Arka akan kembali beraksi! Mungkin... Arka vs Fazar? Atau... Arka vs Kerajaan Krauzer? Atau... Arka vs Salamander? Hahaha... Saya sendiri juga belum tahu. Karena ini adalah jurus mengetik sambil terbang~~ Ide selayang akan datang saat sedang mengetik hehehe...
Selamat membaca! Pengantar menjelang malam mingguan.
_______________________________________
"Eh? 5... 11... Ha??? 15, 19, 28, 41, 55... Eeehh!? Banyak sekali pasukanku yang mati!? 103... 137... Wah, ini tidak wajar!"
Fazar yang sedang tidur tiba-tiba terbangun karena terkejut akibat mendapatkan notifikasi magic setelah pasukan Orc dan Goblin yang dia summon dan perintahkan untuk mengamankan perimeter radius 1 kilometer banyak yang mati hanya dalam waktu singkat.
Informasi magic yang memberikan berita tentang bertambahnya jumlah kematian pasukannya yang sangat cepat dan tak henti-henti itu membuat dia bingung. Padahal sudah 3 hari ini tidak ada yang mati dengan jumlah sebanyak ini dalam waktu singkat!
Jelas ini ada yang aneh. Fazar menyadarinya. Lokasi dimana banyak pasukan hasil summon miliknya banyak yang mati adalah di arah tenggara dari benteng perbatasan tempat Fazar berada kini. Arah menuju Ibukota Kerajaan Elysium. Kemungkinan terbesar yang menyebabkan banyak dari pasukannya mengalami kematian adalah bahwa Tentara dari Kota Syndas telah sampai di sana.
Benteng perbatasan antar kerajaa milik Kerajaan Elysium yang telah mereka taklukkan itu, kini telah jadi pos bagi Tentara Kerajaan Krauzer. Jarak benteng tersebut ke kota Syndas adalah 2 minggu, paling cepat. Sedangkan ini baru berjalan 3 hari. Sedangkan benteng-benteng lain yang paling dekat berjarak seminggu perjalanan darat.
Apa yang terjadi? Fazar bingung. Dia masih berusaha mencerna situasi dan memikirkan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi.
Apakah ada Hero lain di Kerajaan Elysium yang kebetulan sedang berada di sana? Atau penduduk di sana memang memiliki kemampuan bertarung yang luar biasa? Atau, bisa jadi karena ada batas waktu untuk durasi hidupnya monster yang dia summon? Demikian kemungkinan-kemungkinan yang terpikirkan oleh Fazar.
"Hmm... Mungkin Tuan Rufius harus denger tentang ini."
Kemudian Fazar memberitahukan informasi tentang yang barusan dialaminya kepada Rufius, Kepala Royal Mage Kerajaan Krauzer. Mendengar semua yang diceritakan Fazar, Rufius hanya tersenyum. Senyuman yang penuh makna.
"Bagaimana sekarang, Tuan Rufius?" Tanya Fazar.
"Hahaha... Mudah saja. Ada dua alternatif yang bisa Tuan Fazar ambil. Yang pertama, yang paling aman adalah menguji batas kekuatan dari siapapun yang membunuh pasukan Orc dan Goblin milik Tuan Fazar dengan cara mengirim makhluk-makhluk summon yang lebih kuat daripada Orc dan Goblin ke arah sana. Setelah mengetahui batas kekuatan mereka, kita hancurkan mereka." Jelas Rufius, lalu diam untuk memberikan waktu berpikir bagi Fazar.
"Kalau seperti itu, memang benar bahwa itu adalah alternatif yang paling aman. Lalu, alternatif kedua?"
"Yang kedua adalah..."
"Adalah?"
"Tuan Fazar sendiri yang datang kesana untuk menghabisi mereka saat itu juga dengan summon magic milik Tuan Fazar. Dengan begitu, Tuan Fazar dapat mengendalikan pertempuran secara langsung dan dapat memberikan skakmat kepada mereka tanpa harus bertele-tele seperti alternatif pertama. Tapi hal itu hadir bersamaan dengan resiko yang lebih tinggi pula..."
"Ya... Cara yang lebih cepat dan tepat sasaran, tapi beresiko tinggi... Hmmm..." Fazar kemudian tenggelam dalam proses analisa di dalam otaknya.
