Manis terdiam, Biung pun ikut terdiam. Bahkan aku bisa melihat, bagaimana mata bening Manis menjadi nanar. Kemudian dia tersenyum kaku, sambil menutup mulutnya. Untuk kemudian, dia menundukkan wajahnya dalam-dalam. Membuatku menariknya ke dalam pelukan.
Kutepuk-tepuk punggunya dengan halus, tapi tubuhnya tampak bergetar. Apakah dia menangis? Jika iya, aku pantas yang disalahkan karena ini.
"Dari awal aku sudah curiga," kubilang. "Pada saat tanggalmu biasa datang bulan, kita masih berhubungan seperti biasanya. Lalu kemudian kamu mendadak sakit. Mual-mual di pagi hari dan setelahnya kamu merasa ndhak apa-apa, terlebih obat lambung yang kubelikan itu adalah obat terbaik, kamu minum pun ndhak mempan, ditambah dengan mencium bau nasi kamu mual,"