Kuhelakan napasku, melihat Hasnah yang memandangku dengan tatapan marahnya. Aku kemudian berjongkok, tepat di depannya sembari meneliti bagaimana wajahnya yang sebenarnya.
"Kamu lumayan cantik. Cukup pantas untuk menjadi simpanan dari seorang Juragan di Kemuning," sindirku kepadanya.
Merasa terhina, Hasnah langsung meludahi wajahku. Matanya nanar, tersirat betapa dia membenciku bahkan sampai ingin membunuhku saat ini juga kalau bisa.
"Kenapa? Mau membunuhku? Ayo... lakukan? Atau malah mau kubantu untuk menguliti tubuh telanjangmu itu?"
Plak!!
Dia menamparku, tapi aku benar-benar ndhak merasa sakit sama sekali. Sebab hatiku, jauh lebih sakit dari apa pun di dunia ini. Ketika istriku hendak dilecehkan oleh seorang perempuan terlebih itu tepat di depan mata dan kepalaku sendiri.