Pagi ini, agaknya benar-benar sangat indah. Sebab aku sudah berada di rumah. Berdiri di depan jendela kamar, sembari melihat hijaunya pemandangan dari kebun depan. Sembari menikmati mentari pagi yang baru saja menampilkan sinar keperkasaan. Hangatnya tampak begitu nyata, seolah bergelayut manja dan menyatu dengan hawa sejuk yang perlahan mulai menghilang.
"Sayang, waktunya sarapan," kata Manis, dia berjalan mendekat kemudian memelukku dari belakang. Kucium pipinya sekilas, kemudian kubalikkan posisi, sehingga dia yang berada di depan dan aku memeluknya dari belakang.
"Aku ndhak mau sarapan di luar. Aku maunya sarapan kamu saja," godaku.
Manis langsung mencubit pinggangku, kemudian dia menggenggam dengan erat lenganku yang merengkuhnya sedari tadi.
"Semalaman sudah berapa kali? Masih kurang?" dia bilang. Aku mengangguk semangat.
"Memangnya siapa yang ndhak merasa kurang kalau dilayani oleh istri tercinta."