*Mohon maaf karena ada kesalahan urutan upload pada chapter ini*
Gilaaaa... Saya bisa gila karena coronaaaa! Cepatlah kau musnah wahai coronaaaa! Saya jadi tidak sempat mengetik novel!
Lalu..... Taddaaaa! Akhirnya chapter baru bisa diupdate.
___________________________________________
"Lak! Dal! Gun! Seorang manusia berjalan mendekat ke perimeter pagar desa kita!" Seekor Goblin masuk dengan tergesa-gesa ke dalam sebuah rumah besar.
"Ha? Seorang? Maksudmu dia sendirian?"
"Benar sekali, Gun!"
Di sebuah rumah paling besar yang terletak di tengah-tengah desa pertahanan para Demihuman, para Pemimpin Demihuman yang merupakan tiga Oni sedang berdiskusi merencanakan penyerangan terhadap camp manusia yang sedang menyerang mereka.
Oni adalah salah satu jenis dari ras Demihuman yang sangat kuat. Di desa ini, merekalah yang terkuat. Dan karena hirarki bagi Demihuman masih primitif, yaitu yang kuat yang berkuasa, maka tiga Oni tersebut secara alamiah ditunjuk sebagai pemimpin yang dipatuhi oleh seluruh Demihuman yang ada di sana.
Lak, adalah Oni yang memiliki spesialisasi bertarung dengan menggunakan tangan kosong. Alias Fighter. Dia hanya menggunakan knuckle untuk memperkuat pukulannya. Dia memiliki ketahanan yang sangat tinggi.
Dal, Oni kedua yang selalu bertarung menggunakan pedang besar, atau greatsword. Dia memiliki kekuatan serangan fisik terbesar di antara tiga Oni yang ada. Petarung yang selalu berada di garis terdepan dapam sebuah pertempuran.
Yang terakhir bernama Gun. Jika yang lainnya ahli dalam serangan fisik, Dal adalah satu-satunya Oni yang mahir daoam menggunakan magic. Spesialisasi elemennya adalah dark dan earth. Dengan menggabungkan kedua elemen tersebut, dia dapat menguasai medan pertempuran dari barisan belakang.
Ketika seekor Goblin menyampaikan bahwa ada manusia yang mendekati benteng pertahanan mereka, Gun yang memberi keputusan. Karena Gun adalah Oni yang memiliki Int lebih tinggi dibanding yang lainnya.
"Goblin, perintahkan kepada semua pasukan untuk fokus menjaga di sisi yang menghadap ke arah orang itu! Tapi tetap sisakan pasukan untuk berjaga-jaga di sisi lain. Ada kemungkinan itu merupakan serangan pengecoh. Dan, untuk menyerang kita dengan hanya sendirian, ada kemungkinan manusia itu memiliki kekuatan yang besar. Serang dia dengan kekuatan penuh! Segera!" Perintah Gun kepada Goblin itu.
"Baik!" Goblin tersebut langsung berlari menuju pos penjagaan yang paling dekat dengan seorang manusia yang sedang mendekati desa mereka.
***
"Hadahhh... Masa yang gini-gini juga harus aku, sih..." Aku menggerutu sepanjang jalan menuju Sarang Demihuman.
Sebelumnya, aku sudah memeriksa lokasi keberadaan mereka yang paling banyak menggunakan Darkness Sense. Skill itu sangat bermanfaat. Karena dapat membuatku mampu melihat, mendengar, mencium, merasakan, bahkan menyentuh apapun yang berada jauh dariku hanya dengan memperluas area penyebaran dark magic dari dalam tubuhku.
Aku... Terbang ke dekat sarang itu menggunakan Lucifer Mode-ku. Dark magic yang kubuat menjadi exoskeleton dan kuberi empat buah sayap yang dapat kugerakkan menggunakan dark magic sehingga tubuhku mampu untuk terbang dengan cepat. Selain itu, Lucifer Mode memberikan perlindungan mutlak dari serangan fisik ataupun magic.
Sudah lama aku tidak menggunakannya. Kali ini, aku menggunakannya tanpa ada alasan yang kuat. Hanya keisenganku saja karena rindu untuk mengenakannya.
*Drapp*
Aku mendarat pada jarak sekitar 50 meter dari tembok pembatas sarang. Sarang? Mungkin, lebih mirip benteng pertahanan daripada sebuah sarang. Yaa apapun itu aku tidak peduli. Bagiku, itu sama saja. Hanya jejeran kayu lemah yang bisa kurontokkan hanya dengan sekali bersin saja.
Sesaat setelah mendarat, aku menonaktifkan Lucifer Mode. Dan kini aku hanya mengenakan scrubs hitam favoritku dengan Kuroshi yang selalu menggantung di pinggangku.
Kemudian aku melangkah santai mendekati sesuatu yang menyerupai gerbang tertutup di tengah-tengah susunan palisade dinding pembatas sarang Demihuman. Saking santainya, model yang melenggang seksi di atas catwalk saja masih kalah seksi dibandingkan aku saat ini. Well, setidaknya itu yang kupikirkan.
