Chereads / The power of sword lessons / Chapter 6 - Chapter 5 : Perasaan Pedang

Chapter 6 - Chapter 5 : Perasaan Pedang

Angin mulai menghembus kencang rerumputan ditempat itu. Hangatnya mentari pagi mulai mempercerah suasana pada pagi itu. Asuka nampak terbaring dibawah sebuah pohon. Perlahan Asuka mulai membuka matanya. Asuka sempat berkedip beberapa kali sampai ketika melihat sesosok pemuda tengah duduk diatas sebuah peti. Sontak Asuka terbangun ketika melihat sosok pemuda itu. Asuka langsung mengangkat pedangnya dan memasang kuda-kuda bertarung. Pemuda itu kaget dan melompat menjauh. Ia melihat Asuka sambil tersenyum. "Siapa kau?" tanya Asuka.

Pemuda itu langsung melemparkan sebuah topeng kayu ketanah dan berkata "Masa jabatan ku telah berakhir". Asuka melihat topeng itu sejenak.

"Je... je.. jendral Totsu," Asuka teringat dan menurunkan pedangnya. Totsu mulai berjalan menghampiri Asuka.

"Terimakasih, sekarang dendam teman-teman ku telah terbalaskan" Totsu menepuk pundak Asuka. Sejenak Asuka memandangi wajah Totsu.

"Dia tampan, apa dia seumuran dengang ku," pikir Asuka.

Asuka menoleh kepundak kanannya dan melihat tangan Totsu masih memegan pundaknya. Sontak Asuka melangkah kebelakang. Ia tak sadar bahwa kakinya tersangkut akar pohon."brugg..." Asuka pun terjatuh, seluruh rambutnya tersingkap kedepan menutupi wajahnya. Totsu langsung menyingkapkan rambut Asuka dengan tangan kanannya. Asuka terkejut, ia langsung bergerak kebelakang dengan cepat. Totsu langsung tertawa terbahak-bahak. Wajah Asuka terlihat kesal melihat Totsu. Totsu mengulungkan tangannya kearah Asuka. "hems..." Asuka memalingkan wajahnya dan meraih tangan Totsu dan mulai berdiri. Asuka beranjak pergi meninggalkan Totsu.

"hey... kau mau kemana?" tanya Totsu.

"Apa kau harus tahu," dengan wajah kesal.

"Kau meninggalkan barang-barang mu," teriak Totsu.

Asuka pun menoleh kebelakang dan melihat tasnya yang diangkat oleh Totsu. Totsu hanya tersenyum melihat Asuka berlari menghampirinya. Asuka berlari semakin cepat kemudian ia mulai mengepalkan tangannya. "buuggg..." Asuka memukul perut Totsu. Totsu terpental dan menabrak pohon. "Urg..." Totsu memegang perutnya.

"Jangan sentuh barang-barang ku dasar mesum," Asuka nampak marah dan pergi meninggalkan Totsu.

"Auu..." ranting jatuh di kepala Totsu.

"Hey... kau melupakan sesuatu," kata Totsu sambil menedang sebuah peti yang cukup besar.

"Itu bukan milik ku," Asuka menoleh kebelakang sesaat dan melanjutkan langkahnya.

"Tunggu! ini hadiah karena kau berasil menuntaskan misi menghancurkan lembah kematian," Totsu beranjak berdiri. Asukan pun berbalik dan membuka kotak itu. Ia sangat terkejut ketika mengtahui kotak itu. Bagaimana tidak, kotak berisi penuh koin emas.

"Dan ini pedang mu bukan," Totsu mengambil dua buah pedang yang terdandar dipohon itu dan memberikannya kepada Asuka.

"Pedangku..." Asuka mengambil pedangnya dan kemudian memasukannya kedalam sarung pedangnya. Totsu nampak tersenyum melihat Asuka.

"Ku pikir aku tidak akan menemukan...." kata Asuka.

"Kenapa kau melihat ku seperti itu?" lanjut Asuka.

***

Ditempat lain Kingga masih terus berlari menyusuri hutan itu. Dia nampak berlari dengan sangat cepat. "Kakak dimana kau sekarang," kata Kingga dalam hati. Kingga terus berlari menyusuri hutan itu sampai suatu ketika sebuah anak panah yang melesat ke arah kepalanya dari arah kiri. Beruntung Kingga bisa menangkis anak panah itu dengan pedangnya. Terlihat sesosok anak perempuan berambut ekor kuda dengan warna hitam tengah duduk diatas sebuah dahan pohon. Dia tampak membawa busur dan sibilah katana pendek. Anak itu langsung meloncat kebawah.

