"Jadi, benar tidak apa-apa kalau kutinggal kamu sendiri?" tanyaku. Tatkala mengantar Widuri untuk bekerja. Katanya, ada seorang pasien gawat darurat yang membutuhkan pertolongannya.
Widuri pun menggeleng, tapi tangannya masih menggenggam erat tanganku. Sangat kontras dari apa yang kepalanya isyaratkan.
"Aku jemput jam berapa?" tanyaku lagi. Widuri tampak menimbang-nimbang.
"Dua jam lagi?"
"Dua jam?" tanyaku bingung. Sebentar benar rupanya pekerjaannya. Bukankah lebih baik aku di sini saja dari pada harus pulang, lalu menjemputnya kembali ke sini.
Tapi, aku ndhak mengatakan apa-apa lagi setelah dia menjawabi pertanyaanku dengan anggukan. Kemudian, aku kembali mengemudi mobil Widuri untuk kembali pulang.