"Kayaknya ini memang gerbangnya, deh... Widih... Banyak banget Archer yang berjaga di atasnya..." Gumamku.
Barisan rapat yang dibentuk oleh Archer dari berbagai jenis Demihuman sudah siap siaga. Mereka menyambutku dengan meriah sekali. Dan... Mereka sudah dalam posisi siap menembak. Mungkin, dengan satu aba-aba dari pemimpinnya, ratusan hingga ribuan panah akan menghujaniku. Hmm... Untuk sekedar berjaga-jaga...
'Sylph, lindungi aku.' Aku berkata dalam hati.
'Baik, Tuan Arka. Air Shield!'
Sylph langsung menjawabku dan mengeluarkan sebuah wind magic yang membuat udara berbentuk bulat di sekelilingku memadat, lalu berputar dengan cepat.
Bagus juga. Aku seperti berada di dalam bola tornado. Dengan begini, semua serangan akan tertepis oleh pelindung yang terbuat dari angin kencang ini. Namun meskipun putaran angin di sekitarku sangat kencang, udara di sekeliling tubuhku tetap tenang. Bahkan sama sekali tidak merusak gaya rambutku.
Aku coba menyapa mereka sambil terus berjalan mendekati gerbang yang tertutup itu.
"Halooo! Pemimpin kalian mana, yaa?"
"Semua Archer, bersiap!" Seekor Kobold yang sepertinya adalah komandan pasukan Archer malah membalas sapaanku dengan menyuruh pasukannya untuk bersiap menembakku.
Dia tidak berbicara dalam bahasa manusia. Dia berbicara dalam bahasa iblis. Bahasa iblis adalah bahasa universal yang digunakan oleh seluruh Demihuman untuk berkomunikasi dengan Demihuman jenis lainnya. Karena masing-masing jenis Demihuman sebenarnya memiliki bahasa mereka sendiri-sendiri.
Tapi, kenapa aku bisa mengerti ucapan dalam bahasa iblis? Bagi yang sudah membaca dari Volume 1 pasti sudah tahu alasannya. Tapi, bagi yang luoa, akan kujelaskan lagi.
Aku memiliki sebuah Blessing dari Dewi Nyx yang membuatku mampu memahami dan berbicara dalam seluruh bahasa yang ada di dunia yang baru ini. Nama Blessing tersebut adalah Multiverse Language. Namun sayangnya, aku tetap tidak bisa memahami komunikasi para monster yang tidak memiliki kecerdasan untuk memiliki sebuah bahasa yang baku.
Tapi mari kita kesampingkan dulu masalah itu. Aku ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya. Karena Ren pasti sudah kedinginan karena mengenakan lingerie selama menungguku pulang. Haha. Itu khayalanku saja.
Apapun itu, mari kita selesaikan ini secepatnya.
Ketika langkahku sudah mencapai jarak tertentu saat berjalan mendekati gerbang Sarang Demihuman, mereka mulai menembakiku dengan panah.
*Krrrrrrrraaakkkkk!*
Hujan panah yang mengerucut ke arahku, semuanya hancur berkeping-keping di momen anak panah mereka menyentuh Air Shield yang melindungiku dari serangan segala arah.
"Heee... Kenapa kalian main serang aja? Kayak dejavu... Yang kayak gini ini rasanya pernah terjadi... Tapi dimana, ya?" Aku berbicara kepada diri sendiri sambil menunggu gelombang demi gelombang tembakan panah menyerang ke arahku.
"Panah tidak mempan! Kirim pasukan serangan jarak dekat!"
Lagi-lagi, dia ingin menyerangku. Kali ini, dengan pasukan serangan jarak dekat. Katanya begitu. Mungkin maksudnya seperti Swordsman, Warrior, Spearman, dan sejenisnya, ya?
*Grrrrrrooooooooonnngggg*
Gerbang dibuka. Dari baliknya, ratusan pasukan Demihuman lengkap dengan senjatanya sudah siap menyerang. Mereka hanya membutuhkan satu perintah. Yaitu serang.
Dan perintah itupun langsung tiba.
"Seraaaaaaaannnggg!!!" Dalam bahasa demon.
"""AAAAAARRRRRGGHH!!!"""
Semua keluar, semua menyerangku. Hahaha... Mereka hanya segerombolan orang tolol.
'Undine... Bekukan kaki mereka semua sampe nempel ke tanah biar nggak bisa gerak.'
'Baiiiik, Tuan Arkaaa! Frozen Land!' Suara Undine terdengar sok imut di dalam kepalaku.
Sosok mini Undine muncul untuk beberapa saat, lalu energi magic elemen air menyebar ke seluruh wilayah berbentuk segitiga di hadapanku. Setelah semua area tanahnya tertutupi, seketika pula membeku menjadi es yang sangat keras.
Dengan demikian, semua daratan membeku, membuat kaki-kaki lemah yang gemetar dari para Demihuman juga ikut membeku dan terkunci oe tanah. Skill ini memberikan DoT (damage over time), artinya semua yang terkena skill ini akan terkena damage terus menerus.
