Di kerajaan Teujin Kingga terus mencoba melarikan diri dari wilayah ibukota. Terakhir Kingga tertangkap penjaga kerajaan saat mencoba memanjat diding pembatas ibukota setinggi 15 meter.
"Ku perintahkan kalian melepaskan ku sekarang juga!" kata Kingga degan kasar. Ia terus diseret oleh prajurit sampai di istana kerajaan. Dia langsung dibawa ke kamar tempat Ayahnya. Ayahnya nampak sangat marah saat itu juga.
"Kau sudah mencoba kabur sebanyak lima kali, sudah sepantasnya kau mendapat hukuman."
"Lepaskan aku, lepaskan...." Kingga terus meronta sampai tiba-tiba ibunya datang menghampirinya
"Kingga kumohon dengarkan kata," kata ibunya sambil memeluknya.
"Masukkan dia ke dalam kurungan besi. Penjarakan dia di hutan terlarang."
"Kumohon jangan, jangan kau masukan Kingga ke hutan terlarang, kau boleh penjarakan dia tapi jangan ke hutan terlarang, kumohon jangan," kata ibu Kingga sambil meliat ayah Kingga.
"Cepat bawa dia!" kata Ayah langsung pergi dari kamar tempat ibu Kingga sakit.
***
Di sisi lain kakaknya yang sedang duduk dibawah pohon disebuah hutan. Ia mendengar suara misterius yang memanggil namanya. suara itu terdengar seperti suara perempuan. Entah dari mana suara itu.
"Siapa kau?" Asuka bertanya dengan suara yang ada dalam hatinya.
"Kau tidak perlu tahu siapa aku yang jelas aku akan membantumu."
"Membantuku, apa maksudmu?" Asuka bingung.
"Tapi sebelum itu ijinkan aku menyatu dengan tubuh mu."
"Sebenarnya kau siapa?" Asuka heran.
"Percayalah padaku, jika kita bersatu maka kekuatan mu akan berlipat ganda, dan aku hanya akan menggunakan tubuhmu sesuai perintah mu."
Di waktu yang sama pemuda itu atau orang yang dikenal sebagai jendral Totsu juga mendengar perkataan yang sama dari seorang pemuda yang juga tidak diketahui asalnya. "Siapa kau ini?" tanya Totsu dengan suara yang ada dalam hatinya.
"Kau tak perlu tahu siapa, aku akan membantumu."
"Membantu ku? apakah aku terlihat seperti orang yang sedang kesulitan?" Totsu bingung.
"Tapi ijinkan aku bergabung dengan tubuh mu."
"Apa yang akan terjadi bila tubuh kita menjadi satu?" Totsu menjawab. "Karena jika kita bersatu ke kuatan mu akan jauh lebih kuat, dan aku hanya akan menggunakan tubuhmu sesuai perintah mu."
"Tunggu sebentar, sebenarnya apa yang kau maksudkan?" Totsu bingung.
***
Di waktu yang sama Kingga bertemu dengan seorang pria. Pria itu berada disalah satu sel bersebelahan dengan sel Kingga. Pria itu berambut cukup pendek berwarna coklat dan memiliki kumis dan jenggot tipis berwarna sama dengan rambutnya. Terlihat pria memiliki bekas jahitan di pipi kananya. Pria itu nampak berusia sekitar 40 tahun. Saat itu secara misterius Kingga berpindah keluar dari sel bersama pria itu.
"Siapa kau sebenarnya?" tanya Kingga.
"Aku sudah lama aku terkena kutukan yang membuatku terjebak di hutan ini, aku hanya bisa keluar dari tempat ini jika aku bisa membantu orang yang sedang mencari orang lain," bermaksud menghasut Kingga.
"Kalau begitu kau harus membantuku mencari seseorang! Sebagai gantinya kutukan itu lenyap, benar begitu bukan," kata Kingga dengan mantap .
"Sebelum itu aku perlu tahu, apa pentingnya orang itu bagi mu?" dengan nada merendahkan.
"Dia adalah kakak ku," dengan tegas.
"Baiklah tapi aku harus menyatu dalam tubuhmu, tapi setelah ini kau juga harus membantuku juga mencari seseorang," dengan nada marah.
"Sudah jangan banyak bicara cepat lakukan!" kata Kingga dengan mantap.
