Chereads / Terjerat Kawin Kontrak / Chapter 95 - Waktunya Merapikan Pakaian ke Koper

Chapter 95 - Waktunya Merapikan Pakaian ke Koper

Makan malamnya mereka hanya di kamar hotel saja dengan memesan room service karena sudah terlalu lelah untuk makan malam di luar. Mereka ingin menghabiskan malamnya berleha - leha di kamar sebagai pengganti tadi siang keliling memburu lokasi tanah bagus yang di jual.

Selesai mereka shalat isya, Rashid berkata

"Beruntungnya Abang memiliki istri sepertimu Sayang.. Terbukti dapat menghemat anggaran pengeluaran keluarga" puji Rashid.

"Beli tanah dianggap anggaran pengeluaran?" tanya Ayu.

"Iya memangnya kenapa?" tanya Rashid balik.

"Sepengetahuan Neng, anggaran pengeluaran itu seperti pengeluaran yang dilakukan sehari - hari hingga sebulan lamanya seperti biaya makan, biaya ongkos, biaya listrik, biaya pulsa hp, dan sebagainya" anggapan Ayu.

"Lantas beli tanah apa tidak termasuk anggaran pengeluaran juga?" tanya Rashid.

"Hm..Termasuk sih" kata Ayu.

"Kalau begitu sama saja, Neng sudah menghemat anggaran pengeluaran. Bahkan yang paling hemat hingga bermilyar - milyar. Jika ditotalkan kira - kira mencapai Rp 3,4 milyar" kata Rashid

"Baguslah, itu sebagai pengganti rumah dan mobil yang Abang beli untuk Neng" kata Ayu.

"Neng ngomong apa sih? Rumah dan mobil itu hanya kepemilikan namanya saja atas nama Neng. Sedangkan semua harta Abang adalah milik Neng juga" kata Rashid.

"Wow betapa beruntungnya diriku" kata Ayu sarkastis.

"Memangnya kenapa? Kedengarannya kok gitu?" tanya Rashid.

"Soalnya tanpa hartapun, Neng sudah merasa beruntung, karena Abang sudah menyelamatkan Neng dari tangan muncikari itu. Kalau tidak maka hanya tinggal menunggu waktu hingga tubuh Neng akan disantap oleh para pria hidung belang" kata Ayu sedih.

"Hust!! Lupakan kejadian itu! Yang penting kan kita sudah bertemu disaat yang tepat. Jangan berandai yang bukan - bukan!" kata Rashid yang memeluk Ayu supaya Ayu tenang.

Mereka berpelukan beberapa saat lamanya lalu secara alami mulai berciuman. Kali ini ciumannya tidak menggebu - gebu. Ciuman pelan dan lama yang diawali kecupan ringan lalu berhenti, saling menatap dalam - dalam kedua bola mata pasangannya seakan mencoba membaca pikiran pasangannya masing - masing, dan tersenyum. Berkali - kali mereka berciuman ringan seperti itu hingga mereka perlahan - lahan melucuti pakaian yang dikenakan pasangannya.

Setelah tak ada benang sehelaipun yang memisahkan, mereka saling mengagumi dan memuja tubuh pasangannya melalui sentuhan dan belaian tiap jengkal hingga ke seluruh tubuh secara perlahan dan akhirnya bercintapun secara perlahan.

- * * * -

Keesokan harinya, mereka bersantai di villa hingga sarapanpun untuk pertama kalinya melalui room service yang dimakan di teras sambil memandangi pantai di depan mereka.

Hari ini mereka menyewa ruangan rapat kecil kapasitas 20 orang sebagai tempat untuk pembayaran tanah di 3 lokasi yang kemarin mereka putuskan beli. Sertifikat Tanah sudah terferivikasi keaslian oleh PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah), dengan mencocokan STTS PBB dan tanah ini tidak berada dalam sengketa hukum, tidak sedang dijaminkan, tidak sedang dalam penyitaan oleh pihak berwenang, dan tidak dalam penunggakan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.

Hari ini mereka akan menandatangani AJB, pembayaran pajak PPH (Pajak Penghasilan oleh penjual), BPHTB (Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan oleh Rashid) dan jasa PPAT, notaris, dan pengacara dibayar oleh Rashid.

