Setibanya di rumah, kulihat kerak telur yang ada di tangan sembari mendengus sebal. Andai bukan karena permintaan Manis, aku pasti ndhak akan sudi untuk membelikan kerak telur ini untuk perempuan sialan itu. Tapi, mau bagaimana lagi, toh. Kalau aku ndhak seperti ini nanti Manis akan benar-benar marah kepadaku.
Aku berjalan masuk ke dalam rumah, Widuri tampak sibuk makan rujak. Buah mangga yang masih muda dimakan dengan begitu lahap. Bahkan, gigiku saja terasa ngilu melihatnya, tapi dia makan itu seperti makan mendoan. Benar-benar ndhak merasa masam sama sekali.
"Arjuna," sapanya, sembari melihatku.
Aku memalingkan wajahku, kemudian meletakkan kerak telur itu di atas meja. Dia tampak begitu bahagia, membuka kerak telur itu, kemudian memakannya dengan sangat lahap. Bahkan, dia mengabaikan rujaknya tadi.
"Ini untukku, kan? Kamu membelikannya sendiri, kan?" tanyanya.