Di volume 3 ini materi medisnya sangat sedikit. Saya pikir bisa lebih banyak saya sisipkan materi medis, ternyata lebih sulit haha... Tapi semoga ceritanya tetap bisa dinikmati secara keseluruhan.
__________________________________________
"Aaaaaarrgh!"
Death Knight menebas punggung seorang pedagang yang mencoba lari menjauhi Undead Tower. Broadsword hitam berkarat yang diayunkan Death Knight itu merobek pakaian, kulit, hingga daging di punggung pedagang yang kurang beruntung itu. Bahkan dapat terlihat warna putih gading dari tulang rusuknya sebelum akhirnya tertutupi oleh darah.
Kepanikan sedang terjadi di sekitar Undead Tower. Selama ini, semenjak setelah terakhir kalinya serangan Undead ke Kota Dranz beberapa tahun lalu, Undead Tower selalu dalam keadaan tenang.
Tidak pernah sebelumnya ada Undead yang keluar dari Tower untuk menyerang orang-orang yang ada di sekitarnya. Hal tersebut membuat para pedagang merasa nyaman untuk mendirikan lapak, bahkan membangun toko permanen di area Undead Tower.
Tapi kini, seperti petir di siang bolong, tiba-tiba Undead Tower berubah. Bukan lagi Undead Tower yang seperti kemarin.
Undead Tower mengamuk!
"Tentara Penjaga! Lindungi penduduk sipil! Evakuasi ke tempat aman!"
"""Siap!"""
"Para Petualang, mohon bantuannya! Setidaknya sampai semua penduduk sipil selesai dievakuasi!"
"Ah!"
"Serahkan pada kami!"
"Kamu, segera beri tahu Tuan Rogard!"
"Siap, Komandan!"
"Pengirim Pesan! Segera laporkan yang terjadi di sini kepada Walikota Dranz! Minta bantuan segera! Kalau kita tidak bisa menahannya, semua desa dan pemukiman di sekitar sini bisa musnah!"
"Siap, Komandan!"
Semua orang panik. Berlarian untuk menyelamatkan dirinya sendiri beserta barang berharga yang mereka miliki. Banyak juga yang meninggalkan semua hartanya dan memilih untuk menyayangi nyawa tunggal yang dimilikinya.
Setelah sepuluh Death Knight keluar dari gerbang Undead Tower dan menyerang siapapun yang berada di hadapan mereka, ratusan Skeleton dan juga ratusan Zombie menyusulnya seperti gerbang air bendungan yang baru dibuka. Tidak selesai sampai di situ, makhluk-makhluk Undead kelas F dan E lainnya juga keluar dari gerbang Undead Tower. Dalam sekejap, area di sekitar Undead Tower praktis menjadi lokasi pertumpahan darah. Mayat-mayat semakin bertambah. Darah segar mewarnai tanah di sekitar situ.
Beberapa menit kemudian, Rogard tiba ditemani dua orang Petualang Plat Diamond juniornya. Para Petualang yang ada di lokasi langsung bergegas menuju Rogard. Mereka berkumpul untuk menyatukan kekuatan sebelum kembali menahan serbuan Undead.
"Tuan Rogard! Syukurlah anda segera kemari! Kita mengalami kondisi darurat! Tiba-tiba para Undead keluar dari dalam tower dan menyerang semua orang!" Komandan Pasukan Penjaga menghampiri Rogard dan menjelaskan situasi secara singkat. Dia juga menyampaikan bahwa permintaan bantuan ke Kota Dranz juga sudah dikirimkan. Namun, paling cepat bantuan akan tiba dalam beberapa hari ke depan. Dan sampai bantuan tiba, mereka harus mempertahankan perimeter agar tidak meluas dan membahayakan penduduk sekitar.
"Jiwen, kau pimpin pasukan bergerak ke arah kiri. Hokan, kau pimpin pasukan ke arah kanan. Aku yang frontal ke arah gerbang Undead Tower. Komandan, bagi pasukanmu untuk ikut dengan Jiwen, Hokan, dan aku. Kalian Petualang juga bagi menjadi tiga tim. Hanya Petualang Plat Silver atau Gold yang ikut aku. Lainnya ikut Jiwen dan Hokan semua."
Atas instruksi dari Rogard, semua bergerak dengan lebih teratur dan tertata. Tidak sporadis seperti yang sebelumnya mereka lakukan. Melihat kedatangan Rogard bagaikan melihat laguna di tengah padang pasir yang gersang. Perasaan lega dan tenang dirasakan oleh semua orang yang ada di sana.
Dan pertempuran pun dimulai.
***
Sementara di dalam tenda, Arka masih berusaha membuat kepalanya rileks kembali sambil duduk layu di sudut ruangan. Melakukan tindakan medis di luar batas kemampuannya dalam waktu lama benar-benar menguras mentalnya.
Di saat Arka masih setengah melamun memperhatikan Anvily yang sedang mengerahkan seluruh kemampuannya untuk memberikan Heal dan Recovery secara kontinyu, tiba-tiba ia mendengar suara seorang wanita yang cukup familiar di dalam kepalanya.