"Silahkan Tuan Fazar memutuskan sendiri. Saya hanya dapat membantu memberikan alternatif bagi Tuan Fazar." Ujar Rufius.
"...." Fazar tidak menjawabnya, dan semakin terhanyut dalam lamunannya.
Rufius hanya berdiri diam dan tersenyum di hadapan Fazar yang masih asyik dengan analisanya. Fazar mempertimbangkan semua keuntungan dan kerugian dari kedua alternatif yang diberikan Rufius kepadanya. Dia juga mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan bala bantuan dari Kerajaan Elysium untuk tiba di medan perang.
Setelah beberapa menit berpikir, Fazar mengangkat wajahnya lurus menghadap Rufius. Dia sudah memutuskan langkah yang akan diambilnya.
"Tuan Rufius, saya akan memilih alternatif pertama." Tegas Fazar.
"Oh? Kupikir Tuan Fazar malah akan memilih yang kedua..."
"Tidak. Meskipun cara itu terdengar sangat efektif untuk menghabisi musuh-musuh kita itu, tapi resikonya terlaku besar. Sedangkan aku, bukanlah seseorang yang berpengalaman dalam peperangan. Untuk saat ini, aku akan menahan diri, mempelajari situasi dan kondisi peperangan terlebih dahulu sebelum memutuskan hal yang menurutku cukup gegabah jika kulakukan sekarang." Fazar menjabarkan.
"Tuan Fazar, saya pribadi, memuji keputusan dan alasan dari keputusan yang Tuan Fazar ambil." Respon Rufius masih dengan senyuman.
"Terima kasih atas pujiannya, Tuan Rufius. Kalau begitu, aku akan memulainya saat ini juga."
"Silahkan, Tuan Hero."
"Ah... Jangan memanggilku Hero. Aku kurang nyaman mendengarnya hahaha..."
"Hahaha... Baiklah, Tuan Fazar..."
***
"Heeey! Kalian para Orc dan Goblin toloooool! Sini kalian semuaaa!"
*Peng peng peng peng peng!*
Garen mengeluarkan skill Taunt miliknya. Skill yang digunakan untuk menarik aggro dari semua monster atau musuh yang ada di sekitarnya. Semua Orc dan Goblin yang ada di area sekitar Garen, langsung menoleh dan menyerang ke arah Garen.
"""Aaaarrrghh!!!"""
"""Khiiiiiiikk!!!"""
Seperti anjing gila yang dilepas dari kerangkeng, para Goblin dan Orc yang terpancing oleh skill Taunt milik Garen langsung mengamuk tak terkendali kepada Garen dari segala arah mata angin. Melihat itu, Lukas dan Fiana yang sudah berada di samping kanan dan kiri Garen langsung bersiap untuk membunuh mereka semua.
"Poison Dagger. Throw Dagger! Haaaaaaaaaahh!"
Sebelum menyambut serangan dari Orc dan Goblin, Lukas mengaktifkan skill Poison Dagger. Seperti namanya, skill tingkat bawah dari Rogue ini berfungsi untuk melapisi dagger yang digunakannya dengan magic yang dikonversi menjadi racun. Jika racun itu sampai meresap ke dapam pembuluh darah, akan memberikan DoT (damage over time, damage terus-menerus seiring berjalannya waktu) dan sedikit efek slow.
Lalu skill berikutnya, Throw Dagger. Dengan skill tingkat bawah jarak menengah tersebut, dagger Lukas yang telah terlapisi oleh racun dilemparkannya ke musuh. Dia melempar dagger di kedua tangannya, masing-masing ke paha salah satu dari 7 Orc yang mendekat.
Lukas tidak hanya diam di tempat. Setelah melempar kedua dagger miliknya, dia langsung berlari ke arah target lemparannya tadi. Setelah dekat, 2 Orc yang berdekatan tersebut berusaha menyerangnya dengan broadsword tumpul yang mereka bawa. Tapi, efek racunnya sangat cepat sehingga serangan mereka menjadi lamban.
Lukas yang memiliki Agi tinggi, dengam gerakan yang lincah menghindari serangan itu, lalu mencabut dua dagger yang masing-masingnya tertancap di paha 2 ekor Orc. Setelah mencabutnya, tanpa memberikan celah waktu sepersepuluh detikpun, Lukas menyelinap melalui bagian bawah ketiak salah satu dari 2 Orc yang telah diracuni tadi.
