Pagi ini, aku agaknya dikagetkan dengan kedatangan Pandu. Bagaimana endhak, toh. Pagi-pagi sekali dia sudah ada di depan rumah dan sudah memakai seragam sekolah lengkap dengan tas, dan sepatunya. Padahal kurasa ayam saja baru kerkokok satu, dan fajar pun masih enggan menyingsing. Akan tetapi anak manusia satu ini bagaimana bisa sudah ada di sini, toh.
"Kamu itu ada apa, pagi buta ke sini? Mau jadi tukang kebon sekolahan?" tanyaku.
Pandu langsung tersenyum, kemudian dia melangkah mendekat ke arahku sambil menunduk. Sepertinya, dia tengah sungkan karena kedatangannya yang memang ndhak tepat waktu.
"Kata Paklik, kan, aku disuruh untuk menjaga Ningrum. Jadi aku sudah siap ini untuk menjaga Ningrum."
Mendengar jawabannya aku benar-benar ndhak habis pikir, toh. Memangnya, pekerjaanku anakku itu ayam atau bagaimana? Sampai-sampai harus dijaga sepagi buta seperti ini.