Pagi ini, kami sarapan dalam diam. Ndhak ada percakapan, palagi gelak tawa dari orang-orang yang biasanya akan kami lakukan di sini. Kulirik satu kursi yang tampak kosong, dengan piring yang masih tengkurap. Dulu, di kursi kosong itu ada sosok angkuh yang selalu ingin dilayani bak ratu. Tapi sekarang, sosok itu telah menghilang. Bukan untuk sembunyi agar aku bisa mencari. Tapi, pergi dengan cara yang abadi.
"Simbah Widuri sudah Romo beritahu, dan dia juga sudah mengambil pengasihan yang ia tanam di tubuh cucunya...," kata Romo membuka suara. Aku mengangguk menjawabi ucapan Romo, sembari tersenyum sekadarnya. Rasanya benar-benar berat, semuanya tampak begitu berat. "Dan lusa, Romo, dan Biung akan kembali ke Kemuning, Arjuna."
"Kembali ke Kemuning? Ada apa, Romo? Apa terjadi sesuatu di perkebunan?" tanyaku pada akhirnya.