Sejam lima belas menit mereka tiba di lokasi. Ternyata tempatnya sangat sederhana, bagaikan rumah makan khas sunda yang bangunannya terbuat dari bambu dan dindingnya dari anyaman bambu atau disebut gedheg, lantainyapun dari semen yang diberi pasir pantai karena letaknya bukan di sisi pantai tapi seolah - olah berada di pantai.
Terdapat 2 jenis tempat duduk antara meja kursi yang terbuat dari bambu dan lainnya berupa 'ngampar lesehan' (wasitsu istilah bahasa Jepangnya) dengan tikar yang digerai dan 'bantal sofa' sebagai alas yang diduduki (zabuton) sebagai pengganti kursi dan makanan di taruh di meja pendek.
Secara keseluruhan bangunan dan dekorasinya terlihat sangat sederhana. Parkirannyapun sempit, bahkan mobil parkir dipaksakan parkir naik ke trotoar yang pendek jaraknya dari tanah jalan raya. Rashid yang melihat lokasinya sangat kaget dan sedikit kecewa, tapi walaupun begitu restorannya sangat ramai, dan terasa keakraban dari keramaian obrolan dan gelak tawa para pengunjung tamu restoran.
Setelah mereka masuk, semua meja terisi penuh dan orang yang mereka cari ternyata ada di sana sedang duduk di kursi lesehan sambil menghisap Shisha atau Hookah (rokoknya orang Arab). Hanya dia sendiri di meja itu.
"Neng nanti iyakan saja ya semua perkataan Abang!" perintah Rashid.
Walaupun Ayu bingung apa yang akan dilakukan oleh suaminya, hanya bisa mengganggukan kepalanya sebagai tanda setuju. Maka dengan pedenya Rashid menghampiri orang itu.
"Maaf tuan, seluruh meja sedang penuh dan istriku sedang mengidam masakan Timur Tengah jadi saya kepaksa mengganggu tuan, bisakah kursi bagian sini untuk kami berdua? Karena saya lihat tuan sendiri dan kursi ini sayang kalau dibiarkan kosong" kata Rashid yang berkata dalam bahasa Inggris dan sengaja berbohong.
"Kenapa anda berbicara bahasa Inggris? Kita kan sama - sama orang Timur Tengah?" tanya orang itu dalam bahasa Arab.
"Maaf, istriku belum belajar bahasa Arab sehingga komunikasinya dengan bahasa Inggris" kata Rashid dalam bahasa Inggris.
"Oh begitu rupanya" kata orang itu akhirnya dalam bahasa Inggris setelah melihat Ayu yang wajahnya tidak kelihatan ke Arab - araban.
Ayu yang mendengar perkataan Rashid, walaupun kaget dan Rashid tak bilang rencananya sebelumnya tapi untungnya sudah menperingatinya tadi sehingga Ayu sudah ada persiapan memasang wajah biasa saja.
Sekarang setelah tahu rencananya, maka Ayu merespon dalam bahasa Inggris juga "Iya nih tiba - tiba ingin makan masakan mertua, sepertinya nikmat..sekali. Pengaruh si jabang bayi kali ya" kata Ayu dalam bahasa Inggris sambil pura - pura mengelus - eluskan tangan di perutnya.
"Ya istriku baru ngidam muda, belum kelihatan perut buncitnya, baru seminggu yang lalu diperiksa, kata dokter perkiraan baru 6 minggu usia kehamilannya, sejak itu maunya suka yang aneh - aneh" komentar Rashid
"Hahaha.. Tidak apa - apa, saya juga punya anak dua jadi mengerti kesulitanmu. Selamat ya atas kehamilannya. Sini - sini mari duduklah. Maaf ya masih ada asapnya di udara, tidak baik bagi kandunganmu, apa tidak masalah?" tanya orang itu.
"Tidak apa - apa. Terima kasih sudah memberikan tempatnya dan maaf mengganggu" kata Ayu.
"Tidak masalah. Pelayan.. Terima kasih atas Hookahnya (shisha)" kata orang itu lalu menyerahkan hookahnya kepada waitress.