"Apa kau tidak papa, maaf aku tidak melihat Tuan," anak perempuan itu membungkukan badannya.

"Huh... tadi itu aku nyaris mati," Kingga kembali menaruh pedangnya dipunggung.

"Maaf aku... sebernarnya aku ingin memanah rusa disana."

"Rusa..." sambil menoleh kebelakang.

Terlihat seekor rusa berlari menjauh. Kingga langsung mengambil sebuah berlati dan melemparnya kearah rusa itu. Belati itu menacap di sebuah pohon didepan rusa itu. Nampaknya belati itu mampu menembus tubuh rusa itu.

"Hebat..."perempuan itu terkagum.

Kingga melanjutkan lankahnya dan meninggalkan gadis itu.

"Terima kasih, Tuan," kata gadis itu.

Kingga menghentikan langkahnya.

"Sebagai permintaan maaf maukah mampir ke tempat tinggal ku? Tuan pasti lelah setelah perjalanan jauh. Aku ingin membagi rusa ini dengan tuan," kata gadis itu

Tiba-tiba perut Kingga berbunyi, tetapi Kingga tidak meperdulikan dan terus berjalan. Saat itu juga hujan turun dengan lebat. Gadis itu langsung memakai jubahnya. Kingga menundukan kepalanya dan menghampiri gadis itu.

"Bagaimana, Tuan?" katanya sambil tersenyum.

Kingga sampai di sebuah gua. Kingga duduk disebuah batang kayu didekat perapian. Tampak daging rusa tadi sedang dibakar diatasnya.

"Jadi kau tinggal di gua ini," tanya Kingga.

"Ya aku tak punya pilihan, inilah satu-satunya tempat ku berteduh," katanya sambil menundukan kepalnya.

"Kenapa kau tinggal di gua ini? dimana keluarga mu?" tanya Kingga.

Gadis itu meneteskan air mata. Kingga terus memandang gadis itu. Dia mulai terduduk sambil menangis tersedu-sedu.

"Aku terpisah dengan kakakku saat bandit itu menyerang desaku, aku melarikan diri ke hutan dan aku tersesat, aku terus berjalan mencari jalan untuk bertemu dengan kakakku. Sampai aku menemukan tempat ini, aku pun tinggal di tempat ini dan berharap kakakku akan menemukan ku disini," kata gadis itu.

"Berapa lama kau tinggal disini?" tanya Kingga sambil mendekati gadis itu dan duduk disampingnya.

"Aku tidak tahu, sekitar lima tahun," sambil memeluk erat kakinya.

Kingga pun menepuk pundak gadis itu.

***

Ditempat lain Asuka tampak berjalan mondar-mandir di sebuah pasar pada sebuah desa.

Totsu tampak terus mengikutinya dibelakang.

"Kenapa kau mengikuti ku?"kata Asuka.

"Sungguh aku tak punya tujuan" sahut Totsu

"Jangat ikuti aku!" kata Asuka.

"Aku tak tahu harus kemana," sahut Totsu kembali.

"Pergilah!!!" bentak Asuka.

"Hanya kau yang ku kenal disini" sahutnya lagi.

Asuka pun memberhetikan langkahnya. Dia pun berbalik menghadap Totsu.

"Apa tujuan mu mengikuti ku," bentaknya.

"Aku hanya pria yang mencari petualangan," sambil sedikit memalingkan wajahnya.

Asuka langsung pergi meninggalkannya.

"Hey... tunggu aku," bergegas mengikuti Asuka.

***

Ditempat lain Miki tengah duduk di ranjangnya sambil memeluk sebuah bantal. Terdengar suara ketukan pintu di kamarnya.

"Kak Miki apa kakak didalam?" terdengar suara anak perempuan dari luar kamarnya.

Pintu itu pun dibuka, kemudian Lily masuk ke kamar Miki.

"Sampai kapan kakak akan terus menangisinya?" tanya Lily.

"Kingga..." kata Miki sambil menagis.

Tiba-tiba saja Lily menarik kerah baju Miki dan kemudian Lily menanparnya dengan keras.

"Dengar Miki, jadilah kuat, karena kekuatan akan membantu mu membalaskan dendam kepada orang yag telah menyakiti mu, mereka akan kembali. Orang pernah menyakiti hati kita, kita harus membalaskan dendam kita. Jadilah kuat," bentak Lily.