Setelah berada di belakang Orc itu, Lukas membalik badannya dan melompat dan meraih bahu kanan Orc dengan kedua tangannya untuk mengangkat tubuhnya agar dia bisa berjongkok di pundak Orc tersebut. Kedua kakinya menapak di kedua bahu Orc itu, lalu...
"Slice Throat."
*Croooosssssssshhh*
Dari posisi itu, Lukas melingkarkan lengannya di leher Orc yang dipanjatnya, dan dengan mulus ia menyayatkan dagger-nya sedalam mungkin melintasi leher bagian depan targetnya hingga memutuskan kedua arteri carotis dan merobek trakhea bagian depan dari Orc tersebut. Darah Orc itu muncrat menyebar ke arah depannya.
Lukas tak berlama-lama berada di atas bahu Orc yang sudah digoroknya. Dia melompat ke Orc satu lagi yang telah diracuni olehnya tadi. Orc itu sudah mengayunkan broadsword tumpulnya ke arah Lukas, tapi lompatan Lukas adalah lompatan anomali. Arahnya sulit ditebak.
Dengan menggeliat dan memutar tubuhnya di udara sedemikian rupa, ayunan pedang Orc kedua dapat dihindarinya. Lalu ketika Lukas mendarat, dia sudah berada di belakang Orc yang baru selesai mengayunkan pedangnya. Lukas tidak melewatkan kesempatan ini.
"Back Stab."
Skill tingkat bawah lainnya yang dimiliki oleh Rogue, yaitu menusuk musuh dari belakang. Skill ini sangat simpel. Ya, hanya menusuk punggung musuh. Namun, jika skill ini digunakan oleh seseorang yang memiliki Agi dan Dex tinggi, serangan ini akan menjadi sangat mematikan.
Lukas memiliki Dex yang tinggi untuk selevelannya. Ditambah lagi buff pasif dari Arka, Dark Vassal, membuat Dex miliknya jadi jauh lebih tinggi. Dengan Dex tinggi, berarti tinggi pula akurasi serangan Rogue pada titik vital musuh. Dalam hal ini, Lukas menancapkan dagger-nya hingga ke pangkal bilahnya di leher belakang Orc itu. Tepatnya di antara tulang vertebra cervical 6 dan 7. Kemudian langsung mencabutnya.
Seketika itu, Orc kedua tumbang dan tak berapa lama kemudian ia mati.
Melihat 2 Orc ditaklukkan dengan sangat cepat oleh Lukas, 4 ekor Goblin di sekitar Lukas tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun. Mereka menyerang lukas dengan keroyokan.
Lukas tidak panik. Makhluk sekelas Goblin tidak akan bisa membuat Lukas yang telah resmi menjadi Petualang Plat Diamond menjadi panik. Menghadapi 4 ekor Goblin? 20 Goblin sekalipun yang menyerangnya, dapat dengan mudah dia taklukkan tanpa menggunakan skill apapun.
"Hup! Hah! Hah! Hup! Heyah! Hah!"
*Shrash crookk jreb srash*
Dalam waktu tidak sampai 3 detik, Lukas telah membunuh 4 ekor Goblin dengan serangan biasa. Goblin, Demihuman yang masuk dalam kategori monster kelas F. Adalah Demihuman yang lemah dan tidak cerdas. Tubuhnya juga kerdil. Tidak ada apa-apanya di hadapan seorang Petualang Plat Diamond.
Orc dan Goblin lainnya yang masih tersisa di sisi yang di-cover oleh Lukas, berhasil dibantai dengan mudah dan cepat oleh Lukas.
Fiana, di sisi lain, juga telah mulai bertarung di saat yang sama dengan Lukas. Di saat Lukas memulai serangannya dengan melempar sepasang dagger di tangannya, saat itu pula Fiana memulai serangannya.
"Hehehe... Aku nggak akan kalah darimu, Luk! Flame Saber!"
*Zhuuuzzzzsshh*
Fiana mencabut senjatanya dari sarungnya. Blood Fang, dagger khusus dengan kristal merah bercahaya pada bagian ujung gagangnya. Ia memegang dagger seperti memegang pedang. Tidak seperti Rogue memegang dagger yang bagian bilahnya berada di sisi dekat kelingking.
