Chereads / Terjerat Kawin Kontrak / Chapter 68 - Naik Pesawat Jet Sewaan

Chapter 68 - Naik Pesawat Jet Sewaan

Selama mereka diperjalanan menuju bandara, Rashid rapat bersama para pengurus perusahaannya melalui videocall. Selama ia absen di tempat, perusahaan tetap terpantau dari jarak jauh. Sedangkan Ayu menikmati pemandangan luar hingga tertidur.

Sesampainya di bandara Halim Perdanakusuma 3 jam kemudian, mereka disambut oleh asisten dari utusan penerbangan CEOJetSet yang mengurus semua hal, mulai dari membawa bagasi, hingga mengantar ke dalam pesawat. Mereka tak perlu menunggu lagi di ruang tunggu bandara karena pesawat sewaan telah siap menunggu mereka untuk segera lepas landas.

Mereka menaiki jenis pesawat light jet berukuran kecil yang dapat menampung 8 orang. Tampilan luar pesawatnya lancip dengan tubuh pesawat yang kecil dengan dua sayap utama yang besar sayapnya teretak di tengah badan pesawat kiri kanan dan dua sayap kecil dibagian ekornya yang runcing ke atas. Terlihat jendela samping kiri dan kanan masing - masing 5 jendela.

Setelah mereka masuk pesawat, mereka tetap dapat berdiri dan berjalan di dalam pesawat walaupun pesawat yang mereka naiki termasuk pesawat kecil. Terlihat penampilan dalam pesawat, dengan interior serba putih kecuali warna cokelat dari perabotan yang terbuat dari kayu seperti meja dan warna abu - abu dari karpet lantai serta warna - warna lainnya dari bantal kursi.

Kursi penumpang terletak per satu kursi di bagian kiri dan satu kursi bagian kanan dengan tengah kosong sebagai lorong. Jika dilihat dari arah belakang pesawat ke arah pilot, sebelah kanan 4 kursi perorangan yang diseting saling berhadapan, sedangkan sebelah kiri paling depan berupa sofa panjang yang muat 2 orang bersandar ke jendela menghadap ke lorong dan dibelakangnya 2 kursi perorangan saling berhadapan.

Kursi perorangannya berupa sofa kulit berwarna putih yang empuk dengan sandaran kepala yang tinggi dan ukuran sofanya besar, juga terdapat bantal kecil berwarna emas di tiap kursinya. Sedangkan kursi yang muat 2 orang, bahan sofanya sama seperti kursi perorangan, tapi dilengkapi dengan tiga bantal berwarna biru, putih dan emas. Tiap kursi dilengkapi juga dengan seatbelt untuk menjaga keselamatan para penumpang selama pesawat terbang. Dengan kata lain, kursi penumpang dibuat senyaman mungkin dan aman bagi penumpang pesawat selama mereka terbang di udara.

Dipinggir dekat jendela diantara kursi perorangan yang saling berhadapan, terdapat meja lipat yang bisa dibuka tutup sehingga penumpang dapat menaruh makanan di meja atau dapat bekerja didalam pesawat dengan menaruh laptop atau dokumen di meja lipat itu. Ketika meja dilipat, penumpang dapat menaruh gelas minuman atau dapat menyandarkan tangannya disepanjang pinggiran samping bawah jendela yang berbahan kayu berpelitur mengkilap.

2 TV layar lebar juga tersedia di pesawat yang sebelum naik dilipat ke atas langit - langit pesawat sehingga tak terlihat dan tidak mengganggu penumpang yang akan duduk ke kursinya. Setelah semua penumpang naik dan pesawat mengudara di atas, barulah TV nya dibuka dan dinyalakan. Toilet terletak di paling depan sebrangan pintu keluar masuk dan satunya lagi paling belakang kursi penumpang dekat dengan bagian makanan dan kursi pramugari.

Ayu dan Rashid duduk di sofa perorangan bagian depan kanan yang saling berhadapan. Sedangkan Mat dan Ahmad duduk di bagian belakang kiri yang saling berhadapan.

Ketika mereka baru naik pesawat, Ayu berkata

"Wow mewah sekali pesawatnya. Baru pertama kali ini naik pesawat pribadi" kata Ayu yang melirik kesana kesini sambil mengagumi interior pesawatnya.

