Setelah makanan terhidangkan di hadapan mereka, terlihat hidangannya cantik berkelas bagaikan makan di restoran mewah.
"Disini pengunjung wisatawan dari Timur Tengahnya sedikit, jadi restoran masakan Timur Tengahpun diseting sesuai dengan selera orang bule. Terlihat dari dekorasi yang sengaja tradisional dan dibuat merakyat dan kental dengan budaya lokal, makanannya juga porsinya sangat sedikit. Semuanya ditargetkan untuk tamu bule" komentar Rashid.
"Kenapa Abang bisa ngomong begitu?" tanya Ayu.
"Terbukti walaupun lokasinya bukan di pinggir pantai dan tempatnya sempit, tapi tetap ramai dikunjungi wisatawan bule, malahan sedikit wisatawan dari Timur Tengahnya" jawab Rashid.
"Abang betul juga" tanggapan Ayu dan menganggukan kepalanya.
"Jika dibandingkan dengan Puncak, pesona Lombok lebih menarik dan bisa dicocokan untuk selera orang Timur Tengah agar menghabiskan masa liburannya di sini. Walaupun cuacanya panas tapi panasnya masih bisa ditoleransi, hutannya ada, pantainyapun indah, jalannya juga sepi tidak semacet Puncak disaat weekend yang macet parah bikin stress" kata Rashid.
"Betul juga ya. Bedanya orang Arab dengan orang bule. Orang bule ingin berjemur di pinggir pantai sedangkan orang Arab kan suka dengan tumbuh - tumbuhan. Dua - duanya tersedia di sini, jadi kalau target untuk orang Arab, tinggal difokuskan membangun hotel di daerah dekat hutan. Lagipula di sini juga banyak masjidnya, pasti sangat cocok dengan selera orang Arab" komentar Ayu.
"Kamu pintar Sayang, langsung mengerti arah pembicaraan Abang" pujian Rashid.
"Ah tak seberapa, Neng hanya menanggapi kata - kata Abang, sebelumnya Neng tidak kepikiran. Abang yang lebih pintar, langsung melihat peluang yang bagus. Dan sepertinya orang - orang belum kepikiran mengenai ini. Kalau Abang duluan yang bertindak, dan promosi besar - besaran di negara Timur Tengah maka Abang akan untung besar" komentar Ayu yang senang akan jalan pikirannya.
"Ya Neng memang benar sekali, pikiran kita sejalan, Neng bagaikan membaca pikiran Abang" puji Rashid lagi.
"Biasa aja ko Bang" kata Ayu lalu menundukan wajahnya menyembunyikan pipinya yang pasti merah merona, malu dipuji oleh suaminya.
"Dan lagi sebentar lagi disini akan menjadi tuan rumah formula one. Orang Arab suka dengan olahraga sejenis itu, biasanya balap unta selalu dipenuhi oleh penonton. Jadi Abang harus segera bertindak membangun hotel dan restoran di daerah pegunungan atau hutan untuk wisatawan Timur Tengah maupun wisatawan umum yang bosan dengan daerah pantai" kata Rashid.
"Ide bagus. Tapi proses belinya Neng ikut ya! Karena Abang sangat boros, terakhir beli hotel aja sampai sepuluh trilyun" kata Ayu.
"Oke deh Sayang.. Abang nurut aja. Sepertinya Neng cocok mengatur keuangan Abang" kata Rashid.
"Belum tentu bagus juga sih hasilnya kelak, tapi yang pasti Neng akan tekan supaya harganya jangan terlalu mahal. Kalau Abang mau beramal sih, Neng gak turut campur, terserah Abang beramal seberapapun. Tapi ini kan bisnis, bukan amal jadi Neng akan turut campur" kata Ayu.
"Iya..Iya.. Abang setuju. Makasih ya sudah peduli" kata Rashid lalu mencium kening Ayu.
Setelah mereka menghabiskan makan malamnya, jam menunjukan pukul 10 malam. Rashid menyarankan mereka bermalam di novotel lagi tapi Ayu memilih pulang ke Kila Senggigi karena barang - barang mereka berada di sana, akhirnya Rashid nurut. Pulanglah mereka ke Kila Senggigi.
