"Nah selesai. Kalau masih terasa gatal, sebaiknya jangan digaruk untuk menghindari terjadinya infeksi" kata Maulida memberi peringatan.
"Baik bu dokter. Makasih ya" jawab Ayu usil.
"Sama - sama" jawab Maulida dengan senyuman.
"Masih bisa becanda, berarti sudah gak sakit lagi ya" komentar Rashid.
"Kata siapa sudah gak sakit? Masih nyut - nyutan dan sedikit gatal nih. Tapi dibandingkan dengan tadi, sekarang sudah mendingan sih" kata Ayu.
"Ini gara - gara Neng nakal sih, Abang ajak berhenti tapi Neng terus saja berenang. Malahan megang - megang Karang Api padahal sebelumnya sudah disuruh jangan megang apa - apa. Jadinya begini kan" omel Rashid.
"Iya maap.. Neng khilaf. hehehe.." kata Ayu.
"Neng kira tidak mungkin bisa berbahaya karena alam bawah laut sangat cantik. Biasanya kalau berenang di kolam biasa, biasanya gak apa - apa" kata Ayu.
"Itu karena makhluk hidup di dalam laut itu bagian dari alam liar. Sentuhan manusia dapat mengganggu terumbu karang bahkan membunuhnya. Selain itu beberapa jenis terumbu karang dan hewan yang hidup di terumbu karang bisa berbahaya yang mangandung racun. Inilah sebabnya yang menjadi alasan kenapa larangan menyentuh biota laut diberlakukan, demi keselamatan diri manusia itu sendiri" jelas Maulida.
"Terumbu karang bisa mati? Memangnya terumbu karang itu makhluk hidup ya?" tanya Ayu.
"Ckckck.. Memangnya selama ini gak tahu kalau terumbu karang itu hidup?" tanya Rashid tak percaya.
Ayu malu mengakuinya, hanya bisa menundukan kepala lalu mengangguk kecil sebagai jawabannya.
"Gak apa - apa kok mba, banyak juga yang tak tahu" kata Maulida yang menghibur Ayu.
"Terumbu karang sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan, satu sentuhan saja bisa menyebabkan shock terhadap proses pertumbuhan karang yang akhirnya dapat menyebabkan kematian karang itu. Hal ini disebabkan karena pada kulit kita menempel residu kimia yang menyebabkan kontaminasi terhadap karang, bila kita menyentuh bagian polip karang maka akan terjadi proses transfer residu kimia tersebut yang meskipun dalam jumlah kecil tapi bersifat racun bagi proses metabolisme karang. Bahkan menyentuh karang dengan sarung tanganpun tak diperbolehkan karena sarung tangan terbuat dari senyawa kimia yang tentunya bersifat racun terhadap metabolisme karang. Sedangkan proses pertumbuhan karang sangatlah lambat sekitar 1 cm pertahun. Kalau tak ada karang, maka tak ada ikan - ikan yang akan hidup diantara terumbu karang" jelas Maulida.
"Wow kecil sekali pertumbuhannya. Kalau tak ada terumbu karang, kita juga tak bisa menikmati keindahan alam bawah laut. Ternyata penting juga ya peran terumbu karang" komentar Ayu.
"Begitulah" komentar Maulida
"Makanya kenapa kami selalu memberi peringatan kepada setiap penyelam untuk tidak menyentuh benda apa pun yang ada di dalam laut" jelas Maulida.
"Ya, makanya Neng harus hati - hati jangan sampai menyentuhnya" kata Rashid memperingatkan lagi.
"Maaf, Neng kan gak tahu" kata Ayu.
