"Perempuan seperti itu, seharusnya kamu pertahankan, bukan malah kamu tinggal."
Aku langsung bersimpuh di kaki Romo Adrian, aku merasa telah berpikir sangat sempit. Sehingga semua yang ada di dalam otakku semua keliru. Benar, sejatinya apa yang dikatakan oleh Romo Adrian adalah benar adanya, jika sejatinya aku terlalu sempit menilai Manis. Aku terlalu cetek dan ndhak mempercayainya. Padahal dulu, sebelum ini, dia dengan diam mencintaiku dengan segala keanggunannya. Tanpa ucap, tapi cinta itu selalu ia jaga meski aku selalu bercumbu dengan yang lainnya.
"Romo, maafkan aku, toh. Entah kenapa aku merasa aku bukanlah anak Romo. Aku sama sekali ndhak bisa mewarisi sifat-sifat terpuji Romo. Pikiranku terlalu dangkal dalam melihat sebuah permasalahan. Lebih-lebih itu adalah mengenai permasalahan hati. Lantas, Romo... apa yang harus aku lakukan? Aku benar-benar merasa sebagai manusia buta, sekarang."