"Kami jadi merasa bersalah sudah mengganggu waktunya menikmati hookah bahkan anda berhenti gara - gara kedatangan kami" kata Rashid.
"Tidak masalah, saya menghisap hookah sudah lama jadi sudah saatnya berhenti, tidak baik juga hookah lama - lama demi kesehatanku, anakku masih kecil - kecil, kasihan mereka kalau bapaknya sakit - sakitan atau bahkan nyawaku bisa melayang. Lagipula asap hookah tidak baik untuk janinmu." kata orang itu.
"Jangan bilang seperti itu! Kalau Allah mengizinkan, mudah - mudahan umur Anda akan panjang. Kebiasaan dan kecanduan akan hookah, sama seperti sahabat suamiku yang tak bisa lepas dari hookah" kata Ayu
"Amin" jawab orang itu.
"Terima kasih atas pengertiannya. Perkenalkan namaku Rashid bin Ali Al Muhtarom" kata Rashid sambil mengulurkan tangan memperkenalkan diri duluan sehingga otomatis orang itu pun menyambutnya uluran tangannya sambil berkata.
"Sama - sama, perkenalkan namaku Mostafa Berenisius" katanya.
"Oh tuan Mostafa, dari manakah berasal?" tanya Rashid sambil lalu, tangan mereka sudah melepaskan diri.
"Dari Mesir. Kalian juga orang mana? Tapi pastinya istri anda keturunan dari warga sini ya?" tebak Mostafa.
"Ya anda benar" kata Ayu.
"Perkenalkan istriku Eneng Ayu binti Hendra Duschenka. Ya anda benar, istriku ada keturunan dari sini, sedangkan aku dari Qatar" kata Rashid.
"Salam kenal" kata Ayu.
"Salam kenal. Anda dari Qatar? Bukankah Qatar sekarang sedang mengalami kesulitan ya?" tanya Mostafa.
"Anda benar, tapi sebenarnya kami hanyalah korban dari kesalahpahaman yang terjadi" kata Rashid.
Maka dijelaskanlah duduk perkara dan sebabnya sehingga akibatnya terjadi kesalahpahaman dan timbul permasalan diantara negara tetangga.
Setelah penjelasan selesai diucapkan beberapa menit kemudian.
" Astaga.. Ternyata anda adalah Sheikh Rashid bin Ali Al Muhtarom, adik dari Emir. Kenapa tidak sejak awal dijelaskan?" kata Mostafa.
"Ah itu hanya gelar saja. Aku hanya sebagai warga biasa yang tidak ingin terjadi kesalahpahaman yang berlangsung lama. Nanti aku akan kirim data bukti lewat email bahwa perkataanku adalah benar" kata Rashid.
"Aku tahu reputasimu, kamu tidak suka turut campur dalam bidang politik padahal kamu adalah seorang pangeran, tapi sukses dalam bidang bisnis. Dan aku pernah dengar dari orang yang pernah bekerjasama denganmu bahwa kamu orang yang dapat dipercaya, bisnisnyapun sama - sama menguntungkan. Jadi aku percaya akan perkataanmu" kata Mostafa.
"Terima kasih atas kepercayaannya" kata Rashid lalu menundukan kepala.
"Sama - sama" balas Mostafa.
Lalu Mostafa melihat jam tangannya "Astaga hampir jam 9 saja, waktu tidak terasa berlalu dengan cepatnya. Maaf ya aku tinggal dulu, waktunya untuk membacakan cerita dongeng kepada anakku" kata Mostafa.
"Owh anak anda rupanya ikut berlibur ke sini" kata Rashid yang pura - pura tidak mengetahui hal ini.
"Ya, karena tadi aku ingin menghisap hookah jadi aku melarang anak istriku ikut sehingga istriku menemaninya di hotel. Sekarang anakku entah sudah tidur atau masih menungguku pulang, karena baca cerita sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur. Bahkan kalau aku sedang sibuk diluar, cerita dongengnya sampai dibacakan lewat videocall" katanya.
"Tuan Mostafa sangat menyayangi anaknya ya hingga meluangkan waktu untuk membacakan cerita untuk anaknya. Aku salut kepada anda, dan beruntungnya anak - anak anda memiliki Ayah yang sangat menyayangi mereka" puji Ayu.
