Sesampainya di hotel, mereka turun dari mobil dan jalan menuju ke Bungalow mereka dengan jalan kaki. Jaraknya lumayan jauh karena jalan tiap bungalow hanya khusus pejalan kaki, sedangkan parkir mobil ada di tempat khusus parkir mobil.
Menuju ke Bungalow, mereka harus melewati bangunan khusus Lobi tempat resepsionis hotel berada. Ketika mereka melewati Lobi, mereka berpapasan dengan Tyas yang membawa tas troli dan tas jinjingnya. Rupanya ia akan check out.
"Hai..Kebetulan sekali bertemu kalian" Sapa Tyas duluan.
"Hai" jawab Ayu, sedangkan Rashid hanya sekali anggukan kepala saja.
"Tadinya aku akan meneleponmu Rashid, aku baru tahu dari adikmu bahwa kau mencari pejabat Arab, Mesir, UEA dan Bahrain, iya kan?" kata Tyas.
"Ya. Gara - gara kamu, adikku jadi tahu kabar yang dia belum tahu sebelumnya" tuduh Rashid sedikit kesal.
"Eh mana aku tahu bahwa pernikahanmu ternyata diam - diam. Kamu tidak menyuruhku supaya diam, dijamin rahasiamu pasti aman. Aku juga tidak akan mengobrol dengan adikmu" kata Tyas membela diri.
"Selain adikku, apakah ada orang lain yang mengetahui hal ini?" tanya Rashid.
"Tidak ada. Untung kamu bilang duluan, jadi sekarang aku akan diam bahkan berusaha melupakan bahwa kau sudah menikah, takut aku keceplosan lagi" janji Tyas.
"Oke aku percaya padamu. Jadi apa yang tadi mau kamu katakan mengenai 4 negara itu?" tanya Rashid.
"Oh iya malah lupa, ini mengenai para pejabat selain ke Puncak, ada juga yang sedang berlibur ke Lombok lho. Bahkan mereka menginap di dekat sini, entah dimana menginapnya, yang jelas aku sudah bertemu dengan pejabat ketua majelis rakyat dan keluarganya selama 3 malam berturut - turut di Cafe Alberto. Mereka dari sore sudah disana menikmati sunset hingga malam tiba. Mudah - mudahan saja mereka masih berada disana" kata Tyas.
"Benarkah? Kalau tau gitu, kemarin sore aku ke sana. Makasih infonya" kata Rashid.
"Sama - sama" balas Tyas.
"Sekarang mau pulang ke Qatar?" Tanya Rashid.
"Tidak, aku masih ada urusan di Jakarta. Sama sepertimu, aku juga harus menemui orang demi kesuksesan negara kita sebagai tuan rumah dalam ajang Fifa" jawab Tyas.
"Ya, kamu dari dulu football lovers" komentar Rashid.
"Begitulah.. Pemainnya kan cakep - cakep" puji Tyas dengan mata yang berbinar - binar.
"Ya ya ya terserah kaulah. Nanti sekalian saja di sana hubungi Fahd. Siapa tau kalian berada di satu kota. Atau kalau butuh apa - apa hubungi saja dia" saran Rashid.
"Fahd memangnya ada di Jakarta?" tanya Tyas dengan senang.
"di Puncak sih, tapi aku menyuruhnya mengurus sesuatu, siapa tahu dia ke Jakarta. Atau kamu sekalian liburan ke Puncak. Tak perlu memesan hotel lagi, nginap saja ke hotel yang ku beli" tawar Rashid.
"Ckckck.. Kamu memang tidak berubah, selalu memikirkan tentang bisnis. Di sinipun sempat - sempatnya beli hotel" kata Tyas.
"Kebiasaan lama sulit dirubah" kata Rashid.
"Ya sudah kalau begitu, aku duluan ya takut ketinggalan pesawat" kata Tyas.
"Mau memakai pesawat jet yang ku sewa? Hari ini tidak terpakai, jadi nganggur" tanya Rashid menawarkan.
"Ah tidak usah, aku kan rakyat biasa. Jadi sudah terbiasa naik pesawat biasa. Kalau pesawat jet tuh gak asik, sepi. Lagipula aku sudah membeli tiketnya, sayang kan nanti jadi hangus. Makasih tawarannya. Semoga beruntung" kata Tyas
"Oke, baiklah terserah" balas Rashid.
"Hati - hati dijalan. Dadah.." tambah Ayu.
Maka Tyas pergi meninggalkan mereka.
"Syukurlah kita berpapasan dengan mba Tyas dan dia tahu bahwa Abang sedang mencari orang yang dia tahu lokasinya" komentar Ayu.
"Ya Neng benar. Ayo kita mandi dan siap - siap keluar" ajak Rashid.
"Oke" jawab Ayu.
Mereka pulang ke Bungalow, sejam kemudian mereka keluar lagi mengenakan pakaian yang bahannya sedikit tebal untuk melindungi tubuh dari terpaan angin kencang daerah pinggir pantai saat malam hari yang terasa dingin.
Ayu memakai setelan gamis warna abu - abu tua bahan spandek yang didobel dengan blazer warna merah maroon tak berlengan tapi ujung bawahnya panjang hingga sekaki dengan belahan blazer dari pinggang sampai kaki sedangkan atas blazer berkancing besar dan dibagian pinggang bertali ke belakang. Dipadupadankan dengan pashmina bolak balik warna maroon dan abu yang dibentuk stylish dengan ciput didalamnya sebagai pengaman rambut.
Sedangkan Rashid memakai kaos panjang hitam, dan memakai blazer abu - abu tangan panjang, berkerah dan tak berkancing dari bahan polyester dengan celana jeans hitam.