Kenapa Fiana menggunakan dagger, padahal dia adalah seorang Pyromancer (Mage spesialis elemen api)? Bukankah, magic rod atau magic wand akan memberikan efek amplifikasi yang lebih besar pada magic power yang dikeluarkan jika dibandingkan dengan dagger?
Jawabannya adalah karena Fiana lebih menyukai teknik bertarung ala Magic Swordsman yang tidak hanya mengandalkan magic power seperti Mage pada umumnya. Bisa dikatakan, Fiana adalah Sword Mage, jika kita mau mengada-ada.
Jika Magic Swordsman adalah kelas yang memiliki dasar ilmu bermain pedang tetapi mampu memfusikan teknik berpedang mereka dengan magic, maka Fiana sebaliknya. Fiana adalah Mage yang mampu menggunakan ilmu sihir yang dimilikinya dengan cara seperti bermain pedang.
Dagger Blood Fang Fiana, langsung terbungkus oleh jet api biru yang sangat padat energi magic. Api biru itu bermula dari pangkal bilah dagger, lalu memanjang melebihi panjang bilah dagger itu sendiri. Membuat dagger Blood Fang milik Fiana berubah wujud menjadi pedang api biru sepanjang 1 meter. Mirip seperti Lightsaber di film St*r W*rs, namun lebih lebar dan lebih tidak rapi bentuknya.
Sebanyak 9 Demihuman yang terdiri dari 5 Orc dan 4 Goblin berlari mendekati Garen dari sisi yang di-cover oleh Fiana. Fiana sendiri, dengan gagah berani tak mengenal takut, berlari ke arah mereka untuk menyambut serangan para Demihuman.
Fiana tertawa penuh hasrat membunuh.
"Fufufufu... Fuhahahahaha! Mampus kalian semua! Hiyaaah!"
Fiana melompat dan menerjang salah satu Orc yang berada paling depan. Ia mengayunkan Flame Saber dari atas kepala Orc itu ke bawah secara vertikal.
*Zzhasss*
Tebasan Flame Saber melewati tepat di garis median Orc tersebut seolah-olah tanpa ada tahanan sedikitpun. Menyisakan garis hitam lurus di tengah tubuh Orc tersebut. Satu detik kemudian, garis hitam tersebut terpisah secara perlahan. Memperlihatkan organ-organ dalam yang telah gosong dari Orc itu sekaligus menyemburkan darah segar ke sekitarnya.
Orc lain di sebelahnya tak mempedulikan temannya yang sudah terkena instakill dari Fiana. Dia terus maju dan menyerang Fiana dengan broadsword tumpul yang diayunkan menggunakan kedua tangannya.
"Hahh!"
Melihat itu, Fiana tidak gentar. Dia membalas serangan Orc tersebut dengan menyerang balik menggunakan Flame Saber. Flame Saber yang masih berada di bawah setelah membelah Orc sebelumnya, dia pindahkan ke samping kiri kakinya. Lalu sambil maju selangkah, ia mengayunkan pedang api biru miliknya secara diagonal, melintang dari kiri bawah ke depan atas.
Jalur yang dilalui oleh tebasan pedangnya itu berbentrokan dengan arah ayunan broadsword Orc kedua. Dua pedang yang berbeda material itupun saling beradu.
Tidak, kita tidak bisa menyebutnya beradu. Karena yang terjadi adalah, Flame Saber Fiana menembus melewati bagian tengah bilah broadsword Orc tersebut. Bagian tengah broadsword itu meleleh secara instan tepat saat persilangan dua buah pedang terjadi. Membuat broadsword milik Orc itu terpotong di bagian tengah.
Tidak sampai di situ. Ayunan pedang api biru Fiana masih berlanjut. Setelah memotong broadswordnya, Flame Saber menebas wajah Orc tersebut. Membuat irisan hangus yang mulus mulai dari bagian di antara hidung dan bibir atas terus membelah hingga keluar dari ubun-ubun belakang.
Setelah bagian atas kepala Orc yang terbelah itu terlempar entah kenapa, dapat terlihat otak di dalam kepala Orc yang hangus. Lekukan-lekukan gyrus dan sulcus yang seperti gumpalan cacing gemuk pada otaknya, terekspos dan terlihat jelas walaupun sudah gosong.
Alhasil, instakill Fiana yang kedua.