Dengan persyaratan pembuatan AJB yang sudah lengkap baik dari pihak penjual maupun pembeli, dan keterlibatan langsung AJB meninjau lokasi, serta permintaan khusus Rashid maka pembuatan AJB langsung jadi dalam kurun waktu sehari. Waktu tercepat dalam proses pembuatannya karena biasanya waktunya selama 14 hari.

Selesai sarapan, Rashid berkata

"Kalau penandatanganan AJB sudah selesai, tinggal urusan balik nama sertifikat yang akan diwakilkan Maulida. Nanti pertemuannya dimulai jam setengah sepuluh, sekarang masih jam 8.

"Bukankah kemarin Abang bilangnya jam 9 pagi?" tanya Ayu

"Abang tak mau menunggu orang, biarlah mereka menunggu kita" kata Rashid.

"Huh sok penting" komentar Ayu.

"Pembeli adalah raja jadi punya hak istimewa donk. Lagipula mungkin mereka datangnya telat" kata Rashid

"ya ya ya terserah baginda raja saja" sindir Ayu.

"Ah Neng ini.. " kata Rashid. Terdiam sesaat lalu melanjutkan bicaranya

"Setelah pertemuan selesai, maka urusan kita di sini pun sudah selesai jadi kita bisa check out hari ini. Sekarang masih ada waktu untuk merapikan barang ke koper"

Ayu yang mendengar bahwa honeymoon mereka akan selesai, tiba - tiba merasa sedih karena waktu mereka berbahagia di pulau indah ini harus segera berakhir.

Melihat Ayu yang terdiam dengan raut wajah seperti itu dan menundukan kepalanya ke bawah. Maka Rashid mengangkat wajah Ayu dengan jari telunjuknya supaya ia dapat memandangi wajah Ayu. Tapi tak ada kata - kata yang dapat dikatakannya sehingga mereka saling menatap dalam diam tanpa senyuman.

"Kalau gitu, Neng akan siap - siap memasukan pakaian kita ke koper" kata Ayu.

Lalu ia masuk ke villa dan mulai merapikan dan memasukan pakaian mereka ke koper. Selain itu ia juga beres - beres bungalownya ke bentuk semula ketika mereka check in, kecuali sepray, duvet cover dan sarung bantal yang dibuka dan dikumpulkan di satu tempat bersama dengan handuk yang ada di kamar mandi. Dalam waktu setengah jam selesai.

Rashid masuk ke dalam ke bungalow ketika Ayu sudah selesai beres - beresnya dan sedang berdandan.

"Sudah selesai? Cepat sekali beberesnya" puji Rashid.

"Iya sudah, tapi masih ada barang yang gak muat nih. Oleh - olehnya kebanyakan, jadi harus pake tas besar lagi nih biar semua kebawa" kata Ayu.

"Baiklah nanti Maulida bawakan tas yang besar, atau bahkan sekalian koper besar" kata Rashid.

"Terserah" kata Ayu.

"Bahkan isi kamarnyapun rapih gini, tapi kenapa sprei dan sarung bantalnya juga dibukain segala? Padahal kan tidak kotor. Biarkan saja, itu kan sudah tugasnya housekeeping. Abang juga perhatiin, tiap hari Neng selalu memberikan uang tip di meja disertai dengan catatan tulisan terima kasih kepada mereka. " kata Rashid.

"Room maid maupun room boy di bagian housekeeping, menurut Neng pekerjaan mereka yang paling berat dibandingkan dengan pekerjaan lainnya di bagian perhotelan. Mereka selalu dituntut untuk membersihkan tiap kamar dengan target waktu secepat mungkin padahal banyak hal yang perlu mereka bersihkan. Jadi Neng hanya membantu supaya pekerjaan mereka jadi lebih mudah dalam membersihkan kamar ini. Selain itu, uang tip yang diberikan itu tak seberapa jika dibandingkan dengan jasanya sehingga kamar kita jadi rapih dan bersih. " kata Ayu.