Tiba-tiba pria itu masuk ke tubuh Kingga kemudian kilat berwarna kuning menyambarnya. Diwaktu yang sama kilat berwarna merah juga menyambar Asuka dan kilat berwarna biru juga menyambar Totsu. Kilat-kilat itu tampak bergabung diatas langit. Tiba-tiba Kingga tersedot naik keatas dan terlempar sangat jauh dari hutan itu. Asuka dan Totsu bertabrakan saat tersedot naik yang membuat tubuh mereka terpental hingga menabrak pohon. Totsu membentur pohon dengan sangat keras sehingga membuatnya pingsan. Asuka masih bisa berdiri karena terlindung oleh baju besi yang ia pakai. Sebuah pohon yang berbenturan dengan Totsu itu pun tumbang kearah Totsu.
"Tidak...!!!" Asuka berlari kearah Totsu.
Ia langsung mencoba untuk menyelamatkan Totsu. Tetapi pohon itu malah menimpa mereka berdua. Mendengar suara sambaran petir itu para prajurit anak buah Totsu pun terbangun. Pada saat itu pula matahari sudah mulai terbit. Mereka keluar dan terkejut heran jika itu bunyi sambaran petir karena diluar tidak terlihat awan mendung sedikit pun, bahkan setetes air hujan pun tidak terjatuh dari langit. "Ayo kita lihat asal bunyi ledakan itu," kata salah seorang prajurit dan kemudian yang lain melanjutkan. Mereka pun pergi menuju asal bunyi ledakan tersebut. Sesampainya di hutan mereka melihat Asukan dan Totsu telah tertimpa batang kayu yang cukup besar.
"Apa, itu kan, gadis yang baru bergabung dengan kita?"
"Itu, kan, jendral Totsu! Bertahanlah, Jendral! Kami segera kesana!"
Merekapun berlari menuju batang pohon itu. Tiba-tiba Totsu pun terbangun. "Asuka, kau menolongku "kata Totsu dengan suara pelan dan entah dari mana dia mengetaui nama Asuka. Para prajurit itu pun mengankat batang itu.
"Tangkap gadis ini, dia telah mencoba membunuh jendral Totsu dengan sebuah bom. Mungkin ini adalah karma yang membuat dia ikut tertimpa juga" kata seorang prajurit itu. "Tapi bagaimana anda tahu," kata Totsu.
"Aku tahu karena sejak awal aku curiga padanya, mana mungkin ada ledakan yang membuat pohon ini tumbang jika bukan karenanya," jawab prajurit itu dengan gugup karena takut dengan Totsu.
"Dia mencoba menyelamatkanku, bukan mencoba membunuhku," ujar Totsu.
"Jendral, lalu bagaimana bisa ada bunyi ledakan dengan begitu keras"
"Itu adalah petir, dan aku tidak tahu bagaimana bisa itu terjadi," Totsu bingung.
Sesampainya di markas Asuka dan Totsu langung dibawa ke tempat pengobatan. nampak dua orang pria masuk keruangan itu.
"Jangan sentuh dia, jika kita ingin mengobati wanita sebaiknya wanita yang melakukannya," kata Totsu.
"Tapi dalam kelompok kita hanya dia yang wanita," kata penangan medis di tempat itu. "Cepat cari penagan medis wanita dari luar markas. Itu perintah!" kata Totsu dengan tegas.
"Baik, Jendral," kata penangan medis disana.
Di sisi lain Kingga saat itu merasa bingun kenapa ia masih hidup meski telah disambar petir. "Bagaimana bisa?" Kingga bingung. Tiba-tiba banyak pengawal kerajaan datang menuju hutan itu. mengetahui hal itu Kingga langsung bersembunyi dibalik rumah di desa yang paling dekat dengannya. Ibu Kingga ternyata juga ikut. Dia berada didalam sebuah kago kerajaan. Sesapainya di hutan mereka terkejut ketika melihat Penjara yang digunakan untuk mengurung Kingga telah hancur. Mereka mengira Kingga sudah mati karena sambaran petir.
"Kingga, tidak mungkin...." ibu kingga pingsan dalam kagonya.
"Ratu, Anda tidak apa-apa," kata orang yang membawa kago. Sama sekali tidak ada respon dari pertanyaan itu.
"Gawat, cepat kita kembali istana," kata pengawal yang ada disana.
Di sisi lain Kingga datang menyelinap ke dalam asrama di perguruannya, ia hendak menemui seseorang disana. Di asrama itu nampak seorang gadis dari jedela di kamar paling atas. ia memakai armor yang sama dengan Asuka yang tak lain adalah Miki. Wajahnya nampak merindukan seseorang. Tidak disadari ternyata gadis itu menyadari kehadiran Kingga, ia keluar sejenak tetapi tidak ada orang di luar ia pun kembali masuk ke dalam tetapi sebelum membuka pintu ada yang memangil namanya.
