Sementara itu.
Di atas tempat tidur yang letaknya tepat di depan Airin saat ini.
Gavin yang penuh semangat, masih melakukan aktifitasnya dan Felly yang berada tepat ada dibawahnya masih mendesah dan menikmati semua serangan yang Gavin berikan padanya. Mereka tidak menyadari bahwa Airin ada di sana menyaksikan mereka secara langsung.
Airin terduduk lemas bibirnya bergetar dan air mata pun meleleh. Airin merasa hatinya hancur. Karena melihat perselingkuhan yang begitu nyata didepannya bahkan mereka melakukan hubungan intim yang sangat memalukan.
Saat ini pikiran Airin sudah sangat kacau dan hatinya benar-benar sudah hancur, hanya bisa melihat semua itu dengan dada bergemuruh dan rasa sesaknya sampai membuat dirinya sulit untuk bernapas. Karena pria yang dia percaya jika, kak Gavin yang paling terbaik baginya, serta pria yang selama ini dan pria yang selalu melindunginya sejak kecil hari ini menunjukkan jika dia bukanlah Kak Gavin yang baik dan bukan pula pria yang terbaik lagi di dalam hati Airin.
"Brengsek! Ternyata kakak sama saja dengan papa!" Umpat Airin yang kini, terduduk lemas di atas lantai dan perlahan, dia berusaha menguatkan dirinya agar tidak terlalu larut dalam kesedihannya.
Sehingga.
Airin pun berusaha bangun dengan sisa kekuatan yang ada di dalam hatinya saat ini.
"Aku harus kuat! Aku tidak boleh lemah!" Ucap Airin yang terus menyemangati dirinya sendiri.
Hingga, akhirnya.
Dia pun berhasil bangun dan perlahan Airin melangkah maju, untuk mendekati kedua orang yang masih sibuk bergumul dengan hasrat serta nafsu dua orang yang ada diatas tempat tidur itu.
Sedangkan dua orang yang masih asyik melakukan kegiatan ingin memuaskan hasrat masing-masing pun, tak menyadari jika Airin sudah ada di depannya dengan tatapan penuh kesedihan dan wajahnya sudah basah oleh air mata.
Hingga.
Tidak lama kemudian.
Airin yang sudah mengumpulkan segenap kekuatannya yang tersisa untuk membuka mulutnya yang sejak tadi gemetar pun.
Akhirnya dia pun bisa melakukannya.
"Ka ... Kak Gavin! Panggil Airin dengan suara gemetar dan tetap mencoba untuk menguatkan hatinya walaupun saat ini benar-benar sangat hancur.
Seketika.
Saat Airin memanggil namanya.
Gavin langsung menghentikan gerakannya dan saat itu pula, dia langsung sadar atas apa yang sedang dia lakukan.
"Suara ini ...." Gavin langsung terkejut.
"Suara ini, seperti suara ...." Gavin pun langsung menoleh ke arah asal pemilik suara yang tadi memanggilnya dan saat itu pula, Gavin langsung terkejut tatkala si pemilik suara itu sudah berdiri tepat di hadapannya saat ini.