Ayu tertidur selama diperjalanan dan setibanya di sana hampir tengah malam, pak Yana tidak mau dipesankan kamar di hotel yang sama dan dia lebih memilih pulang ke rumahnya.
Mereka berpisah, Rashid menggendong Ayu kembali ke Bungalow dan membuka pakaian Ayu hingga pakaian dalam saja yang tersisa. Setengah jam kemudian Rashid ikut tidur di samping Ayu.
- * * * -
Malam itu Ayu bermimpi mengenai penculikannya hingga harus melayani setiap lelaki hidung belang dan menemaninya minum - minum hingga ia masuk kamar hotel. Di mimpi tersebut, ia lupa mengenai pernikahannya dengan Rashid dan iapun lupa bahwa ia berhasil menjaga kesuciannya dari para pria hidung belang itu.
Yang dia alami di mimpi itu adalah ia memasuki hotel sendiri dan tamunya sedang berada di kamar menunggunya.
Ketika ia sampai di depan pintu kamar hotel sesuai petunjuk di hp, ternyata pintunya sedikit terbuka, pintunya terhalangi oleh pengaman pintu grendel yang mengarah ke luar pintu sehingga pintu terganjal dan tidak tertutup rapat. Ayu membuka pintu, ternyata di dalam kamarnya dalam keadaan gelap gulita.
"Hallo permisi" kata Ayu.
"Masuklah dan tutup pintunya" perintah seorang pria dengan suara bariton yang berat namun terdengar seksi dari dalam ruangan.
"Apakah pengaman pintunya dibiarkan saja seperti tadi atau pintunya ditutup?" tanya Ayu.
"tutup rapat pintunya" perintah pria itu lagi.
Maka Ayu mengembalikan pengaman pintunya ke bentuk semula sehingga tidak menghalangi pintu tertutup.
Setelah tertutup, otomatis pintu terkunci. Ayu terdiam karena tak tahu apa yang harus dilakukan dan tak berani bergerak dalam keadaan kamar yang gelap.
Tubuh Ayu yang masih menghadap pintu, semakin kaku ditempat karena ia merasakan ada seseorang di belakangnya dengan jarak yang dekat. Entah kapan pria itu mendekatinya karena tidak terdengar suara langkah kaki ataukah daritadi dia memang berada dekat dengan pintu luar tapi ia tak dapat melihatnya akibat gelapnya ruangan kamarnya.
Tau - tau terasa desahan napas pria itu di lehernya. Walaupun pria itu tak menyentuhnya tapi dirinya merasa bagaikan dibelai dari belakang oleh hembusan napas di lehernya. Saat ini ia tak berhijab dan memakai mini dress dengan sepatu hak tinggi dan tas selempang mini tali panjang. Hanya handphone dan dompet tersimpan didalam tasnya. Rambutnyapun digelung gaya cepol ala Korea sehingga terasa hembusan napas pria itu di lehernya.
Ayu menunggu dengan hati berdebar - debar. Baru kali ini jantungnya berdebar oleh pelanggannya. Apakah mungkin karena pengaruh keadaan kamar yang gelap dan ia tak dapat melihat setitikpun cahaya bahkan pintu di depan matanyapun tak dapat dilihatnya sehingga terasa menegangkan.
Ataukah karena suara pria itu terdengar seksi di telingannya dan hanya dapat mendengarkan suaranya saja tanpa melihat wujudnya akibat kegelapan kamar sehingga membuat pikirannya membayangkan rupa wajah sang pria yang bisa cocok dengan suaranya yang seksi itu. Kemisteriusannya membuat Ayu penasaran sehingga membuat jantungnya berdebar - debar seperti ini? Ya pasti itu. Pasti setelah melihat wajah pria itu, jantungnya akann berhenti berdebar - debar seperti ini, kata Ayu dalam hati.
"Apa yang sedang kamu pikirkan Neng?" bisik pria itu, tepat di telinga Ayu.