"Miki...," kata Kingga dengan suara pelan.
"Kingga...," kata gadis itu dengan suara pelan, ia pun langsung memeluk Kingga yang ada dibelakangnya sambil menangis pelan.
"Miki..., aku butuh bantuan mu, tunjukan jalan yang dapat mengeluarkan ku dari kota ini tampa diketahui" kata Kingga dengan lembut.
"Apa kau benar-benar akan pergi".
"Ya..., aku tidak ingin terjadi hal buruk pada ibu dan kakakku, dan yang terpenting aku belum sempat meminta maaf pada kakak ku atas kenakalanku selama ini, cepat kita tidak punya banyak waktu".
***
Di tempat lain ibu Kingga terbangun di kamarnya dan kemudian Ayah Kingga datang.
"Kingga...," kata ibu Kingga dengan suara pelan.
"Aku yakin dia masih hidup, dia anak yang kuat, percalah padaku," kata Kobayashi berusaha menenangkan istrinya.
***
Di tempat lain Kingga dan Miki sudah berada di atas tembok perbatasan
"Kau yakin akan pergi" kata Miki dengan menundukan kepalanya.
"Ya..., aku akan menyusul kakakku".
"Kumohon jangan pergi, di luar sangat berbahaya, jika kau tetap pergi paling tidak ijinkan aku ikut bersama mu, aku tidak bisa berada jauh dari mu, aku benar-benar suka pada mu. Jadi kumohon" kata Miki sambil menangis.
"Kau mengingatkanku pada kakakku," kata Kingga sambil tersenyum kecil.
Miki hanya bisa terdiam melihat Kingga. Setelah itu tiba-tiba saja Kingga berpindah kebelakan Miki dengan cepat. Tampa disadari oleh Miki, ia langsung memukul tengkuk Miki sehingga Miki terjatuh pingsan. Miki langsung dibawa ke sebuah bangku dibawah tembok.
Disisi lain Asuka sedang ditangani oleh perawat dari luar markas. Setelah perawat itu keluar prajurit prajurit tadi pun bertanya.
"Apa dia baik-baik saja?" tanya prajurit itu.
"Tidak ada yang harus dikawatirkan, dia baik-baik saja," kata perawat itu dan segera pergi.
Tiba-tiba datang seorang prajurit di kamar jendral Totsu.
"Jendral, apa kami akan bertempur tampa mu pagi ini," kata prajurit itu.
"Ya, tapi gunakan meriam dari jarak jauh!" jawab dengan tegas
"Baik!" dengan suara tegas
Tampa berpikir panjang prajurit itu langsung pergi meninggalkan Jendral Totsu. Setelah sampai didekat perbatasan lembah kematian. Mereka langsung menyiapkan meriam mengelilingi lembah kematian.
"Tunggu aba-aba dariku," kata seorang prajurit. Mereka langsung menyalakan obor untuk menembakan meriam.
"Tembak...!!!"
Suasana ditempat itu langsung menjadi ramai bunyi ledakan. Banyak mayat hidup yang hancur berceceran. Raksaksa-raksasa batu banyak yang tertembak hinga tersisa beberapa potong tubuh. Saat para prajurit itu sedang mengisi ulang peluru, tiba-tiba banyak raksaksa yang datang mendekati perbatasan. Raksaksa itu tampak sedang menghiru udara secara serempak. Udara-udara itu tampak berkumpul membentuk pusaran bola angin dirongga perut. Bola-bola angin itu semakin lama semakin besar. Lalu muncul percikan api dari dalam bola-bola angin yang membuat bola angin itu menjadi bola api. Secara serempak raksaksa-raksaksa itu mengeluarkan api dari mulut mereka. Tiba-tiba salah seorang prejurit berteriak.
"Selamatkan diri kalian!!!"
Semua tempat disekeliling lembah menjadi lautan api. Semua hangus tak tersisa. Dari sekian banyak orang hanya satu orang yang selamat, tetapi prajurit itu terluka parah yang membuat prajurit itu hanya bisa berjalan merangkak.
"Jendral tolong aku!" kata prajurit itu.