Namun demikian, damage-nya tidak sampai pada taraf fatal. Karena skill ini lebih mengarah kepada debuff massal, dengan memberikan efek imobilisasi kepada targetnya. Pastinya. Karena kaki mereka membeku bersama tanah yang diinjaknya.
Spirit Magic. Adalah skill magic yang hanya bisa dikeluarkan oleh Elemental Spirit seperti Sylph dan Undine. Sering juga disebut sebagai Ancient Magic karena magic tersebut merupakan magic tertua yang memiliki kekuatan luar biasa. Secara umum, manusia biasa tidak mampu mengeluarkan magic sedahsyat itu.
Sekarang, sejauh mataku memandang, semuanya membeku. Termasuk para Demihuman yang berada di balik tembok pertahanan mereka.
'Undine... Kamu lebay ah. Yang di dalem nggak usah dibekuin. Kata Garen, di sana juga ada anak-anak Demihuman. Kasian kan... Cancel skill-nya. Bekuin kaki pasukan yang nyerang aku aja.' Aku menegur Undine yang sudah terlalu bersemangat dalam mengeluarkan skill magic.
'T-tapi... Uuu... Maafkan aku, Tuan Arkaa...'
'Iya... Nggak apa-apa... Makasih yak...'
Setelah itu, dalam sekejap pula es membeku yang berada di balik tembok menguap dan lenyap. Aku bisa melihatnya dari gerbang yang sudah terbuka dari tadi.
"Okeh! Tadi, sampai dimana aku ngomong? Hmm... Oh, ya! Pemimpin kalian mana? Panggil kesini! SEBELUM KUBUNUH KALIAN SEMUA!!!"
Kalimat terakhir kusengajakan untuk berteriak. Bukan sekedar berteriak. Karena aku mengaktifkan skill Devil's Glare secara diam-diam. Untuk memberikan efek fear (takut) dan submission (tunduk) kepada mereka semua. Selain untuk mempercepat urusan ini, aku memang senang melihat orang-orang (dalam hal ini, Demihuman) menjadi ketakutan dan tunduk kepadaku.
Serasa menjadi Demon Lord saja...
Oh, ya... Aku tadi berbicara dalam bahasa demon. Supaya mereka lebih terkejut lagi. Dan supaya aku terlihat semakin keren. Dasar, aku.
"Apa yang terjadi!?"
"Kenapa semuanya bisa membeku!?"
"Hey, tunggu! Liat itu! Bukankah itu..."
"Wa-!!! Lak! Gun! Itu, kan..."
Tiga Oni keluar dari gerbang. Mereka berbicara dalam bahasa demon. Apakah mereka pemimpinnya? Coba kutanya saja...
"Woi kaliaaan! Kalian bertiga itu pemimpin para Demihuman ini apa bukan!? Sekarang jawab," Aku melangkah maju sambil berteriak dalam bahasa demon, lalu menambahkan, "Apa kalian yang mengutus para Demihuman untuk membunuh manusia-manusia yang ada di sekitar hutan ini!?"
Devil's Glare kunonaktifkan kembali. Karena kalau tidak, mereka akan terlalu gemetar untuk bisa menjawab pertanyaanku.
Dari senjata yang mereka bawa, sepertinya salah satu dari mereka adalah tipe Swordsman. Satu lagi... Knuckle? Berarti Fighter. Dan yang terakhir memegang tongkat kayu tua yang sudah menjadi berwarna gelap. Mage? Mungkin.
Tapi bukan itu topiknya sekarang...
"D--... Demon Lord!?!?"
"Ampuni! Ampuni kami, Demon Lord!"
"Kami terpaksa menyerang manusia karena kami semua kelaparan! Makanan yang ada di hutan ini tidak cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup kami!"
Oni yang menggunakan tongkat kayu itu menjelaskan sesingkat mungkin. Dengan penjelasan itu, dan dari cerita Garen, aku sudah memahami garis besar permasalahan yang terjadi.
Memang, dari yang kulihat selama perjalanan kemari, bahan makanan di hutan ini sudah sangat menipis. Tapi kenapa?
Dan, mereka memanggilku Demon Lord. Ha? Aku seperti sedang dejavu lagi... Apa sebelumnya... Oh! Serangan para Demihuman ke Kota Arvena waktu itu! Haaa... Aku ingat sekarang. Waktu itu, mereka juga memanggilku Demon Lord. Apa-apaan mereka ini.
Ah, itu nanti saja. Untuk sekarang ini...
"Ohh... Jadi bener, kalian pelakunya... Karena itu, apapun alasan kalian, nanti akan kudengarkan. Tapi sekarang, aku harus menghajar kalian dulu!" Ucapku sambil mengepalkan tanganku dan bersiap melakukan dash ke arah mereka.
***BERSAMBUNG***
______________________________________
Halo Pembaca! Kalau suka ceritanya, silahkan vote dan komentar! Follow saya supaya tidak ketinggapan chapter baru. Terima kasih!