"Biung ndhak usah takut, toh," kataku pada akhirnya. Sepertinya selama aku ndhak di sini, Biung hanya pura-pura tegar. Sepertinya dia sedang memakai topeng jika dia sedang baik-baik saja. Mungkin karena dia ndhak ingin kalau sampai Romo khawatir. Itu sebabnya dia menjadi seperti ini. Tapi jujur, aku benar-benar ndhak ingin jika Biung sampai seperti ini. Menahan semua rasa takut sendiri itu bukanlah perkara baik. Sebab, ndhak akan hanya luka, akan tetapi sakit fisik yang diakibatkan oleh hati itu jauh lebih mengerikan. Sebab, dia akan membunuh secara perlahan, namun ndhak ada obat sebagai penawar.
"Biung nanti siang aku hendak ke Jakarta mengantarkan Manis kembali ke Jakarta. Kuliahnya kurang sebentar lagi, toh. Jadi aku mau dia segera lulus agar kami bisa cepat-cepat kembali ke sini. Namun, Biung, aku ke Jakarta barang dua atau tiga hari. Sebab aku hendak melakukan sesuatu."