Di sisi lain Miki masih pingsan dibangku dibawah tembok pembatas kota. Ternyata ada dua orang prajurit kerajaan yang melihatnya. Saat dua orang prajurit itu menghampirinya, saat itulah Miki tersadar dan mendapati dirinya berada diatas bangku didekat tembok perbatasan. Tiba-tiba Miki teringat saat Kingga memukul lehernya. Ia langsung memegang lehernya dengang tangan kirinya. Miki lansung menagis dengan nafas terengah-engah. Ketika prajurit itu semakin dekat nafasnya semakin terengah-engah. Setelah prajurit itu sampai, Miki langsung terdiam sejenak.
"Kingga...," kata Miki dengan suara pelan.
"Apa...?" kata salah seorang prajurit.
Miki langsung pingsan terjatuh di tanah. Tiba-tiba hujan mulai turun, semakin lama hujan semakain deras. Langit seperti ikut menangis atas besarnya ikatan antara Kingga dan kakaknya. Wujud kasih sayang yang bagaikan siap membelah lautan untuk menggapainya. Hujan pun turun tak henti-henti dan terus-menerus semakin deras.
Di tempat lain Kingga masih terus berlari menjauh dari ibukota kerajaan. Kingga berlari dengan sangat cepat bagaikan angin yang berhembus. Dia sama sekali tidak punya tujuan, yang dia lakukan hanya mengikuti instingnya.
Di tempat lain Asuka tersadar di dalam sebuah tenda. Dia langsung bangun dan segera keluar dari dalam tenda. Dia melihat prajurit sedang membawa tandu yang berlumuran darah. Saat prajurit itu sudah dekat Asuka langsung melihat siapa orang yang ada di tandu itu. Asuka sontak kaget dan terjatuh karena ternyata isinya adalah mayat yang sudah tidak dapat dikenali wajahnya. Mayat itu sudah hangus terbakar.
Warna jingga terlihat di ufuk barat. Asuka mengambil kedua pedangnya yang tersandar pada pintu tenda. Dia langsung berlari ke lembah kematian.
"Aku akan membalaskan dendam mereka, tidak akan ku biarkan korban terus berjatuhan di lembah itu"dalam hatinya. Kemudian dia berlari semakin cepat.
Sampai disana Asuka langsung menaiki sebuah benteng di lembah kematian. Dia langsung melompat dari atas benteng penghalang dan menyerang zombie dan monster yang mulai menyerang Asuka. Serangannya hanya membuat bagian tubuh zombie itu terpotong saja, bagian tubuh zombie itu terlihat bergliat-gliat ditanah. Kemudian tanah mulai bergetar, ternyata salah satu rasaksa mendekatinya. Tangan terlihat ingin menangkap Asuka. Tetapi jari-jemari rasaksa itu terpotong oleh serangan pedang Asuka."Rooooaaaaar" rasaksa itu langsung memukul Asuka dengan tangannya yang lain. Asuka berhasil menghindar dan berlari ditangan rasaksa itu sampai dipundaknya."aaaaa...!!!" teriak Asuka sambil menyerang kepala rasaksa itu. Dia terus menyerang sampai ia tak sadar bahwa tangan kanan rasasaksa itu berhasil menangkapnya. Setengah kepala rasaksa itu mulai hancur perlahan. Rasaksa itu marah dan kemudian melempar Asuka hingga masuk ke dalam gua diatas bukit yang berada ditengah lembah itu. Asuka langsung tak sadarkan diri.
