"Jadi, untuk apa kamu bertandang lagi ke sini?" tanya Biung pagi ini, yang acara sarapan keluarga kami harus tertunda, karena kehadian Wangi, lagi.
Entah apa lagi yang hendak ia lakukan sampai dia terus-terusan berada di rumahku. Padahal, dia ndhak sedang dekat dengan siapa pun, tapi dia selalu datang dengan percaya dirinya. Aku rasa, mukanya cukup tebal untuk sekadar cari muka sampai di sini.
"Uhm, begini, lho, Ndoro. Katanya, Ndoro Larasati ini memiliki rumah pintar yang didirikan di kampung-kampung. Berhubung aku memiliki niat untuk membuka usaha, dan ingin mengisi waktuku yang luang, aku ingin sekali jika diizinkan untuk sesekali berkunjung ke rumah pintar, dan sekadar membantu mengajar di sana,"