Bima ndhak lantas menjawab ucapanku, dia malah tersenyum lebar sembari menggaruk tengkuknya yang ndhak gatal. Seolah, apa yang sebenarnya terjadi benar-benar di luar batas keinginannya. Belum sempat aku mendesaknya lagi, aku melihat Manis melambaikan tangannya dari jendela kamar. Aku kemudian tersenyum, dan melupakan masalah Bima dan Rianti sekarang.
"Ya sudah, aku tidak akan menyuruhmu untuk menjawab pertanyaanku. Aku mau menemui istriku tercinta dulu. Nanti jangan kembali ke rumahmu dulu, aku dan Manis akan mengangantarkan kalian,"
"Siap, Bang!"
Aku langsung pergi, setengah berlari masuk ke dalam rumah. Secepat mungkin menemui Manis. Tatkala aku masuk ke dalam rumah, Manis sudah berdiri, sembari menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga, matanya tampak malu-malu memandangku, kemudian dia tampak mengulum senyum.