"Ah.. Biasa saja kok. Anak kan titipan dari Allah SWT dan merekalah keturunan yang akan menjagaku ketika aku sudah tua nanti. Kalau tidak ada mereka, hidup terasa kurang ceria, walaupun mereka sering membuat rumah berantakan dan teriak - teriak serta adu mulut antar saudara di rumah, tapi mereka merupakan harta yang paling berharga. Jadi wajar kalau aku menyayangi mereka" kata Mostafa.
"Anda benar, keluarga adalah harta yang paling berharga. Maaf sudah menyita waktunya. Senang berjumpa dengan anda. Mudah - mudahan lain kali kita akan berjumpa lagi" kata Rashid.
"Ya, aku juga senang berkenalan dengan anda. Akupun berharap demikian, tapi sayangnya besok pagi aku dan keluargaku akan melanjutkan petualangan kami ke daerah lainnya di Indonesia. Tapi kalau pangeran butuh bantuanku, tinggal menghubungiku. Ini kartu namaku" kata Mostafa yang menyerahkan kartu namanya dan Rashidpun menyerahkan kartu namanya.
"Terima kasih" kata Rashid.
Mereka berjabatan tangan. Sebelum Mostafa pergi
"Oh iya, mengenai pernikahanku, tolong rahasiakan" pinta Rashid.
"Ah..Rahasia ya. Tenang saja, aku tidak suka bergosip, jadi rahasiamu aman" janji Mostafa.
"Terima kasih. Hati - hati di jalan" kata Rashid.
Setelah Mostafa pergi,
"Alhamdulillah berjalan lancar. Ternyata orangnya ramah ya"kata Ayu.
"Ya. Mudah - mudahan ada pengaruhnya" komentar Rashid.
"Semoga Amin. Jadi sekarang mau langsung bayar atau makan lagi?" tanya Ayu. Sebelumnya mereka hanya memesan jus saja.
"Pesan makanan saja, mumpung ada di restoran ini, Abang jadi kangen masakan Timur Tengah" kata Rashid.
"Kalau begitu pesanlah" kata Ayu
Setelah lihat - lihat menu, walaupun restoran Timur Tengah, tapi masakannya percampuran antara makanan Timur Tengah dan masakan lokal.
"Mau pesan apa?" tanya Rashid.
"Rada kenyang, Abang aja yang pesan" kata Ayu.
"Sama. Bagaimana kalau kita pesan lalu habiskan berdua?" usul Rashid.
"Oke" kata Ayu setuju.
"Makanan apa yang Neng mau?" tanya Rashid.
"Terserah" jawab Ayu.
"Bagaimana kita makan masakan khas Timur Tengah? Mumpung ada di sini, Neng coba ya? Mau gak?" tanya Rashid.
"Baiklah, pilihkan yang kira - kira enak" kata Ayu.
Setelah melihat - lihat menu maka dipilihlah menu appetizernya Mezze Plater [terdiri dari campuran tabbouleh /salad Arab (tomat, peterseli, mint, bulgur, daun bawang dibumbui minyak zaitun, perasan lemon dan garam), Baba Ghanouj (terong dipotong dua memanjang lalu diolesi minyak zaitun dipanggang lalu diambil dagingnya dan dicampur bawang cingcang, perasan lemon, tomat, tahini, minyak zaitun, dan diaduk dengan bumbu lain), hummus/saus kacang (kacang Arab giling, perasan lemon, minyak zaitun, garam, bawang putih,dan tahini), kentang, alpukat, dan beetroot (sayur Bit)].
Makanan intinya Mujadara (Nasi yang dicampur dengan kacang lentil cokelat dengan toping bawang goreng diatasnya), Kufta (mirip sate bakso terbuat dari daging sapi giling dicampur bahan lain dibentuk bulat lalu ditusuk dengan tusukan sate lalu dibakar) dan Chicken Shawermah (mirip lumpia isi daging ayam).
Sedangkan makanan penutupunya Kanafeh (campuran kacang, keju, sirup kental, dan bahan lain dengan toping buah blueberry rasanya manis). Dan minumnya teh hangat tawar.