romo," igau Ningrum lagi. Aku langsung diam, membuat Manis langsung menggenggam tanganku.
"Aku suruh Bulik buatkan jamu dulu, ya, Kangmas," kata Manis, dia langsung keluar, kemudian dia kembali sambil membawa kompres beserta jamunya.
Dengan telaten dia mengompres kening Ningrum, kemudian dia memijiti tangan Ningrum pelan-pelan. Sambil menghela napas, dia memandangi Manis dalam diam.
Apa dia marah kepadaku? Karena aku yang telah membuat putrinya sakit? Atau dia punya pikiran lain atas ini?
"Apa kamu marah kepadaku, karena Ningrum demam?" tanyaku pada akhirnya. Manis memandangku, kemudian dia tersenyum simpul.