Chereads / I DON'T BELIEVE MY DESTINY / Chapter 10 - Tapak Pertama

Chapter 10 - Tapak Pertama

1 bulan terlalu semenjak aku meninggalkan rumah,Gress berjalan mundur dan menatap seisi kota yang ia lewati, perasaan harapan itu masih ada, ia berharap untuk di temukan, ia berharap jika ada seseorang yang mencari nya, senyum kecut terukir di bibir nya, perlahan ia mengigit bibir nya sendiri, lupakan lah.. hal bodoh apa yang aku harapkan? Saat berada di lingkungan itu pun aku tak di anggap, mungkin saja kepergian ku memang yang paling di harapkan, tidak ada yang akan senang jika kepergian nya di harapkan kan?

Brukk~

" Maka nya kalau jalan hati-hati Gres" Di sambut dengan senyuman

Gres berbalik badan dan menatap seorang lelaki yang tersenyum dengan nya " Ah.. maaf Teo"

"Kalian berdua kenapa?" Menunjuk kearah Verlita yang berjalan mundur juga " Kau sudah ikutan tertular keanehan nya? Apa aku juga akan turut tertular kesialan mu Gres?"

" Apa yang anak itu lakukan?" Ikut heran dengan kelakuan Verlita " Hmm.. jika kau takut tertular , mungkin sebaik nya kau juga ikut menjauh seperti yang lain Teo"

"Aku hanya bercanda, kenapa kau menganggap nya serius sekali" Merangkul Gress " Tidak mungkin orang yang menyelamatkan ibu ku akan memberikan kesialan kepada ku, benarkan?" Tersenyum lebar " Toh.. kesialan mu tidak bisa di tandingi dengan keberuntungan ku"

" Ouwww... percaya diri sekali diri mu" " Hei, Verlita apa yang kau lakukan? Kau tidak mau cepat melihat hasil test kita?"

"Hmm , aku hanya mengikuti mu saja Gres."Verlita berlari kecil kearah mereka berdua

" Jadi sebenar nya apa yang kau lakukan?" Gress dan Teo menatap Verlita

" Hanya mencoba melihat dunia dengan cara yang berbeda. Ayo jalan" Memimpin perjalan kepapan pengumuman

"Kalian mendaftar di Universitas apa? Jurusan apa?"

" Hm.. aku mendaftar di universitas NUI dengan jurusan kedokteran"

" Aku mengikuti Gres.. apapun jurusan nya aku pasti ikut, kau sendiri?"

" Aku tidak terlalu pintar, jadi aku juga mendaftar di NUI dengan jurusan Desain Grapish"

" Apa maksud mu tidak terlalu pintar tapi malah mendaftar di NUI , itu kan universitas no 1 di Negara ini" Mengerutkan dahi menatap Teo

" Kata orang .. buat lah sasaran setinggi-tinggi nya, minimal jika tidak mendapatkan bintang, jatuh-jatuh aku masih bisa dapat bulan. Sekalipun aku tidak masuk no 1 meleset-meleset aku dapat yang no 2"

Verlita dan Gres menganggukan kepala

" Ada... ada nama ku Gress, kalau ada nama ku pasti juga ada nama mu " Terang Verlita kegirangan karena dapat satu kampus dengan Gress, pengumuman ini merupakan hal yang paling menakutkan untuk nya, takut jika ia tidak dapat masuk di tempat yang sama jika ia gagal di sini

" Owh.. sudah ku bilang kan, kesialan mu tidak dapat mengalahkan keberuntungan ku hahaha" Teo menunjuk papa nama nya paling bawah dengan nilai pas-pasan sekali dengan nilai standar

Gress masih menatap papan dan memperhatikan semua nama satu-persatu, dari kertas pertama yang terpampang hingga sekarang mata nya tertuju pada kertas terakhir , ia mengepalkan tangan nya di depan dada nya sambil menahan nafas nya, suara bising di sekitar nya sudah tidak terdengar lagi, konsentrasi nya hanya tertujuh pada kertas terakhir dan mata nya sekarang menuju tiga nama terakhir dan nama nya sama sekali tidak tercantum didalam pengumuman itu

Gress menggelengkan kepala nya, ia dapat kembali bernapas sekarang, Verlita dan Teo menatap Gress dan sudah mengerti masksud dari ekspresi nya

"Tidak mungkin.. kau pasti melewatkan nya" Teo kembali kepapan pengumuman yang penuh sesak oleh orang-orang yang ingin mengetahui hasil nya, ia memeriksa tiap nama dari awal hingga terakhir dan tetap saja tidak dapat menemukan nya sama sekali

" Kalau aku saja yang tidak pintar ini bisa masuk, tidak mungkin diri mu tidak masuk. Juara 1 di sekolah kita, pasti ada kesalahan.. apa kau telah memasukan nama mu dengan benar? Apa kau sudah menulis nama mu?"

