Chereads / Terjerat Kawin Kontrak / Chapter 96 - Kejahilan Ayu Mendandani Rashid bagaikan Banci

Chapter 96 - Kejahilan Ayu Mendandani Rashid bagaikan Banci

Setelah tangisan Ayu terhenti, dalam keadaan masih berpelukan, barulah Ayu berkata

"Gak apa - apa. Setelah dipikir - pikir, menurut Neng, Abang sudah termasuk orang kaya yang baik ko. Tidak bertindak semena - mena dan tidak berkata kasar terhadap bawahan dan orang lain yang pekerjaannya sebagai pekerja kasar. Bahkan banyak kasus yang kaya orang tuanya sedangkan orang itu pemalas dan menghamburkan harta orang tuanya dan sikapnya sangat menyebalkan, serta menghina orang lain yang dianggapnya miskin. Padahal kalau Abang walaupun terlahir dari orang tua kaya, tapi pekerja keras sehingga mandiri, bahkan sekarang berusaha membantu supaya negerinya terbebas dari masalah yang sedang dihadapi. Neng salut sama Abang. Neng yang malah malu, sesaat jadi emosional gini" kata Ayu.

"Sudahlah jangan dibahas lagi, jadi luntur tuh maskaranya" kata Rashid yang menunjuk wajah Ayu dibalik lemari kaca dengan tujuan mencairkan suasana.

"Ikh gara - gara Abang nih, Neng jadi mesti cuci muka dan dandan lagi dari awal" kata Ayu yang mencubit pinggang Rashid dari samping.

"Aw.. Ampun Sayang.. Menurut Abang sih kalau tanpa makeup pun, Neng sudah cantik kok. Kalau Neng dandan nanti bisa - bisa Abang yang mesti menahan amarah dan cemburu gara - gara pria lain jadi terpesona olehmu" kata Rashid.

"Ah dasar Abang, selalu bermulut manis. Mana tahu rasanya jadi wanita yang gak bisa lepas dari makeup. Ini juga kan gara - gara Abang terlalu tampan dan gagah jadinya Neng harus ngimbangin juga. Penilaian dan hujatan orang jaman sekarang tuh lebih kejam daripada orang jaman dulu. Mereka hanya menilai orang dari tampilan luarnya saja" kata Ayu lalu ke kamar mandi untuk cuci muka.

"Siapa yang berani menghinamu? Ayo sebutkan! Maka Abang akan balas berkali - kali lipat" kata Rashid yang sedikit emosi dan menyusul Ayu ke kamar mandi.

"Seandainya Neng sebutkan setiap orang begitu, apakah Abang akan membalas mereka semua?" tanya Ayu.

"Ya akan Abang balas" kata Rashid dengan raut wajah menyeramkan.

"Walaupun itu penilaian yang muncul dari dalam hati? Memangnya Abang bisa membaca jalan pikiran orang lain? Terutama wanita, perkataannya manis berbunga - bunga tapi hatinya sirik, bahkan bisa menikamnya lewat belakang walaupun bukan berupa fisik tapi bisa melalui fitnahan ataupun mengadu domba. Gara - gara kalau melihat wanita lain lebih bahagia daripada dirinya. Maka timbul keinginan ingin menjatuhkannya kedalam penderitaan, barulah dia akan merasakan kepuasan. Ataupun contohnya seperti kita, Abang yang sempurna bersanding dengan Neng, maka mereka akan menilai Neng secara detail baik segi penampilan, pendidikan ataupun status Neng yang rakyat jelata. Karena Neng yang pendidikan dan statusnya jelas dibawah Abang, maka setidaknya dari segi penampilan biarkan Neng tampil cantik," jelas Ayu.

"Ngeri juga ya. Membaca pikiran Neng aja sudah membuat Abang pusing karena sikap Neng suka berubah - ubah jadi mana mungkin Abang bisa membaca hati semua wanita?" komentar Rashid.

"Neng kan hanya berkata 'seandainya', tidak semua wanita begitu sih, tergantung pada diri masing - masing. Lagipula Neng gak pede kalau keluar tanpa makeup. Setidaknya lipstik untuk terlihat lebih segar dan tabir surya supaya kulit terlindung dari sinar matahari" kata Ayu yang sedang mencuci muka.