Sesampainya di Cafe Alberto,
"Ternyata lokasinya gak jauh dari Pura Batu Bolong, kalau tahu gitu kemarin kita ke sini" komentar Ayu.
"Sudah terlanjur, buat apa disesali. Kalau Allah menghendaki, pasti akan bertemu. Ayo masuk" ajak Rashid.
Cafe Alberto berlokasi di pinggir pantai, terlihat bentuk bangunannya kebanyakan bergaya modern, dan ternyata ada penginapan dengan jumlah kamar sedikit dan kolam renang di tengah cafenya. Tempat duduk bagi tamu pengunjung cafe berupa meja kursi semi outdoor dengan bangunan tanpa tembok hanya pilar tiang batu bata dan kayu sebagai penyangga atapnya sehingga angin dapat keluar masuk bangunan.
Ayu dan Rashid duduk di bangunan cafe yang modern dekat kolam renang dan juga dekat pintu orang keluar masuk cafe, walaupun tempat duduk mereka tidak pinggir pantai tapi tujuan mereka ke situ untuk mencari orang.
Mereka memesan fried ice cream dan choc molten lava cake karena belum terlalu lapar, setelah terasa lapar barulah memesan pasta dan smoothie serta air mineral. Selama makan dan mengobrol, arah pandangan mereka sering melirik ke arah pintu masuk hingga hidangan mereka telah habispun dan jam menunjukan pukul 7 malam, tapi orang yang mereka tunggu tak kunjung tiba.
"Apakah mereka sudah pulang ke Mesir?" tebak Ayu
"Tidak mungkin, di sana masih musim panas" kata Rashid.
"Atau mereka pindah ke daerah lain di wilayah Indonesia atau negara tropis lainnya?" tanya Ayu.
"Mungkin, bisa jadi. Atau merek masih di Lombok tapi pergi ke wilayah lainnya" tebak Rashid.
"Hm.. Mungkin mereka kangen masakan negri sendiri atau kangen suasananya, jadinya ke restoran atau bar atau cafe yang menyajikan masakan khas Timur Tengah. Soalnya kalau Neng sebagai orang itu, kalau ke luar negeri pasti ada kalanya kangen masakan negeri sendiri" tebak Ayu lagi.
"Ah kenapa Abang gak kepikiran itu? Makasih ya Sayang.." kata Rashid memuji Ayu lalu diciumnya buku jari tangan Ayu yang sedang bersandar di atas meja.
"Sama - sama. Tapi jangan makasih dulu, siapa tahu tebakan Neng salah" kata Ayu yang malu dipuji.
"Tidak apa - apa. Kalaupun salah, tapi patut dicoba idenya. Abang juga pernah ngalaminnya kok, kadang - kadang kalau rasa kangen melanda pasti ingin segera nyari masakan ala Timur Tengah" kata Rashid kepada Ayu.
Lalu Rashid menengokan kepalanya ke kiri dan ke kanan, tapi tidak menemukan pak Yana. Maulida disuruhnya pulang duluan karena mereka akan pulang malam. Sebelumnya dirasa cukup pak Yana saja yang menemani mereka karena hanya ke restoran saja tujuan mereka. Namun ternyata rencana berubah diluar perkiraan semula.
"Mat, di mana pak Yana?" tanya Rashid.
Mat yang serasa dipanggil, langsung menghampiri Rashid dan menjawab "Tadi setelah makan, dia kembali lagi ke mobil".
"Baiklah, mari kita ke mobil" ajak Rashid ke Ayu.
Rashid membayar tagihan mereka lalu rombongan ke tempat parkir yang sudah ditunggu pak Yana di parkiran.
"Pak Yana, apakah tahu dimana Restoran Timur Tengah berada?" tanya Rashid.
"Walau tak banyak, tapi ada. Tapi lebih tepatnya lokasinya dimana, Bapak juga gak tahu. Belum pernah nyoba masakannya sih. Mungkin mba Maulida lebih hapal. Sebentar Bapak telepon dulu" kata Pak Yana.
Maka pak Yana menghubungi nomor telepon Maulida. Sewaktu sambungan telepon belum tersambung, Ayu membisikan ke telinga Rashid.
"Orang yang dituju itu orang Mesir kan Bang? Mungkin restoran khusus masakan Mesir, atau restoran yang ada nama Mesir - mesirnya gitu. Tanyakan saja dulu, siapa tahu ada" usul Ayu.
"Baiklah" kata Rashid.
Ketika sambungan telepon diangkat Maulida, Maulida bertanya "Ada apa pak Yana malam - malam menelepon? Apa ada masalah?"
"Maaf mba Maulida, tuan Rashid ingin bertanya sesuatu" kata pak Yana, lalu handphonenya diberikan kepada Rashid.
"Halo Maulida, apakah ada restoran Timur Tengah yang dekat sini atau restoran khusus masakan Mesir atau nama restoran yang mirip - mirip Mesir?" tanya Rashid.
"Kalau masakan Timur Tengah, ada yang berlokasi di Mataram, ke arah Kuta, Gili Trawangan dan Gili Air. Kalau Mesir, ada tuh restoran yang namanya Cleopatra tapi engga tahu menunya masakan khusus dari Mesir atau hanya namanya saja tapi masakannya Timur Tengah pada umumnya" jelas Maulida.
"Nah itu.. Cleopatra." kata Rashid.
"Tapi lumayan jauh, kira - kira lebih dari sejam perjalanan ke arah jalan pantai Kuta tapi bukan pinggir pantai sih" kata Maulida.
'Bagaimana?' Rashid bertanya dengan bahasa isyarat, dibalas Ayu dengan anggukan kepala. Selama percakapan di loud speakerin jadi Ayu dapat mendengar percakapannya.
"Kami akan ke sana saja" keputusan Rashid.
Maka Maulida memberitahu pak Yana rute jalannya.