"Kalau mereka tidak rapih, lama ngerjainnya, dan berisik waktu bersih - bersih saat tamu lain ngerasa terganggu, serta tidak ramah terhadap tamu maka mereka akan mendapatkan teguran dari atasan dengan resiko potong gaji atau bahkan dipecat. Bahkan kalau ada barang tamu hilang maka yang jadi tersangka utama adalah orang yang membersihkan kamar mereka, mereka bisa dituntut oleh tamu yang kejam dengan melaporkannya ke pihak kepolisian, padahal belum tentu mereka pelakunya. Makanya Neng sengaja memberi catatan supaya mereka mengambil uang tipnya, itu berarti uang itu boleh diambil. Soalnya kalau engga begitu, mereka mungkin tidak berani mengambil uangnya, takut dikirain mencuri uang yang tergeletak sembarangan saat tamu hotel masih menginap. Bahkan ada tamu yang melakukan pelecehan seksual hingga pemerkosaan kepada room maid saat mereka mau membersihkan kamarnya saat sang tamu masih menginap di hotel. Apa Abang tidak kasihan?" tanya Ayu.

"Kasihan sih, tapi kan itu sudah resiko pekerjaan. Setiap pekerjaan pasti ada resikonya masing - masing. Kalau tidak mau menanggung resikonya, kenapa mereka memilih bekerja di bagian housekeeping?" tanya Rashid.

"Sejak lahir Abang sudah bergelimang harta, jadi mana mungkin bisa mengerti perasaan dan keadaan orang di bawah yang serba kekurangan? Bukan keinginan mereka untuk terlahir dan bernasib demikian. Kalau Tuhan meminta mereka mau dilahirkan dari orang tua siapa dan kehidupan mereka selanjutnya akan seperti apa? Pasti semua orang akan menjawab ingin terlahir dari keluarga kaya dan bermartabat serta kehidupan mereka akan selalu bergelimpangan dengan harta kekayaan yang tak habis tujuh turunan. Kalau semua orang jadi kaya raya, lalu siapa yang mengerjakan pekerjaan kasar? Secanggih - canggihnya robot pembersih atau robot pelayan seperti manusia, tetap tak sebersih dan segesit orang. Lagipula kalau robot melakukan tugas mencuci atau mengepel atau menyikat kamar mandi lalu terkena air, maka akan cepat rusak. Piring bisa pecah, dan baju bisa robek." kata Ayu yang ngomong berapi - api.

"Kenapa Neng yang emosi? Bukan maksud Abang begitu. Kalau Neng menganggap begitu, maafin Abang. Oke?" kata Rashid

Ayu menarik napas panjang lalu dihembuskan untuk meredakan emosinya yang memuncak tadi.

"Baiklah oke, maaf juga Neng jadi emosi" kata Ayu.

"Tidak apa - apa. Ini salah Abang yang terdengar seakan merendahkan pekerjaan mereka" kata Rashid.

"Tiap orang sudah memiliki takdirnya masing - masing. Seandainya pendidikan mereka tinggi, tentu mereka akan bekerja menggunakan otak mereka. Tapi kalaupun mereka tak bisa menggunakan otak, maka kemampuan mereka hanyalah dengan mengerahkan tenaga untuk mencari mata pencaharian untuk menghidupi keluarganya. Kalau tidak ada housekeeping, maka siapa yang akan membersihkan kamar hotel? Kalau menjaga gengsi maka mereka akan makan apa? Pekerjaan sebagai housekeeping pun merupakan pekerjaan terhormat dibandingkan dengan melacurkan dirinya dengan memperdagangkan tubuhnya untuk dinikmati para pria hidung belang. Seperti yang dialami Neng dulu. Hiks hiks.." kata Ayu yang menangis terisak mengingat profesinya dulu.

"Hush.. Jangan sedih donk Sayang!! Maapin Abang yang lagi - lagi mengingatkanmu akan kejadian dulu. Ya Neng benar, Abang yang terlalu sombong dengan kekayaan yang Abang miliki sehingga memandang dengan sebelah mata profesi pekerja kasar" kata Rashid yang memeluk Ayu dan mengelus - elus punggungnya supaya tenang.

Beberapa saat lamanya mereka terdiam dalam pelukan.