"Kalau mengenai biota yang berbahaya, contohnya seperti karang api yang mba Ayu alami, selain itu ada Ubur - ubur yang kelihatan tidak berbahaya tapi mengandung racun, Sea Fern atau bulu ayam karena bentuknya seperti bulu ayam meskipun tampilannya lentur tapi permukaan biota ini dipeenuhi oleh sel penyengat bernama nematocyst yang mengandung racun, jika terkena kulit akan menimbulkan sensasi gatal luar biasa bercampur rasa panas dan akan menjalar dengan cepat saat digaruk dan berpindah apabila bergesekan terkena kulit lainnya. Lalu ada biota yang mirip seperti bunga yang hidup di dasar laut yang disebut mawar laut dengan tentakel di sekeliling mulut, melingkar sedemikian rupa sehingga menyerupai mahkota bunga. Tentakel ini mengandung racun neurotoksin untuk melumpuhkan mangsanya. Akibatya selain menimbulkan pembengkakan dan rasa sakit, tetapi juga pembusukan daging ditempat tersengat beserta kerusakan otot dan syaraf. Dan masih banyak lagi biota beracun lainnya, baik sudah diteliti oleh manusia maupun belum karena permukaan bumi lebih banyak lautnya daripada daratan. Bahkan dasar samudera maupun laut yang sangat dalam, belum terjamah oleh manusia sehingga tak tahu makhluk apa yang ada di dalamnya " jelas Maulida panjang lebar.
"Serem juga ternyata makhluk laut itu. Dibalik kecantikannya ternyata mengandung racun. Kalau mengenai dalamnya samudera yang belum terjamah manusia, kan ada dongeng mengenai putri duyung yang hidup di dasar sana, mungkin saja itu benar" komentar Ayu.
"Itu kan hanya dongeng semata, padahal aslinya putri duyung itu ikan yang bentuknya jelek, tidak secantik yang digambarkan" kata Rashid.
"Iya tahu. Dasar Abang perusak mimpi anak perempuan saja" keluh Ayu.
"Ingat umur! Emangnya sekarang masih anak - anak hah?" tanya Rashid.
"Abang jahat. Huh.." kata Ayu yang memalingkan muka ke arah lain.
"Sudah.. Sudah.. Makanya kenapa kami selalu memberi peringatan kepada setiap penyelam untuk tidak menyentuh benda apa pun yang ada di dalam laut. Selain demi keselamatan sang penyelam, tetapi juga menjaga pelestarian alam terumbu karang" kata Maulida.
"Ya sekarang aku baru mengerti. Maafkan atas kecerobohanku tadi. Untungnya hanya menyentuh Karang Api, bukan karang lainnya" kata Ayu.
"Sekarang sebaiknya ngemil dulu untuk menambah tenaga dan segera ganti bajunya yang basah, takut masuk angin" kata Maulida yang menyodorkan cemilan ke hadapan mereka.
"Asik.. Mba Maulida tau aja apa yang ku mau. Laper banget nih" kata Ayu yang senang dapat makan walaupun hanya cemilan sebagai pengganjal perut. Karena dilihatnya tak ada yang jualan di Gili sini.
"Wow cemilannya banyak sekali. Ada lemper, dadar gulung, onde - onde, klepon, kue talam, bugis mandi, putu ayu, dan getuk lindri yang sudah jarang ditemukan" kata Ayu menyebutkan satu persatu nama kuenya.
"Hmm.. Enak sekali. Makasih ya Maulida" kata Rashid yang sudah menyikat kuenya dan dilahap sekali suap.
"Sama - sama. Tapi sebaiknya jangan dihabiskan semua, karena setelah ini kita pindah lokasi untuk ke rumah makan supaya gak kekenyangan duluan, dan setelah makan pindah lagi untuk ke Gili terakhir, disana terserah mau berenang lagi atau hanya menikmati keindahan pantai" kata Maulida.
Dua kali suap mereka lalu berganti baju dengan baju yang kering dan melanjutkan menghabiskan cemilan hingga hampir setengahnya habis.
Barulah mereka lanjut ke Gili Tangkong untuk menikmati makan siang di rumah makan pinggir pantai yang menyajikan lauk pauk serba ikan, pelecing kangkung, perkedel jagung, dan lalab sambal.
"Maaf mas Rashid, walaupun rumah makannya sederhana tapi harga ikan disini lebih mahal daripada rumah makan sejenisnya karena ikannya diambil dari tempat yang jauh di tengah - tengah laut, bukan perairan sini" kata Maulida memperingatkan supaya tidak kaget saat bayar nanti.
"Memangnya kenapa? Bukankah pulau ini dikelilingi laut?" tanya Ayu.
"Owh.. Apakah karena perairan sini dilindungi hukum supaya terumbu karang tidak rusak?" tebak Rashid yang langsung paham sebab akibatnya.
"Ya itu betul. Syukurlah kalau mengerti" kata Maulida lega.