Lily pun keluar meninggalkan Miki dikamarnya. Dia langsung berjalan menuju ruangan gelap disebuah bangunan. Tempat itu dipenuhi boneka jerami yang di lengkapi senjata pedang kayu. Boneka itu terlihat digerakan oleh tenaga kuda yang memutar sebuah tuas. Lily mengambil sebuah katana yang memiliki panjang dua meter. Lily langsung nimpuk kuda itu dengan sebuah batu dan kuda itu langsung berlari. Boneka jerami itu mulai berputar dengan cepat. Lily langsung melompat ketengah tempat latihan. Lily benar-benar hebat. Dia mampu menghindari setiap serangan dari boneka itu dan dapat menebas boneka itu dengan mudah. Akhir semua boneka itu hancur dan kuda penggerak tempat itu berhenti.

***

Ditempat lain gadis itu tertidur lelap, Kingga tampak menyelimuti gadis itu dengan sebuah kain. Kemudian Kingga duduk dimulut gua sambil berjaga. Malam harinya gadis itu terbangung. Ia melihat Kingga masih duduk dimulut gua walau hujan masih lebat. Gadis itu menghapirin Kingga dan duduk disebelahnya.

"Tuan kamu benar-benar orang baik, terimakasih sudah berjaga untuk ku Tuan," kata gadis itu.

"Tuan apa Tuan sudah makan," lanjutnya.

"Tuan..." gadis itu mendekati Kingga karena Kingga sama sekali tidak menggubris pembicaraannya.

"Tuan..." sambil manggonyang-goyangkan badan Kingga.

Kingga terjatu ke pangkuan gadis itu.

"Tuan... tubuh mu dingin sekali, Tuan," gadis itu masih berusaha menyadarkan Kingga.

"Tuan..." gadis itu pun menyeret tubuh kedalam gua Kingga dan menyelimutinya. Gadis itu mulai memeluk tubuh Kingga, berharap pelukannya dapat menghangatkan badan Kingga.

***

Ditempat lain Asuka mendatangi kesebuah penginapan. Totsu masih mengikutinya walau Asuka terus menyuruhnya pergi.

"Selamat datang dipenginapan kami, kami punya potongan harga khusus untuk kedua pansangan pengantin muda," kata pemilik penginapan.

Totsu pun menjawab, "ya kami memang butuh....Urg..." Totsu terhenti karena Asuka langsung menyikut perutnya dengan keras. Asuka pun langsung menggebrak meja didepan pemilik penginapan. Pemilik penginapan itu pun langsung mundur sampai ke tembok karena takut.

"Dengar ya, aku tidak kenal siapa orang ini," bentaknya

"B...B....Baik," kata pemilik penginapan dengan wajah takut.

Asuka mulai memasuki sebuah ruangan dan bersiap-siap tidur. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Asuka terbangun, dia tampak marah. Dia menutup kepalanya dengan bantal, tetapi suara ketukan pintu malah makin keras. Asuka langsung membuka pintunya dan benar saja Totsu berdiri didepan pintu itu.

"Apa sih mau mu?" bentaknya.

"Aku hanya mau minta maaf," kata Totsu.

Asuka tampak bersedekap.

"Jadi apa Permintaan maaf ku diterima," kata Totsu.

"Ditolak..." Asuka langsung menutup pintunya.

Totsu tampak ingi mengetuk pintu kebali, tertapi ketika ingin mengetuk pintu.

"Jangan mencoba mengetuk pintu lagi," kata Asuka dari dalam kamar. Totsu pun pergi meninggalkan kamar Asuka.

Asuka tampal berbaring di ranjangnya. Ia tersenyum sambi memikirkan Totsu. Tiba-tiba jantungnya berdetak dengan cepat.

"Kenapa jantungku jadi berdebar-debar setiap kali memikirkannya," dalam hati Asuka.

Sesaat setelah itu, pedangnya pun mengeluarkan sinar biru yang berkedip-kedip sesuai dengan detak jantungnya.

"Kenapa pedang berkedip sama dengan detak jantungku," pikirnya dengan heran.

Ditempat lain Totsu juga terus terbayang wajah Asuka.

"Asuka wajahmu bersinar bagai cahaya bulan, rambut pirang mu berkilau bagaikan emas, suaramu indah bagai kicauan burung, apakah aku jatuh cinta kepadamu," dalam pikirannya.