Sejenak Romo terdiam mendengar ucapanku itu, dan rahangnya tampak mengeras. Aku sama sekali ndhak tahu tentang apa yang dia pikirkan. Namun kurasa, melihat mimik wajahnya yang tampak kaku itu, dia benar-benar sedang ndhak senang.
Lalu, kudengar suara isakan perempuan. Jauh... sangat jauh sampai aku ndhak tahu siapa perempuan itu. Yang kulihat hanyalah, sosoknya kini tengah terduduk, sambil menangisi seseorang yang sedang terkulai lemah di atas tanah. Tangisannya sangat menyayat hati, bahkan sampai membuat semua orang bersedih mendengarnya. Jujur, aku sendiri ndhak tahu, untuk apa sosok itu berada di situ. Menangisi kepergian seseorang yang mungkin bahkan ndhak peduli dengannya. Aku kembali tersenyum kecut, seolah aku tengah berkaca dengan kejadian itu. sekarang, mungkin, aku sedang sekarat, dan apakah Manis akan menangisiku seperti perempuan itu? Atau malah dia akan bahagia? Sebab dia sempat berkata, kematianku adalah hal yang selalu dia doakan setiap waktu.