"Terserah Neng saja. Abang tidak ingin kamu gak pede, lakukan saja apa yang nyaman bagimu. Walaupum bagi Abang tidak masalah kalau Neng gak makeupan juga" kata Rashid.

Selesai cuci muka, Ayu memakai lagi makeupnya dari awal yang dimulai krim siang yang mengandung sun block, foundation untuk menutup noda, bedak, lalu alat tempur lainnya selama 15 menit sehingga terlihat cantik dengan gaya makeup natural.

"Syukurlah Neng termasuk cepat dalam berdandan, kalau wanita lain mungkin membutuhkan waktu berjam - jam" kata Rashid.

"Makeup ini termasuk natural jadi cepat, kalau pakai teknik lainnya seperti saat nikahan, tentu akan membutuhkan waktu berjam - jam berias" kata Ayu.

"Tapi Abang lebih suka yang ini, lebih simpel dan terlihat natural. Kalau saat nikah, terlihat tebal riasannya seperti ondel - ondel bahkan bisa mengubahmu menjadi seperti orang lain." kata Rashid.

"Hahaha... Itu karena supaya terlihat bagus saat di foto. Riasan alami memang Neng akui lebih bagus saat dipakai di hari - hari biasa, tapi kalau difoto akan terlihat berbeda, terlihat lebih pucat. Makanya saat nikah dirias lebih tebal, apalagi saat pernikahan malam hari, semakin tebal dan warnanya lebih tajam supaya terlihat bagus di foto" kata Ayu.

"Yayaya.. terserahlah, Abang memang gak mengerti mengenai dunia wanita" kata Rashid.

"Ya bagus donk kalau gak ngerti. Kalau Abang mengerti seluk beluk wanita, bisa - bisa Abang sifatnya bisa berubah menjadi feminim, bahkan Abang bisa berubah haluan jadi gak suka wanita lho" kata Ayu

"Oh kaya gini ya jadinya seperti di film yang pernah ditonton?" kata Rashid, diam sejenak lalu dia merubah gaya tubuh dan gaya bicaranya menirukan apa yang telah ditontonnya.

"Hei Say.. Duh.. rambute eyke gatel nemen kyeh. Wis sue ora cuaca neng salon. Ya udin Say, capcup dulu.." kata Rashid yang menirukan gaya tubuh waria yang mengibas - ibaskan rambut panjang dan juga gaya bicaranya ala waria.

(Artinya : Halo.. Aduh..Rambutku gatal sekali. Sudah lama tidak cuci di salon. Udah ya, pergi dulu..)

"Hahaha.. Abang cucok bingits.. Sekalian didandanin ya? Sini kemari Bang!" kata Ayu yang mendekati Rashid dengan lipstik dan kuas blush on yang dipegang ditangannya.

Mata Rashid langsung terbelalak dan segera kabur, ia lari keluar bungalow. Ayu mengejar di belakangnya sambil membawa - bawa lipstik dan kuas blush on itu. Mereka berlarian di taman dekat bungalow beberapa saat lamanya hingga Rashid terjatuh terjerembab ke tanah yang dimanfaatkan oleh Ayu dengan menindih di atasnya.

Segera Ayu mengoleskan lipstik di bibir Rashid dan kuas blush on di pipinya. Karena Rashid berontak sehingga hasilnya acak - acakan bagaikan ondel - ondel.

Mat dan Ahmad yang duduk di kursi teras bungalow sebelah, tadinya mau segera menolong tuan mereka supaya berdiri, tapi mereka terhenti mematung karena Ayu menindih tubuh tuan mereka. Dikirain majikannya akan bercinta panas di tempat umum sehingga mereka langsung putar badan supaya memberi majikannya ruang privasi dan mereka segera kembali ke bungalow mereka.