"Ooh begitu.. Iya juga ya terumbu karang kan sensitif, kalau tersentuh kail pancing maka terumbu karang bisa rusak bahkan mati" kata Ayu.
"Baguslah Neng juga mengerti. Kau cepat paham juga rupanya" puji Rashid.
"Tentu saja donk. Sebelumnya kan karena gak tahu, tapi sekarang sudah tahu" kata Ayu.
Setelah makan siang, mereka naik perahu lagi menuju ke Gili Kedis, pulau yang sangat kecil dengan hamparan pasir putih di semua pulaunya namun kurang dari 10 pohon dapat hidup tumbuh di tengah pulau tersebut dan hamparan karang mengelilingi pulau yang terendam oleh air laut dan dipenuhi ikan - ikan kecil.
Keindahan Gili Kedis belum terjamah banyak orang sehingga masih sangat alami dan jenis biota laut di sini lebih banyak dan beragam daripada gili lainnya.
Ketika mereka sampai, mereka melihat 1 plang dengan 2 papan, tulisan berbahasa Inggris yang ditancapkan di depan gundukan karang mati setinggi dada yang berada di tengah pulau. Tulisan di papan atasnya bertuliskan 'Welcome to Gili Kedis' yang artinya Selamat Datang di Gili Kedis, sedangkan papan bawahnya bertuliskan 'Indonesia is a chain of thousands big and small islands' yang artinya Indonesia adalah Rantai Ribuan Pulau Besar dan Kecil.
Dibelakang gundukan karang mati, tumbuh pohon ilalang dan pohon kering yang tak ada daun namun terlihat pucuk daun yang akan tumbuh, menandakan bahwa pohonnya masih hidup walaupun tumbuh diatas pasir. Malah tak ada pohon kelapa di Gili Kedis. Dengan penasaran Ayu meneliti pasirnya, ternyata di tengah pulau, pasirnya bercampur dengan tanah namun dominan pasir sehingga terlihat seperti pulaunya berpasir semua.
Ayu dan Rashid berkeliling pulau, tak sampai 10 menit, mereka sudah mengelilingi pulau dengan berjalan kaki. Salah satu pohon besar dibagian cabang batang pohonnya yang kuat dipasang 2 ayunan perorang yang saling berdekatan, Ayu dan Rashid berteduh dan duduk di ayunan itu sambil menikmati hijaunya pulau besar Lombok dan Gili lainnya di kejauhan yang mengelilingi Gili Kedis.
Juga birunya langit dan putihnya awan, lautnyapun terlihat biru muda keputih - putihan persis bagaikan langit akibat daratan berpasir yang terendam air laut dengan terumbu karang yang hidup disekitar mereka sehingga seakan - akan mereka dapat sampai ke seberang pulau lain hanya dengan berenang saja.
"Wah.. Pulaunya kecil sekali ya" komentar Ayu.
"Ya.. tapi kalau air laut tidak merendam Gili ini, mungkin pulaunya semakin luas" kata Rashid.
"Ya Abang memang benar. Ayo sana Abang berenang lagi!" suruh Ayu.
"Neng bagaimana? Tangannya masih terasa sakit?" tanya Rashid.
"Karena pengobatannya segera ditangani jadi cepat sembuh. Sekarang kadang terasa sakit tapi hanya sedikit, tidak seperti sebelumnya" jawab Ayu.
"Alhamdulillah.. Kalau gitu Neng bisa ikut renang lagi donk. Ikut aja Yuk! Sebentar saja, jangan lewatkan kesempatan! Belum tentu kita akan kembali ke sini lagi" kata Rashid.
"Neng takut kena biota laut lagi" kata Ayu.
"Apa segitu traumanya dengan berenang di laut?" tanya Rashid.
"Tidak juga sih" jawab Ayu.
"Kalau hati - hati dan tidak menyentuh apapun saat snorkeling maka semua akan baik - baik saja. Kali ini Abang yang akan selalu mengawasi Neng" kata Rashid menjamin keamanan.
"Baiklah" kata Ayu akhirnya mengiyakan.
Maka mereka ganti baju dan snorkeling selama setengah jam. Setelah berenang, istirahat sebentar sambil menghabiskan cemilan. Lalu mereka kembali lagi ke pulau Lombok ke daerah Sekotong, tempat mereka menyewa perahu. Lalu kembali lagi ke hotel