"Sayang, ini bukan pesawat pribadi kita, tapi sewaan. Kalau saja tidak terhalang izin penerbangan dan bisa mendarat di tempat tujuan kita, pasti Abang akan membawamu ke pesawat kita" kata Rashid yang mengoreksi perkataan Ayu.

"Pasti mewah seperti ini ya" kata Ayu.

"Tidak, kau salah. Pesawat ini tidak ada apa - apanya. Pesawat kita lebih besar dari ini dengan tipe Embraer Lineage 1000 E dengan kapasitas 19 orang, terdapat 5 zona kabin yang dapat diatur menjadi multi kabin lounge, meja makan, dan master suite dengan kasur queen size dan kamar mandi shower. Bahkan ada juga pesawat yang lebih besar dengan tipe Boeing Bussiness Jet 747-8 dapat menampung 100 orang tapi pesawat itu sedang berada di Qatar dan sering dipakai acara kenegaraan" jelas Rashid.

"Masa sih? Segini aja sudah mewah, bagaimana rasanya jika naik pesawat yang ada kamar mandinya" kata Ayu yang matanya melebar kaget dengan salah satu harta yang dimiliki Rashid.

"Kau lebih terkesan dengan pesawat yang ada kamar mandinya?" tanya Rashid.

"Iyalah.. Kalau pesawat komersil biasa, toiletnya gak ada airnya, hanya pakai tisu saja, bagaimana kalau BAB? Ugh.. Sangat tidak enak. Ayahku saja sebagai pengusaha tidak memiliki pesawat pribadi, biasanya naik bussiness class atau kadang - kadang First Class" kata Ayu.

"Kalau begitu, nanti Abang akan pastikan kamar mandinya senyaman mungkin, kita bahkan bisa bercinta di dalam pesawat saat kita sedang mandi ketika sedang berkeliling dunia" janji Rashid.

"Pikiran Abang ngeres mulu ikh.. bisa enggak sih enggak mikirin itu?" tanya Ayu.

"Bisa, kalau Abang jauh dari Neng" kata Rashid.

Ketika mereka sedang mengobrol, datang pramugari yang menawarkan menu makanan, cemilan dan minuman. Ayu dan Rashid memilih minum, Ayu memilih es soda sedangkan Rashid kopi hitam. Setelah itu mereka melanjutkan mengobrol sambil minum hingga Ayu tertidur. Lalu Rashid melanjutkan pekerjaannya yang beberapa hari terbengkalai yang sebelumnya waktunya tercurahkan untuk Ayu.

Hingga beberapa saat kemudian, Ayu terbangun dari tidurnya, Rashid sedang mengobrol lewat videocall via internet pesawat di laptopnya. Ayu kaget bahwa Rashid dapat menggunakan internet di pesawat, tapi ditahannya pertanyaannya karena suaminya sedang bekerja sehingga Ayu menikmati pemandangan awan di luar jendela pesawat.

Ketika Rashid sadar bahwa Ayu sudah bangun, cepat - cepat ia menyelesaikan rapatnya. Setelah selesai, tanpa menutup laptop, Rashid bertanya "Sudah bangun daritadi?"

Tapi tak ada jawaban dari Ayu, ditanyakannya lagi hingga 3x tapi tetap tak ada jawaban. Lalu disentuhnya tangan Ayu yang menyandar di pembatas samping yang menempel dengan badan peswat yang terbuat dari kayu itu.

Kagetlah Ayu ada yang menyentuh tangannya.

"Sayang kenapa? Kok bengong" tanya Rashid.

"Tidak apa - apa. Hanya menikmati pemandangan awan yang terlihat damai" kata Ayu.

"Yakin?" tanya Rashid lagi.

"Iya yakin. Oh iya kok bisa videocall di pesawat? Memangnya sekarang bebas ya internetan di pesawat? Bahkan bisa videocall" tanya Ayu yang mengalihkan arah pembicaraan.

"Tidak semua pesawat bisa, sekarang ada beberapa pesawat yang bisa, termasuk pesawat ini menggunakan wifi pesawat yang memungkinkan Abang menggunakan layanan internet untuk melakukan panggilan telepon maupun videocall" kata Rashid.

"Tidak mengacaukan sistem navigasi?" tanya Ayu.

