"Kangmas...," lirih Manis, saat aku masih terlalu mengaguminya. Sampai-sampai aku ndhak sadar, jika mata yang sedari tadi terpejam itu kini sudah terbuka. Sesekali dia menguceknya, kemudian mata bundarnya memandangku dengan sangat sempurna. Agaknya dia terkejut, terlihat jelas dari pupil matanya yang mengecil, kontras dengan matanya yang sedikit melebar saat ini. Lalu kemudian, dia kembali menyembunyikan wajahnya di dada telanjangku, kemudian memelukku dengan sangat erat. "Sudah bangun?" dia bilang. Aku mengangguk, menikmati tubuhku yang menghangat dengan cara merayap, bersentuhan dengan tubuh Manis yang ndhak memakai apa pun. Dan membuat sesuatu yang ada di diriku kembali bangkit. Ya, gairahku kembali terangsang karena kelakuan Manis ini.
"Hm," kubilang, sembari sesekali kutelan ludahku dengan susah. Kuatur napasku yang mulai ndhak karuan, kemudian kubalas pelukannya yang sangat erat itu.
"Aku kesiangan, toh? Mau sarapan apa, Kangmas? Tak buatin," tawarnya.