" Aku.. aku tidak tau Teo" Ia mengigat-ingat kembali kejadian saat itu. Ia mengingat-ingat apa dia telah menulis nama nya di kertas ujian nya? Atau ada kesalahan lain yang ia lakukan yang mengakibatkan data nya sama sekali tidak terbaca, aku ingat jelas kalau aku sudah memeriksa dua kali namanya. Dan saat ia harus mengulang nya kembali sampai semalaman, ia masih sempat memeriksa semua nya. Tunggu dulu.. atau mungkin kertas itu ..

" Ayo ke kantor , ada yang harus aku tanyakan" Gress berlarian kearah kantor

" Tunggu aku" Verlita mengejar mereka

" Permisi, apa aku bisa bicara dengan pengoreksi ujian? Ada hal penting yang harus aku tanyakan"

" Ah.. sebentar aku akan memanggilkan nya untuk mu"

" Sebenar nya ada apa Gres? " Tanya Verlita

" Entah lah, aku hanya ingin mengetahui kenapa aku tidak lulus, apakah nilai ku sangat jelek.. atau apa lah"

Teo menepuk pundak Gress berkali-kali untuk menenangkan dirinya

" Kau tidak takut memengang ku? Di bahu ku ini ada makhluk yang di berikan Verlita loh"

" Benar.. dia seorang wanita dengan gigi taring yang tajam, kalau kau macam-macam dengan nya, tanpa kau ketahui leher mu akan mendadak berdarah banyak sekali dan kau akan kehabisan darah"

" Yang benar saja" Menarik tangan dari bahu Gress

" Iya.. ini saya sendiri, petugas yang mengoreksi ujian , ada apa mencari ku?"

" Ah.. maaf pak, bolehkah aku mengetahui berapa nilai ku? Hanya untuk memastikan di mana aku gagal"

" Sebentar.. siapa nama mu? Aku akan mencoba mencari nya lewat data kami"

" Sen Grass"

" Owh.. kau dari keluarga peramal itu.. sebentar.. " Mengetik nama Gres di dalam komputer nya " hm.. hm... kamu tidak mengikuti ujian.. tidak ada hasil kerja mu sama sekali di sini"

" Tidak mungkin, aku jelas-jelas mengikuti ujian di sini, bapak ingat kan pengumuman nama ku di panggil, karena kertas ujian ku tersiram coffee, dan bapak sendiri juga mengawasi ku bergantian dengan ibu itu sampai malam sekali"

" Ah.. benar..mungkin kau lupa menulis nama mu?"

" Kalau begitu pasti ada kertas yang tidak tertulis nama kan pak?"

" Wah, data-data itu sudah di kirim ke pusat"

" Aku ingat sekali kalau aku sudah menuliskan nama ku, dan ibu itu juga memeriksa nama ku"

" Sebentar.. aku panggilkan dia, Ibu Suzuki bisa ke sini sebentar"

" Iya Pak" Berjalan kearah Gress

" Ibu masih ingat aku?" menunjuk wajah nya sendiri

" Ah.. tentu saja, kau Gress yang mengerjakan ujian sampai malam itu, iya ada apa?"

" Ibu, apa ibu mengumpulkan ujian ku? Dan ibu masih ingatkan kalau ibu juga memeriksa nama ku"

" Iya.., kau meletakan nya di mana? Pasti sudah ku kumpulkan"

" Di tumpukan sebelah kanan.. "

" Tunggu sebentar, kanan mu atau kanan ku?" Meja pengawas berhadapan dengan meja peserta, karena itu kanan meja pengawas merupakan kiri meja peserta dan begitu juga sebalik nya

" Karena ibu menyuruhku mengumpulkan nya di kanan ku, sama seperti biasa nya yang di sebutkan pengawas yang lain"

"Akh.. tidak mungkin.. maksud ku kemarin adalah kanan ku" Ibu itu mendadak langsung berlarian keruangan lain dan memeriksa berkas yang sangat banyak sekali, membongkar nya dengan cepat berharap hal yang ia pikirkan tidak terjadi, tangan nya dan mata nya terlatih bergerak cepat dan membaca sekilas semua dokumen itu, dan tangan nya berhenti pada sebuah dokumen, tangan nya bergetar saat melihat berkas itu, ia tertegun berkali-kali dan berjalan lunglai kearah Gress