Sejenak, mereka tampak terdiam. Kemudian saling pandang satu sama lain. Namun setelah itu, ketiganya langsung bersorak-sorai, seolah mereka telah memenangkan undian berhadiah. Aku sama sekali ndhak menyangka, jika kabar kehamilan istriku akan sangat membuat mereka bahagia. Bahkan kurasa, mereka ndhak pernah sebahagia ini sebelumnya.
"Duh Gusti, selamat, ya, Juragan, Ndoro. Akhirnya yang dinanti selama ini datang juga, toh. Akhirnya kalian diberi kepercayaan oleh Gusti Pangeran untuk memiliki seorang buah hati,"
"Benar kata Sobirin, Jun. Aku benar-benar ndhak sabar ini, lho, untuk menimang cucu. Duh Gusti, Duh Gusti... terimakasih atas berkahmu ini!"
"Lha bukannya Abimanyu juga cucu Paklik Junet?" kubilang, Paklik Junet malah mencibir.
"Apanya, aku kalau sama Abimanyu itu, ndhak boleh dekat-dekat sama Rianti. Terlebih, pernah sekali kuajak pergi, malah-malah dia mengbabiskan uangku karena minta gundu (kelereng) tekor aku,"