Tunggu, perasaan ada orang yang memanggilnya dengan sebutan itu, tapi siapa? Seingatnya setelah kematian orang tuanya, tidak ada yang menanggilnya dengan sebutan itu lagi.
"Siapa kamu?" tanya Ayu.
"Benarkah kamu tidak tahu siapa aku?" bisik pria itu.
"Tentu saja tidak tahu, kita kan baru pertama kali bertemu" kata Ayu.
"Hm..Begitu ya? Kalau begitu, sekalian saja kamu tak usah mengenalku" jawab pria itu.
"Lalu aku harus menyebutmu apa?" tanya Ayu, tubuhnya memutar ke belakang sehingga tubuh mereka saling berhadapan.
"Panggil saja dengan sebutan Abang. Bukankah sebutan yang pas dengan Neng?" kata pria itu di depannya.
"Tapi aku tidak mau kamu memanggilku Neng" protes Ayu.
Saling berhadapan begini semakin membuat Ayu gugup sehingga ia kesamping dan berjalan memasuki kamar dalam kegelapan supaya menghindari kedekatan mereka.
Tapi pria itu tahu dan memerangkap Ayu diantara tangannya yang berada di samping kiri kanan Ayu, sedangkan tubuh pria itu ada di hadapannya, sedangkan di belakang Ayu tembok
"Bukankah namamu Eneng Ayu? Jadi wajar kalau aku memanggilmu dengan sebutan Neng" bisik pria itu di telinganya.
"Darimana kamu tahu namaku? Bukankah aku hanya wanita yang dipanggil secara acak olehmu" kata Ayu sambil berontak supaya tubuhnya tak terperangkap diantara tubuh pria itu dan tembok dibelakangnya.
Tapi pria itu malah dengan mudahnya memerangkap juga kedua tangan Ayu lalu diletakkan di atas kepalanya.
"Menurutmu begitu? Hm? Tapi nyatanya tidak. Aku hanya memesan khusus dirimu seorang" kata pria itu.
"Darimana kamu tahu aku?" tanya Ayu.
"Ya aku tahu segala tentangmu karena kau adalah milikku" bisik pria itu lagi di telinganya.
"Hei aku bukan barang..." kata - katanya terhenti karena bibirnya dibungkam oleh bibirnya. Dalam keadaan bibir Ayu yang terbuka, langsung diserang oleh lidah pria itu yang menerobos masuk dan menggeliat, menggelitik dan membelitkan lidahnya dengan lidah Ayu.
Ciumannya yang dahsyat membuat Ayu kehilangan tenaganya, tubuhnya melemas yang segera ditangkap oleh pria itu dengan semakin menggencet Ayu diantara tembok dan tubuhnya. Semakin terasa betapa keras, besar dan kekarnya tubuh pria ini. Tinggi badannyapun melebihi Ayu padahal Ayu sudah memakai sendal hak tinggi dan tinggi Ayu termasuk tinggi, namun dihadapan pria ini Ayu merasa kecil.
Berahinya terbangkitkan, tanpa disadarinya tubuh Ayu menggeliat dan menggesekan secara pelan tubuhnya ke tubuh pria itu, apalagi payudaranya yang bergesekan membuat putingnya keras dibalik bra yang dipakainya.
"Ah.. Kau berbakat sekali Sayang. Tubuhmu memang tercipta untuk ku nikmati" kata pria itu.
Lalu diangkatnya satu kaki Ayu bersandar diatas lutut pria itu yang diangkat tinggi sehingga kewanitaan Ayu terbuka apalagi sekarang ia memakai mini dress, hanya celana dalam yang menutupi miss.Vnya.
Dengan jari jemari yang terampil, jemari pria itu menggerayangi daerah paling sensitif Ayu. Tak lama celana dalam Ayupun diturunkannya sehingga dibagian bawah, miss V Ayu terekspose.
Pria itu menunduk lalu membuka kaki Ayu selebarnya lalu kepalanya masuk diantara kaki Ayu. Dilahapnya miss.V Ayu oleh mulut dan lidahnya yang terampil yang langsung membuat Ayu bergelinjang nikmat oleh jilatan pria itu yang membuatnya melambung terbang tinggi ke angkasa.