"Asuka...Asuka..." terdengar suara perempuan dalam hatinya. Setelah itu ia melihat seorang wanita berambut merah api dan menyala. Tangan wanita itu terlihat bercahaya dan dia menghadapkan telapak tangannya kearah Asuka. Perlahan Asuka merasakan tubuhnya terasa ringan. Saat Asuka berkedip wanita itu menghilang dari pandanganya. Asuka langsung beranjak berdiri. ia mulai menengok ke kiri dan ke kanan mencari wanita itu. Gua itu mulai bergemetar. Bebatuan di langit-langit gua itu mulai rubuh. Terdengar suara pukulan benda keras dari mulut gua. Ternyata rasaksa itu terlihat memukul-mukul mulut gua tersebut. Asuka baru tersadar ternyata kedua pedangnya telah hilang. Tiba-tiba saja dalam gua terlihat kilauan cahaya berwana biru. Asuka langsung menuju ke ara sumber cahaya itu. Terlihat sebuah sumur tua dengan ukiran tulisan-tulisan kuno. Sumur itu tampak dikelilingi tumbuhan merambat yang tampak subur disekitarnya. Perlahan Asuka berjalan mendekati sumur itu. Ketika ia menginjak tumbuhan disekitar sumur itu. Cahaya biru itu langsung menghilang. Asuka terheran-heran dan langsung melihat ke dasar dasar sumur itu. Terlihat air sumur tersebut memancarkan cahaya biru remang-remang. Perlahan air naik kepermukaan sumur, terlihat sebuah benda mengambang ditengah air sumur tersebut. Asuka terkejut ketika melihat ternyata benda itu adalah sebuah pedang. Asuka mengambil pedang itu dan mendadak cahaya air sumur tersebut menghilang dan air di sumur itu mulai turun perlahan. Asuka langsung mengangkat pedang itu dan kemudian pedang itu memancarkan cahaya biru yang sangat terang. Rasaksa itu masih terus memukul mulut gua. Rasaksa itu baru berhenti ketika melihat cahaya biru dari mulut gua. Cahaya itu semakin terang dan munculah Asuka dari cahaya itu dengan membawa pedang bercahaya biru terang. Asuka pun mengayunkan pedang itu kearah rasaksa itu."Boomm" tiba-tiba saja kepala rakasa itu langsung meledak. Sebuah batu berwarna hijau jatuh dari langit. Karena merasa curiga Asuka langsung menebas batu itu dan saat itu juga tumbuh rerumputan tepat dibawah Asuka. Terlihat rasaksa lain berlari menuju Asuka dan ketika kakinya menginjak rerumputan itu, setengah badan rasaksa itu berubah menjadi abu dan kemudian rasaksa itu berusaha kabur dengan merangakak. Asuka pun kembali mengayunkan pedangnya ke kepala rasaksa itu. Duar!!! Kepala rasaksa itu meledak. Terlihat batu hijau terhempas keudara dan Asuka pun kembali menebas batu itu. Seketika itu juga tumbuh rerumputan yang sama. Zombie dan monster yang berada disekeliling Asuka terlihat mati terbakar karena menginjak rumput itu. Tiba-tiba saja terdengar langkah berat mendekati Asuka. Terlihat tiga rasaksa menghampiri Asuka. Salah satu rasaksa itu berjalan merangkak layaknya binatang buas. Tanpa rasa takut Asuka berlari mendekati dua rasaksa didepannya dan kedua rasaksa itu berlari meninggalkan rasaksa yang berjalan merangkak. "Booom!!! " Kedua kepala rasaksa itu hancur berkeping-keping ketika terkena ayunan pedang itu. Nampaknya pedang itu merupakan salah satu pedang legendaris milik ayahnya. Pedang itu memiliki kemampuan untuk memanjang dan mendorong apapun didepannya. Sesaat setelah kepala rasaksa itu meledak, terlihat batu hijau nampak terlempar ke langit. Sayangnya batu hijau tersebut terlontar jauh. Asuka langsung melopat kearah batu itu. Rasaksa yang berjalan merangkak langsung melompat dan melahap Asuka. Asuka nampak menggantung dalam mulut rasaksa itu. Ia melihat zombie setengah badan yang bergelantungan secara terbalik di atas rahang belakang rasaksa itu. Tampak ia sedang malahap bangkai manusia. Dibawahnya terlihat cahaya hijau yang mengelilingi tenggorokan. Asuka pun langsung berinisiatif untuk menebas zombie itu. "Roarrrg," rasaksa itu berteriak dan Asuka terlempar ke udara. Asuka memejamkan matanya sesaat dang kemudian menyerang rasaksa itu hingga kepala rasaksa itu terlempar ke udara dan terjatuh berdekatan dengan dua batu hijau yang terlempar tadi. Asuka pun langsung berlari mendekati kepala rasaksa itu dan langsung menarik batu hijau yang ada di dahi rasaksa itu. Seketika kepala rasaksa itu berubah menjadi abu. Asuka melempar ketiga batu hijau itu dan menghunuskan pedangnya kearah batu itu. Asuka terus berjuang menaklukan lebah itu hingga fajar pun tiba.
Akhirnya lembah itu tingal sebuah lingkaran kecil dengan dua rasaksa dan beberapa monster. Asuka langsung berlari kearah rasaksa-rasaksa itu dan memenangkan pertarungan itu.
Akhirnya lebah itu berhasil ia taklukan sendirian. Asuka pun tergeletak diatas rerumputan karena dan tertidur lelap diatas rerumputan.