Sesampainya di teras bungalow, Ahmad melirik ke belakang. Tak disangka, dugaannya keliru. Ahmad yang berhenti jalan dan melirik ke belakang, membuat Ahmad juga melakukan hal yang sama. Ternyata nyonya Ayu malah mendandani tuan mereka bagaikan banci yang mangkal di taman saat malam hari. Sontak tak kuasa menahan tawanya lalu mereka tertawa terpingkal - pingkal melihat bos mereka. Hancur sudah image pangeran tampan yang disegani oleh tiap orang.

Lagi enak - enaknya tertawa lepas, tapi melihat tuan mereka memandangi mereka dengan tatapan tajam menyeramkan, walaupun dari kejauhan tetap terlihat. Maka seketika mereka harus mengerahkan segenap kemampuan mereka untuk berhenti menertawai tuan mereka, walaupun sulit tapi berhasil daripada mereka dipecat karena hal ini.

Terdengar teriakan tuan mereka dari kejauhan "Apa yang kalian tertawakan?" tanya Rashid.

"Tidak ada tuan" teriak Mat dan Ahmad serentak.

"Kalau begitu, kembali ke penginapan kalian!" suruh Rashid.

"Baik tuan" teriak Mat dan Ahmad kompak lagi.

Maka Mat dan Ahmad masuk ke dalam Bungalow mereka.

"Hahaha.." Ayu menertawakannya.

"Kenapa tertawa? Apa ada yang lucu?" tanya Rashid dengan nada biasa lagi.

"walaupun Abang teriak begitu juga, malah gak nyeremin tau.. Tetep aja lucu. Terus aja ya pake lipstiknya" kata Ayu, lalu mencubit pipi Rashid yang merah karena blush on yang ketebalan.

Kedua tangan Ayu digenggam Rashid, lalu dia berkata sambil mendekatkan wajahnya "Boleh, tapi tiap kali pakai, ngebersihinnya harus Neng yang ngelakuinnya dengan cara ciuman"

Mereka berciuman lama di taman. Walaupun tamannya umum tapi orang yang melewati taman itu hanyalah para penghuni bungalow yang ada di sekitarnya. Ada beberapa tamu yang lewat sehabis sarapan maupun tamu yang joging keliling hotel, tapi mereka berdua tak menyadari kehadiran orang lain dan juga tak menyadari bahwa mereka menjadi pusat perhatian. Mereka tetap sibuk berciuman seakan dunia terpusat hanya kepada mereka berdua.

Beberapa saat kemudian, ketika Ayu membutuhkan oksigen sehingga ciuman merekapun terhenti. Barulah Ayu sadar bahwa mereka saat ini sedang berada di taman tempat umum dan mereka menjadi tontonan orang - orang yang lewat.

Wajah Ayu langsung merah padam, lalu membenamkan wajahnya di dada Rashid untuk menyembunyikan wajahnya akibat perbuatan mereka yang bikin malu itu.

"Ayo cepat kita ke Bungalow!" ajak Ayu.

Rashid yang baru menyadari sekelilingnya hanya bisa tertawa "Hahaha.. Lihat ini adalah ulah istriku yang usil mendandani suaminya. Jadi aku sebagai suami harus menghukumnya bukan?" kata Rashid yang menunjukan pipinya yang merah karena blush on, sedangkan bibirnya yang sebelumnya memakai lipstik menjadi terhapus akibat ciuman panas mereka.

3 orang disekelilingnya yang menyaksikan adegan tadi dan mendengar komentar Rashid, hanya tertawa saja sebagai tanggapannya. Mereka hanya sekilas memperhatikan pasangan yang sedang berciuman ini karena penghuni tamu kebanyakan adalah orang asing dan bagi mereka ciuman adalah hal yang wajar dilakukan di tempat umum. Walaupun begitu, mereka tetap aneh dan jarang melihat orang asia berciuman di tempat umum. Ternyata istrinya menjahilinya dan sebagai balasannya maka suaminya menciumnya meskipun tempatnya di tempat terbuka.

Setelah Rashid berkata begitu, ia jalan ke Bungalownya dengan Ayu dalam pelukannya berusaha menutupi wajahnya di dada suaminya karena masih malu atas perbuatan mereka di tempat umum tadi.