'Arkanava Kardia...'
Suara itu memanggil namanya. Arka melirik ke samping-sampingnya, memastikan bahwa tidak ada orang lain di sekitar yang memanggilnya, dan bahwa panggilan itu benar-benar dari dalam kepalanya. Setelah yakin, Arka menjawabnya di dalam hati.
'Yang Mulia... Ada perlu apa Yang Mulia dengan hamba?'
'Aku tahu maksud kedatanganmu ke tower-ku kali ini. Oleh sebab itu, aku hadiahkan monster-monster Undead itu untukmu. Tapi, aku ingin agar kau tidak ikut bertarung.'
'Ooohhh... Pantas saja, ternyata Yang Mulia Vioraze yang membuatnya menjadi seperti ini... Tapi, bagaimana cara hamba untuk tidak ikut dalam pertempuran ini, Yang Mulia?'
Kepada Vioraze, Arka tidak berani berbicara terlalu santai seperti ia yang biasanya. Kekuatan dan keagungan Vioraze sangatlah tinggi, sehingga makhluk seperti Arka hanyalah bayi kutu di hadapannya. Bahkan Dragon Aura dari Vioraze saja sudah bisa membunuh manusia dengan membuat mereka sesak dan tak bisa bernafas. Arka tidak berani menyinggung sosok seperti itu.
'Kau tidak perlu khawatir. Aku akan mengirim seekor naga agar kau dan Dagon-mu bisa berpura-pura mengejarnya dan pergi dari sana untuk sementara waktu. Dan kau tidak perlu khawatir, karena kupastikan semua siswamu tidak akan sampai mati terbunuh. Meskipun tetap akan banyak korban jiwa atas peristiwa ini. Tapi ini kesempatan berlatih pertempuran yang terbaik bagi siswa-siswamu, bukan begitu?'
'Yang Mulia benar. Peristiwa seperti ini akan memberikan pengalaman yang sangat banyak bagi mereka. Termasuk pengalaman menapakkan kaki di antara hidup dan mati. Engg... Yang Mulia Vioraze, apakah hamba boleh--'
Belum selesai Arka menyampaikan pertanyaannya, Vioraze sudah mengetahuinya terlebih dahulu. Vioraze memotong pertanyaan Arka, berkata, '--Aku memang berencana untuk memanggilmu ke ruang singgasanaku, karena ada hal penting yang ingin kubicarakan.'
'Baiklah, Yang Mulia. Terima kasih atas izinnya. Hamba akan mempersiapkan para siswa terlebih dahulu.'
'Hm. Lakukanlah.'
'Baik, Yang Mulia Vioraze...'
Arka kembali melihat Anvily, dan menemukan bahwa kondisi Revon sudah kembali 90%. Melihat itu, Arka menyimpulkan bahwa siswanya sudah cukup siap untuk turun ke medan perang.
"Kalian, kumpul sini." Kata Arka memanghil para siswanya. Lalu setelah semua berkumpul, Arka menjelaskan, "Kayaknya di luar sedang ada pertempuran. Kalian, segera siapin semua kebutuhan perang. Abis itu, bikin tiga tim kayak yang mau dipake buat turnamen. Terus ikut aku. Bawain juga buat Anvily. Cepat! Sementara nunggu mereka, Anvily terus heal Revon."
"""Siap, Pelatih!"""
***
Hmm, True Dragon of the Darkness - Yang Mulia Vioraze, memang bijaksana. Bahkan dia melakukan ini untuk membantuku melatih siswa-siswaku. Yaa meskipun akan menelan banyak korban jiwa, aku tak begitu peduli. Karena aku tidak butuh orang-orang lemah! Hahaha...
Aku harus bersandiwara. Aduh, aku tidak pandai bersandiwara. Ya sudah aku anggap serius sajalah.
"Otak Udang, kamu udah baikan, kan?"
"Sudah, Pelatih! Pertolongan medis dari Pelatih ditambah light magic Anvi memang terbaeeek!"
"Ok. Tim Revon, adalah Tim 1. Halea Tim 2, dan Quinta itu Tim 3. Karena kayaknya kalian udah siap, ayo kita bantu mereka!"
"Yaaaaaahhh!!!"
"Urryyaaaaaaaahh!!!"
"Heyaaaahh!!!"
Tiga tim yang masing-masing terdiri dari tiga orang siswa. Dengan peran yang berbeda-beda dan kombinasi yang variatif, berlari menuju Undead Tower. Senjata sudah siap di tangan mereka. Armor terbaik mereka sudah dikenakan. Selain itu, mereka juga sudah mengenakan Fallen Exoskeleton yang dulu pernah diberikan oleh Arka. Salah satu produk dari skill Darkness Creation yang dapat memberikan defense dan magic defense sangat tinggi bagi penggunanya.
Untuk keamanan, dan agar peristiwa yang terjadi pada Revon sebelumnya tidak terjadi lagi, mereka mengenakan Exoskeleton lengkap yang menutupi 90% permukaan tubuh mereka. Termasuk topeng. Sepintas, mereka terlihat seperti sekumpulan pasukan Demon, sehingga Quinta yang merupakan Half-Demon pun tidak terlihat berbeda dari yang lainnya.
