Sore ini, sama seperti sore-sore biasa. Benar memang aku bahagia tatkala bersama dengan Widuri, karena bagiku Widuri adalah duniaku. Tapi entah kenapa, jauh di dalam lubuk hatiku terasa begitu kosong. Ada hal aneh yang mengganjal di sana. Bahkan aku sendiri ndhak tahu, ada apa itu? Seperti sepi, dan rindu akan satu hal. Tapi aku ndhak tahu apa jelasnya.
Aku kembali menghela napas panjang, sembari membolak-balik buku yang kubaca. Saat ini aku sedang duduk di teras depan rumah, sembari melihat beberapa kendaraan roda dua berlalu-lalang, kalau ndhak begitu, ya, melihat tetangga saling hilir-mudik sembari berjalan.
"Kamu ini suaminya Widuri?" tanya salah seorang Bulik kepadaku. Di tangannya sudah ada satu kantung belanjaan, yang kutebak isinya sayur-sayuran. Pasti dia heran, melihat ada pemuda berada di rumah seorang perempuan lajang. Aku sendiri pun ndhak tahu, harus menjawab apa.