Kemudian, 4 Goblin dan 3 Orc yang tersisa pada sisi yang di-cover oleh Fiana, menyerang secara bersamaan. Dari depan, kanan, dan kiri.
"Hah! Yah! Urryaahh! Huah! Hiyah!"
*Zhasssh zhassh zhash zhassh zhaassh*
Fiana berhasil menangani musuh-musuh yang menyerang dari kanan dan depannya. Tapi masih ada seekor Goblin dan Orc yang menyerang dari sisi kirinya.
Berbahaya!
Fiana memang bisa bermain pedang, tapi teknik pedangnya tidak akan sehebat Swordsman Plat Diamond. Jangankan dibandingkan dengan Plat Diamond. Mungkin teknik berpedang Fiana hanya setara Swordsman Plat Copper, mentok-mentok Silver lah. Apalagi Fiana tidak memiliki Agi yang tinggi seperti Lukas meskipun sudah mendapatkan tambahan dari Dark Vassal milik Arka.
Tidak ada waktu lagi baginya untuk menyerang maupun menghindar! Fiana bisa terluka!
Orc tersebut berhasil menghujamkan sisi tajam dari broadsword tumpulnya pada bahu kiri Fiana sedalam 3 centimeter. Membuat Fiana kesakitan dan berlutut akibat hantaman keras dari broadsword milik Orc barusan. Di saat Fiana sudah berlutut, Goblin yang ikut menyerangnya dari sisi kiri juga berhasil menghantamkan kapak batu primitifnya ke pelipis kiri Fiana sekuat tenaga.
Darah mengalir dari bahu kiri dan pelipis kiri Fiana. Benturan keras di pelipisnya menimbulkan gegar otak ringan. Hal tersebut membuat Fiana pingsan tak sadarkan diri.
Itulah yang sempat terbayang di dalam benak Fiana.
Namun, sebelum itu terjadi, Garen sudah terlebih dahulu mengeluarkan skill Tank ke arah Goblin dan Orc tersebut.
"Shield Rush!"
*Brakk braakk!*
Dengan skill itu, Garen berlari kemudian mendobrak Goblin dan Orc yang akan menyerang Fiana, menggunakan tower shield miliknya. Dua Demihuman itu terpental sejauh 5 meter.
Fiana langsung bertindak cepat.
"Pyro Explosion!"
*Blaaaarrrrr!*
Skill fire magic tingkat menengah dikeluarkan Fiana kepada dua Demihuman yang masih tergeletak di tanah itu. Dari udara yang tidak ada apa-apa, tiba-tiba muncul ledakan api yang cukup besar untuk menelan kedua Demihuman tersebut. Tubuh mereka hancur hingga taraf yang tak dapat diidentifikasi lagi yang mana dari bagian apa.
"Aku nggak nyangka bakal ngomong ini..... Makasih." Ucap Fiana atas bantuan dari Garen yang sepele tapi vital tadi.
"Yo."
Di saat yang sama, Lukas sudah selesai menghabisi para Demihuman bagiannya.
Baru saja mereka ingin melakukan selebrasi kecil atas kemenangannya...
*BLEGARRR BLEGARRR BLEGARRRR BLEGAAAAARRRRR*
Mereka dikagetkan oleh ledakan dari 4 buah meteor yang jatuh dari langit di sisi lain dari desa itu. Sisi yang diserahkan kepada Aesa, Cyane, dan Grista.
"Hahaha... Di sisi itu, kayaknya mereka udah ngeratain semuanya cuman pake 1 skill aja..." Fiana tertawa miris mendengar ledakan meteor tadi.
"Aesa, ya..." Gumam Garen.
Setelah itu, di saat mereka hendak melanjutkan perburuan mereka...
"Lihat di sana! Ada banyak monster-monster terbang dan ada juga yang di darat!" Teriak Garen melihat ke arah barat laut.
"Hm? Wahhh... Kayaknya tingkat kesulitan permainannya dinaikin nih, Gar..." Fiana merespon dengan serius.
***BERSAMBUNG...***
______________________________________
Saya bohong! Arka tidak jadi tampil hehehe... Tiba-tiba di tengah-tengah proses pengetikan cerita, saya berubah pikiran dan memfokuskan ke Lunar Eclipse dulu. Arka disimpan dulu hehehe... Jangan lupa vote dan share jika menyukai cerita ini, ya! Terima kasih!