Sebenarnya, aku percaya bahwa Vioraze tidak akan membunuh mereka. Tapi, dengan mereka mengenakan Exoskeleton yang kuberikan pada mereka, setidaknya perasaanku menjadi lebih tenang. Karena monster yang terkuat adalah Death Knight. Death Knight tidak mampu menembus Exoskeleton buatanku. Ok... Mari bersantai dan menikmati pertunjukannya.
***
Setelah melihat teman-temannya, Quinta pun tersenyum di balik topeng yang ia kenakan. Di dalam hatinya, ia berterimakasih kepada Pelatihnya yang sudah membuat ia menjadi tidak tampak berbeda dari teman-teman sekelasnya.
"Tim 1, menuju orang-orang yang ada di arah kiri! Tim 2, ke arah kanan! Tim 3 ikut aku! Kita langsung ke gerbang depan Undead Tower! Ingat, manfaatkan pertempuran ini untuk melatih skill Mana Sheath kalian!" Arka membagi tugas kepada semua siswa.
"""Siap, Pelatih!""" Jawab sembilan orang siswa secara serentak.
Cyane terus mengikuti Arka. Karena, Arka sudah memberi pesan kepadanya agar dia hanya mengikuti kemanapun Arka bergerak dan tidak melakukan apapun yang tidak diperintahkannya.
Para siswa mulai bergabung dengan para Petualang dan Tentara yang sedang berusaha keras menghadang para Undead. Mereka berupaya sekuat tenaga untuk menghancurkan sebanyak mungkin monster Undead yang keluar. Karena mereka tidak pernah tahu kapan gelombang serangan dari Undead akan berakhir. Karena itu, mereka tidak boleh membuang-buang stamina mereka dengan melaksanakan pertempuran panjang. Pertempuran harus secepat mungkin diselesaikan. Sebab, manusia bisa kelelahan, sedangkan Undead tidak pernah lelah.
"Tim 3, bantu Paman Rogard!" Perintah Arka kepada tim yang ikut dengannya.
"""Siap, Pelatih!"""
Dan sesaat setelah para siswa disibukkan dengan melawan para Undead kelas F dan E, Arka memperhatikan kondisi keseluruhan di sekitarnya. Dari yang dilihatnya, ternyata benar. Vioraze tidak segan-segan membunuh manusia dengan Undead-nya.
Jumlah Undead yang gugur memang sangat banyak. Tapi jumlah manusia yang mati juga tidak sedikit. Mayat-mayat itu terkesan tak bernilai sama sekali. Teronggok begitu saja, tidak ada artinya.
Baru saja beberapa detik Arka memperhatikan sekitarnya, dia langsung dikagetkan oleh kemunculan kabut hitam dari gerbang Undead Tower.
"Mundur! Semua mundur!" Arka berteriak sekuatnya agar semua orang dengar.
"Kalian dengar! Mundur semuaaa!!!" Rogard menambahkan kekuatan dari perintah Arka dengan suara yang lebih keras.
Semua orang, termasuk Rogard, segera mundur menjauhi gerbang Undead Tower sambil menahan serangan Undead kelas F dan E.
Akan tetapi, Arka dan Cyane malah maju menghadapinya. Semua orang melihat hal yang sepertinya konyol tersebut.
Tak lama kemudian, kabut hitam yang keluar itu perlahan-lahan membentuk sesuatu yang semakin lama semakin berwujud. Wujudnya sangat besar. Dengan panjang mendekati 100 meter, dangan sesuatu di bagian atas tubuhnya yang melebar dengan rentang sekitar 80 meter.
Dalam hitungan detik, wujudnya semakin menjadi nyata dan terlihat tegas.
"A-apa itu!?"
"T-t-tanganku... T-tanganku gemetar hanya dengan melihatnya!"
"G-gawat... Ke-kedua k-kakiku terasa le-lemas!"
"M-monster sebesar i-itu... K-keluar dari Un-Undead Tower!"
Semua Tentara dan Petualang yang berada di area sekitar Undead Tower ketakutan. Mereka terkena efek supresi yang hebat hanya dengan berada di sekitar monster itu. Rogard pun tak terkecuali.
Bagi Rogard sendiri, perasaan ini pernah ia rasakan sebelumnya. Perasaan ngeri, takut, teror, dan merasa lemah ini... Ia pernah merasakannya ketika berhadapan dengan Common Dragon. Hanya saja, ini lebih mengerikan.
Dan benar saja. Setelah kabut hitam itu telah membentuk sempurna wujud aslinya, ternyata itu adalah sosok monster kadal raksasa. Hanya saja, seluruh tubuhnya terdiri dari rangka yang mengeluarkan asap hitam. Di tengah rongga dadanya terdapat seperti kristal bersinar ungu yang mengeluarkan kabut hitam pekat. Monster itu adalah...
Death Bone Dragon!
***BERSAMBUNG***