"Tidak, asalkan internetnya berasal dari wifi pesawat" jelas Rashid.

"Wow canggih juga" kata Ayu

"Hal ini karena para pengusaha seperti Abang dapat menjalankan bisnisnya. Neng juga bisa menonton film dan mendengarkan musik di tablet yang disediakan oleh pesawat ini, ada di laci bawah sofa" kata Rashid.

"Benarkah?Asik.." kata Ayu dengan nada senang.

Langsung Rashid menutup laptopnya, dan melipat meja lipat sehingga Ayu dapat menunduk dan mengambil tablet dari laci bawah sofa.

Ternyata di laci itu selain tablet, juga terdapat headset, majalah, selimut, bantal leher isi angin dan pelampung keselamatan darurat serta beberapa petunjuk keselamatan darurat.

Sedangkan Rashid mengambil 2 botol air mineral dari dalam kulkas mini di bawah meja lipat. Didalam kulkasnya terdapat 4 botol air mineral.

Setelah Ayu mengambil tabletnya, Rashid memasang lagi meja diantara mereka sehingga Ayu dapat menonton dengan suaranya didengarkan lewat headseat, sedangakan Rashid melanjutkan pekerjaannya.

Selama perjalanan 2 jam di pesawat, Ayu dan Rashid dilayani oleh 2 pramugari yang siap melayani semua kebutuhan mereka berdua bagaikan asisten pribadi, termasuk melayani makan sore dan cemilan untuk Ayu.

Tempat duduk pramugari dan pilot terpisah dengan penumpang pesawat, dipisahkan oleh lapisan kaca dan pintu kaca warna gelap yang berada di depan untuk pilot dan di belakang untuk pramugari sehingga penumpang pesawat mendapatkan ruang privasinya apabila tidak ingin diganggu, dan pramugari akan siap melayani apabila dipanggil.

- * * * -

Mereka tiba di tempat tujuan pukul 16:05 WITA dengan perbedaan waktu 1 jam lebih cepat daripada di Jakarta.

Ketika pesawat sudah mendarat dan pintu pesawat terbuka, sebelum Ayu turun, ia berhenti dipintu pesawat. Terlihat tulisan nama terminal bandaranya, barulah ia tahu dimana mereka berada saat ini. Ternyata mereka berada di Bandar Udara Internasional Lombok.

"Kita ke Lombok?" tanya Ayu.

"Ya benar. Katanya di sini tempat yang masih asri, pantainya masih bagus untuk surfing dan snorkling melihat berbagai ikan dan terumbu karang, dan jarang pengunjungnya, cocok untuk kita honeymoon di tempat yang sepi. Kenapa? Apa Neng gak mau ke sini? Kalau begitu, Neng mau ke mana?" tanya Rashid.

"Bukan begitu, maksudku sebelumnya gak kepikiran saja kita bakal ke sini, bagi Neng dimanapun sih gak masalah. Tadinya Neng kira kita ke Bali, karena disana tempat orang - orang biasa berbulan madu" kata Ayu.

"Ya sudah kalau begitu kita pindah ke Bali saja" kata Rashid. Sebelum Rashid masuk lagi ke dalam pesawat, Ayu menarik bajunya sehingga Rashid berhenti.

"Tadi dengar gak sih kata - kata Neng sebelumnya?" tanya Ayu.

"Bukannya Neng mau ke tempat yang biasa orang kunjungin?" tanya Rashid balik.

Ayu tersenyum dan menarik kepala Rashid dan mendekatkan bibirnya ke telinga Rashid.

Rashid kira Ayu akan menciumnya, tapi Ayu malah teriak ditelinga "Gak usah, di sini saja"

"Aw.. Neng tega banget sih ke Abang, gimana kalau Abang jadi tuli? Nanti Neng sendiri yang malu punya suami ganteng - ganteng kok tuli" keluh Rashid.

"Ikh siapa juga yang ganteng? Sok kecakepan. Ayo cepat kita turun! Nanti kita diusir lagi sama mba Pramugarinya gara - gara kelamaan ngetem disini" kata Ayu yang menarik tangan Rashid supaya cepat turun dari pesawat.

Rashid hanya tersenyum senang karena tangan mereka saling bergandengan tangan. Entah Ayu menyadarinya atau tidak, tapi Rashid ngikut saja tangannya ditarik.